LAPORAN PENDAHULUAN
DIABETES MELLITUS
Pengertian
Diabetes mellitus
merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar
glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah
suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena
adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik
absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Klasifikasi
Klasifikasi
diabetes mellitus sebagai berikut :
- Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
- Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
- Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
- Diabetes mellitus gestasional (GDM)
Etiologi
- Diabetes tipe I:
a.
Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu
sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah
terjadinya DM tipe I.
Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen
HLA.
b.
Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal
dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi
terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.
Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun
yang menimbulkan destruksi selbeta.
- Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin
dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui.
Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.
Usia (resistensi insulin
cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.
Obesitas
c.
Riwayat keluarga
Patofisiologi/Pathways
Defisiensi Insulin
glukagon↑ penurunan
pemakaian
glukosa oleh sel
glukoneogenesis hiperglikemia
lemak protein
glycosuria
ketogenesis BUN↑ Osmotic Diuresis
|
ketonemia Nitrogen urine ↑ Dehidrasi
|
|
|
Aterosklerosis
|
|
Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada
DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan
akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM
lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran
klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi
yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena
katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer)
dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang
sering ditemukan adalah :
1.
Katarak
2.
Glaukoma
3.
Retinopati
4.
Gatal seluruh badan
5.
Pruritus Vulvae
6.
Infeksi bakteri kulit
7.
Infeksi jamur di kulit
8.
Dermatopati
9.
Neuropati perifer
10.
Neuropati viseral
11.
Amiotropi
12.
Ulkus Neurotropik
13.
Penyakit ginjal
14.
Penyakit pembuluh darah perifer
15.
Penyakit koroner
16.
Penyakit pembuluh darah otak
17.
Hipertensi
Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal
yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau
bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang
dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena
itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat
pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami
infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi
absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan
dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia.
Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan
berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak
bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala
kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih
jelas.
Pemeriksaan Penunjang
- Glukosa darah sewaktu
- Kadar glukosa darah puasa
- Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring
diagnosis DM (mg/dl)
|
Bukan DM
|
Belum pasti DM
|
DM
|
Kadar glukosa darah sewaktu
-
Plasma vena
-
Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-
Plasma vena
-
Darah kapiler
|
< 100
<80
<110
<90
|
100-200
80-200
110-120
90-110
|
>200
>200
>126
>110
|
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada
sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.
Glukosa plasma sewaktu >200
mg/dl (11,1 mmol/L)
2.
Glukosa plasma puasa >140
mg/dl (7,8 mmol/L)
3.
Glukosa plasma dari sampel yang
diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post
prandial (pp) > 200 mg/dl.
Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan
aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi
komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe
diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.
Diet
2.
Latihan
3.
Pemantauan
4.
Terapi (jika diperlukan)
5.
Pendidikan
Pengkajian
§ Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
§ Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa
lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis
apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang
dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§ Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
§ Sirkulasi
Adakah
riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus
pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§ Integritas Ego
Stress, ansietas
§ Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ),
diare
§ Makanan / Cairan
Anoreksia,
mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan
diuretik.
§ Neurosensori
Pusing,
sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan
penglihatan.
§ Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§ Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya
infeksi / tidak)
§ Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.
Masalah Keperawatan
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
- Kekurangan volume cairan
- Gangguan integritas kulit
- Resiko terjadi injury
Intervensi
- Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
Tujuan :
kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§ Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§ Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§ Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§ Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan
makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§ Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung,
mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa
sesuai dengan indikasi.
§ Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan
elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§ Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan
indikasi.
§ Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat
kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas,
sakit kepala.
§ Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§ Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§ Kolaborasi dengan ahli diet.
- Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh
tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian
kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam
batas normal.
Intervensi :
§ Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§ Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§ Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§ Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran
mukosa
§ Pantau masukan dan pengeluaran
§ Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari
dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§ Catat hal-hal seperti mual,
muntah dan distensi lambung.
§ Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB,
nadi tidak teratur
§ Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa
dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)
- Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan
tidak terinfeksi
Intervensi :
§ Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan
discharge, frekuensi ganti balut.
§ Kaji tanda vital
§ Kaji adanya nyeri
§ Lakukan perawatan luka
§ Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§ Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.
- Resiko terjadi injury berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya
tanpa mengalami injury
Intervensi :
§ Hindarkan lantai yang licin.
§ Gunakan bed yang rendah.
§ Orientasikan klien dengan ruangan.
§ Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§ Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi
DAFTAR
PUSTAKA
Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian
Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.
Doenges, Marilyn E, Rencana
Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan
Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta :
EGC, 1999.
Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku
Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.
Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih
bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC,
2002.
Ikram, Ainal, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes
Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.
Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan
Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta
: Balai Penerbit FKUI, 2002
A.
PENGKAJIAN KELUARGA
Pengkajian pada tanggal : 27 Juli 2011
I. Data Dasar Keluarga
1. Nama Kepala
Keluarga : Bpk p
2. Usia : 76 Th
3. Pendidikan : Sekolah Rakyat
4. Pekerjaan : Pensiunan
5. Alamat : Jl. MT.
Haryono Gg 6
6. Komposisi
Keluarga :
No.
|
Nama
|
Gender
|
Hubungan
Dg KK
|
Usia
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Agama
|
1.
|
Bpk. p
|
L
|
Ayah
|
76 Th
|
SR/SD
|
Pensiunan
|
Islam
|
2.
|
Ny. S
|
P
|
Ibu
|
69 Th
|
SR/SD
|
IRT
|
Islam
|
3.
|
Sdr. MS
|
L
|
Anak
|
42 Th
|
SD
|
Swasta
|
Islam
|
4.
|
Sdri. L
|
P
|
Menantu
|
34 Th
|
SLTA
|
IRT
|
Islam
|
5.
|
An. I
|
P
|
Cucu
|
13 Th
|
SD
|
Pelajar
|
Islam
|
6.
|
An. A
|
P
|
Cucu
|
6 Th
|
Tdk Sekolah
|
Tdk Bekerja
|
Islam
|
7.
Genogram:
8.
Bentuk Keluarga:
Tipe keluarga ini adalah keluarga
besar.
9.
Latar Belakang Budaya/ Suku:
Bapak P dan Ibu S sama-sama berasal dari
Malang, suku Jawa sehingga keluarga dipengaruhi oleh budaya setempat. Bahasa
yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, tetapi menggunakan bahasa
Indonesia juga lancar.
10.
Agama:
Keluarga Bapak P menganut agama Islam. Mereka kadang-kadang sholat
Maghrib dan Isya’ berjamaah, sedangkan sholat lainnya biasanya dikerjakan
sendiri-sendiri. Bpk H adalah seorang pengurus/takmir masjid didaerah setempat.
11.
Status Sosial Ekonomi:
Bapak P seorang pensiunan dan anak/sdr MS saat ini yang berperan pencari
nafkah utama dalam keluarga. Ibu S tidak bekerja, ia berperan sebagai ibu rumah
tangga yang setiap hari mