LAPORAN
PENDAHULUAN KEJANG DEMAM
1.1. Tinjauan Medis
1.1.1. Pengertian
Kejang demam atau
febris convulsion adalah bangkitan kejang yang terjkadi pada saat kenaikan suhu
tubuh (suhu rektal diatas 38 0C) yang disebabkan oleh proses
ektra kranium (Ngastiyah, 229)
Kejang demam adalah
kejang yang terjadi pada suhu badan tinggi. Suhu badan tinggi ini karena kelainan ektrakranial
(Lumbantobing , I)
1.1.2. Etiologi
Belum diketahui, faktor
pencetus antara lain :
1) Kenaikan
suhu tubuh mendadak
2) Diduga
ada faktor keturunan
3) Respon
alergik atau keadaan umum abnormal oleh infeksi
4) Perubahan
keseimbangan cairan atau elektrolit
1.1.3. Web
Of Caustion
Virus, bakteri
¯
Masuk ke dalam
tubuh (port d’entry)
¯
Reaksi antigen antibody
↓
Infeksi dalam
tubuh
¯
Metabolisme tubuh
meningkat
↓
Demam
1.1.4. Klasifikasi
Menurut Fukuyama menjadi 2
golongan
1) Kejang
demam sederhana
Ciri :
(1) Sebelumnya
tidak ada riwayat keluerga yang menderita epilepsy
(2) Sebelumnya
tidak ada riwayat cidera otak oleh penyebab lain
(3) Serangan
demam (kejang demam) terjadi antara lain 6 bulan – 6 tahun
(4) Lama
kejang 15 menit
(5) Tidak
didapatkan gejala atau abnormalitas pasca kejang
(6) Tidak
didapatkan abnormalitas neolorgis atau perkembangan
(7) Kejang
tidak berlangsung atau berulang dilain waktu singkat
2) Kejang
demam kompleks
Cirri :
(1) Kejang
fokal
(2) Kejang
> 15 menit
(3) Kejang
berulang
(Lumbantobing , 4)
1.1.5. Menifestasi
Klinis
Menurut liringstone kejang
demam dibagi :
1) Kejang
demam sederhana (simple febrik Covulsion)
2) Epilipsi
yang diprorikasi oleh demam (epilipsi Inggered of Fever)
Diagnosa kejang demam
sederhana (Liringstone) menurut FKUI RSCM
1) Umur
anak ketika kejang antara 6 bulan – 4 tahun
2) Kejang
berlangsung sebentar, (< 15 menit)
3) Pemeriksaan
saraf sebelum dan sesudah kejang normal
4) Frekuensi
kejang bangkitan dalam 1 tahun tidak melebihi 4x
5) Kejang
stabil setelah 16 jam setelah timbulnya demam
6) Kejang
bersifat umum
(Ngastiyah, 231)
1.1.6. Pemeriksaan
Penunjang
1) Elektrolit
: Tidak seimbang dapat berpengaruh menjadi pradiposisi pada aktivitas kejang
2) Sel
darah merah (SDM) : Anemia aplastik mungkin sebagai akibat dari terapi obat
3) Fungsi
lambal : Untuk mendeteksi tekanan abnormal dari cairan secara brospinal,
tanda-tanda infeksi, perdarahan
4) Foto
ronsen kepala untuk mengidentifikasi adanya fraktur
5) EEG
(Elektro enspalgram) : daerah serebal yang tidak berfungsi
6) MRI
: Neulokalisasi
7) CT
– scan : Mengidentifikasi lokasi serebal, infrak, hematom, tumor, abses, dll
(Dongoes, Marilyn E, Hal 262)
1.1.7. Penatalaksanaan
Medik
Dalam penanggulangan kejang
demam ada 4 faktor yang perlu di kajikan
1) Memberantas
kejang secepatnya mungkin
(1) Obat
pilihan adalah diazepam yang diberikan secara intravena
(2) Diare
paru : dosis :
- BB
10 kg : 0,5 – 0,7 mg/kg BB Iv
- BB
20 kg : 0,5 mg 1 kg BB IV
- Usia
5 tahun : 0,3 – 5 mg/kg BB IV
(3) Diazepam
Supp :
- BB
10 kg : 5 mg
- BB 10
kg : 10 mg
(4) Pengobatan
penunjang
Perawatan
- Semua
pakaian dibuka
- Posisi
kepala sebaiknya miring untuk mencegah aspirasi lembut
- Bebaskan
jalan nafas
- Penghisap
lender teratur dan beri O2
(5) Pengobatan
rumatan
Propilaksis Intermitas
- Mencegah
terulangnya kejang demam
a. Diazepam
paroid atau rectal
b. Campuran
anti piretik dan konvulean
- Profilaksi
jangka panjang
- Obat
yang sering digunakan :
a. Fenobarbital
b. Sodium
valpoat atau asam valpoat
c. Femition
(6) Mencari dan mengobati
penyebab
1.2. Tinjauan
Asuhan Keperawatan
1.2.1. Pengkajian
1.2.1.1. Anamnesa
1) Aktivitas
atau Istirahat
(1) Keletihan,
kelemahan umum
(2) Keterbatasan
dalam beraktivitas, bekerja, dan lain-lain
2) Sirkulasi
(1) Iktal :
Hipertensi, peningkatan nadi sinosis
(2) Posiktal :
Tanda-tanda vital normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan
3) Intergritas
Ego
(1) Stressor eksternal
atau internal yang berhubungan dengan keadaan dan atau penanganan
(2) Peka rangsangan :
pernafasan tidak ada harapan atau tidak berdaya
(3) Perubahan dalam
berhubungan
4) Eliminasi
(1) Inkontinensia
epirodik
5) Makanan
atau cairan
(1) Sensitivitas
terhadap makanan, mual atau muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang
6) Neurosensori
(1) Riwayat sakit
kepala, aktivitas kejang berulang, pinsan, pusing riwayat trauma kepala,
anoreksia, dan infeksi serebal
(2) Adanya area
(rasangan visual, auditoris, area halusinasi)
(3) Posiktal :
Kelamaan, nyeri otot, area paratise atau paralisis
7) Kenyamanan
(1) Sakit
kepala, nyeri otot, (punggung pada periode posiktal)
(2) Nyeri
abnormal proksimal selama fase iktal
8) Pernafasan
(1) Fase
iktal : Gigi menyetup, sinosis, pernafasan menurun cepat peningkatan sekresi
mulus
(2) Fase
posektal : Apnea
9) Keamanan
(1) Riwayat
terjatuh
(2) Adanya
alergi
10) Interaksi
Sosial
(1) Masalah
dalam hubungan interpersonal dalam keluarga lingkungan sosialnya
(2) Perubahan
kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.1.2. Pemeriksaan Fisik
1) Aktivitas
(1) Perubahan
tonus otot atau kekuatan otot
(2) Gerakan
involanter atau kontraksi otot atau sekelompok otot
2) Integritas
Ego
(1) Pelebaran
rentang respon emosional
3) Eleminasi
(1) Iktal
: penurunan tekanan kandung kemih dan tonus spinter
(2) Posiktal
: otot relaksasi yang mengakibatkan inkonmesia
4) Makanan
atau cairan
(1) Kerusakan
jaringan lunak (cedera selama kejang)
(2) Hyperplasia
ginginal
5) Neurosensori
(karakteristik kejang)
(1) Fase
prodomal :
- Adanya
perubahan pada reaksi emosi atau respon efektifitas yang tidak menentu yang
mengarah pada fase area.
(2) Kejang
umum
- Tonik
– klonik : kekakuan dan postur menjejak, mengenag peningkatan keadaan, pupil
dilatasi, inkontineusia urine
- Fosiktal
: pasien tertidur selama 30 menit sampai beberapa jam, lemah kalau mental dan
anesia
- Absen
(patitmal) : periode gangguan kesadaran dan atau makanan
(3) Kejang
parsial
-
Jaksomia atau motorik fokal : sering didahului dengan aura,
berakhir 15 menit tdak ada penurunan kesadaran gerakan ersifat konvulsif
(4) Kenyamanan
- Sikap
atau tingkah laku yang berhati-hati
- Perubahan
pada tonus ott
- Tingkah
laku distraksi atau gelisah
(5) Keamanan
- Trauma
pada jaringan lunak
- Penurunan
kekuatan atau tonus otot secara menyeluruh
1.2.2. Rencana
Asuhan Keperawatan
1.2.2.1 Risiko
tinggi hipertermia berhubungan dengan proses infeksi
1) Tujuan
: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi
aktual
2) Kriteria
hasil :
(1) Suhu
dalam batas normal (36 – 37 o C)
(2) RR
: < 40 x/mnt
(3) N
: 60-120 x/mnt
3) Intervensi
:
(1) Observasi
adanya faktor-faktor yang memperberat risiko hipertermia
R :
Mencegah terjadinya risiko peningkatan tubuh
(2) Observasi
TTV
R :
Peningkatan suhu tubuh diawasi
(3) Pendidikan
kesehatan kompres dingin
R :
Merangsang saraf di hipotalamus untuk menghentukan panas tubuh dan memberikan
rasa nyaman
(4) Menganjurkan
memakai pakaian yang tipis
R :
Dapat membantu menyerap keringat
(5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat Ferris 2,5 cc/hari
R :
Efek obat diharapkan dapat menurunkan panas
1.2.2.2 Risiko
tinggi cedera berhubungan dengan gangguan hantaran neuron pada otak
1) Tujuan
: Setelah dilakukan asuhan keperawatan 1 x 24 jam masalah tidak menjadi aktual
2) Kriteria
hasil :
(1) Tidak
terjadi kejang
(2) Tidak
terjadi cedera saat kejang
3) Intervensi
:
(1) Menganjurkan
orang tua untuk memberikan pengaman pada sisi tempat tidur pasien
R :
Mencegah terjadinya cidera saat kejang
(2) Menganjurkan
orang tua untuk membersihkan saliva yang keluar dari mulut
R :
Mencegah terjadinya aspirasi
(3) Menganjurkan
keluarga untuk memberikan benda yang lunak untuk digigit saat kejang
R :
Mencegah tergigitnya lidah saat kejang
(4) Menganjurkan
orang tua memantau tanda-tanda kejang
R :
Mengantisipasi penanganan kejang
(5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian terapi obat Depaken ½ tab
R :
Efek obat diharapkan dapat mencegah kejang
1.2.2.3 Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan peningkatan suhu tubuh
1) Tujuan
: Pasien dapat menunjukkan volume cairan stabil
2) Kriteria
hasil :
Keseimbangan pemasukan dan
pengeluaran, BB stabil, TTV dalam rentang normal. Tidak ada peningkatan suhu
tubuh.
3) Intervensi
dan rasional :
(1) Observasi
TTV
R :
Untuk mengetahui perkembangan pasien
(2) Monitor
tanda-tanda kekurangan cairan
R
: Memantau terjadinya dehidrasi
(3) Catat
intake dan output pasien
R
: Untuk mengetahui keseimbangan masuk dan keluarnya makanan
(4) Monitor
dan catat BB
R :
Memberikan informasi tentang keadekuatan masukan diet atau penentuan kebutuhan
nutrisi
(5) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian cairan IV
R :
Memenuhi cairan atau nutrisi yang belum adekuatnya masukan oral
1.2.2.4 Gangguan
pertukaran gas berhubungan dengan kebutuhan oksigen otak kurang (
Hipoksemia berat ) sekunder terhadap terjadinya kejang
1) Batasan Karakteristik
Mayor:
(1) Perubahan
frekuensi pernafasan
(2) Perubahan nadi (frekuensi, irama, kualitas)
Minor:
(1) Takipnea,
hipernea, hiperventilasi
(2) Irama
pernafasan tidak teratur
(3) Pernapasan
yang berat
2) Tujuan
(1) Perawat
dapat menurunkan tanda dan gejala gangguan pertukaran gas
(2) Pasien
dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas seperti tanda vital,
nilai AGD dan ekspresi wajah.
3) Kriteria
Hasil
(1) Menunjukkan
frekuensi pernafasan yang efektif
(2) Menyatakan
gejala berkurang
(3) Menyatakan
faktor-faktor penyebab dan menyatakan cara koping adaptif untuk mengatasinya
4) Intervensi
dan rasional :
(1) Observasi
TTV
R
: Mengidentifikasi keadaan pasien dalam intervensi yang
diberikan
(2) Kaji
adanya bunyi nafas tambahan, peningkatan pernafasan, terbatasnya ekspansi
dinding dada dan kelemahan
R
: Identifikasi adanya PK pulmonary edema
(3) Berikan
posisi tidur semi fowler
R :
Posisi semi fowler memaksimalkan ekspansi paru
(4) Evaluasi
perubahan pada tingkat kesadaran, catat sianosis dan atau perubahan warna kulit
termasuk membran mukosa dan kuku
R :
Akumulasi secret atau pengaruh jalan nafas dapat mengganggu oksigenasi organ
vital jaringan
(5) Tingkatkan
tirah baring atau batasi aktivitas dan bantu aktivitas perawatan diri sesuai
keperluan
R :
Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan selama periode penurunan pernafasan
dapat menurunkan beratnya gejala
(6) Kolaborasi
dengan dokter dalam pemberian oksigen
R :
Alat dalam memperbaiki hipoksemia yang dapat terjadi sekunder terhadap
penurunan ventilasi atau menurunnya permukaan alveolar paru
(7) Kolaborasi
dalam pemberian obat
R :
Dengan terapi pengobatan dapat mempercepat proses penyembuhan
1.2.2.5 PK
Hipoglikemia
1) Tujuan :
Perawat akan menangani dan meminimalkan terjadinya hiperglikemi
2) Kriteria Hasil :
1. GDP
dan GDS 76 – 110 mg/dl.
2. GD
2 JPP < 140 mg/dl.
3. Tidak
terjadi tanda – tanda hiperglikemi
( penurunan kesadaran, keringat
dingin, kesemutan )
3) Intervensi
(1) Pantau
tanda dan gejala DKA ( GD > 300 mg / dl, aceton darah positif, bau napas
keton, hipotensi, Na, K menurun,, takikardi )
R
: Bila insulin tidak tersedia,
glukosa darah akan meningkat dan tubuh akan memetabolisme lemak untuk kebutuhan
energi dan menghasilkan benda – benda keton.
(2) Pantau status hidrasi pasien, tanda – tanda dehidrasi.
R : Mencegah hidrasi berlebihan / kekurangan hidrasi.
(3) Pantau status neurologis pasien.
R : Fluktuasi kadar glukosa, asidosis dan keadaan cairan dapat mempengaruhi
fungsi neurologis karena sirkulasi yang tidak adekuat.
(4) Pantau sirkulasi pasien.
R : Dehidrasi berat menyebabkan
penurunan curah jantung dan terjadi vasokontriksi sebagai kompensasi tubuh.
(5) Kolaborasi dalam pemberian glukosa
R : Memenuhi kebutuhan glukosa
dalam darah
1.2.2.6 Defisit
pengetahuan tentang penatalaksanaan di rumah
1) Batasan
Karakteristik
Mayor
:
(1) Mengungkapkan
kurang pengetahuan atau ketrampilan / permintaan informasi.
(2) Mengekspresikan
suatu ketidakakuratan persepsi status kesehatan.
(3) Melakukan
dengan tidak tepat perilaku kesehatan yang dianjurkan atau yang diinginkan
Minor
:
(1) Kurang
integrasi tentang rencana pengobatan ke dalam aktivitas sehari – hari.
(2) Memperlihatkan
atau mengekspresikan perubahan psikologis ( misal : ansietas, depresi ) yang
mengakibatkan kesalahan informasi atau kurang informasi.
Tujuan
:
Pengetahuan pasien dan keluarga (
sasaran ) bertambah.
Intervensi :
1. Kaji
tingkat pengetahuan keluarga tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam
/ peningkatan suhu tubuh.
R : Identifikasi tingkat
pengetahuan sasaran penyuluhan
2. Beri
HE tentang penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu
tubuh.
R : Memberi informasi tentang
penatalaksanaan di rumah pada pasien demam / peningkatan suhu tubuh
1.2.3. Evaluasi
1) Pasien
dapat mempertahankan suhu tubuh dalam batas normal
2) Tidak terjadi cedera saat kejang
3) Volume
cairan pasien dapat terpenuhi secara adekuat
DAFTAR
PUSTAKA
Hidayat, Aziz. A.
(2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Jakarta :
CV. Sagung Seto.
Carpenito, Lynda Juall.
(1999). Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta :
EGC.
Doengoes, Marilyn E. Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman Untuk Perencanaan dan Pendokumentasian. Jakarta
: EGC.
Mansjoer, Arif. (2000). Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta :Media Aesculapius FKUI. Edisi III.
Price dan Wilson. (1995). Patofisiologi.
Jilid 2. Terjemahan : Peter Anugrah. Jakarta : EGC.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar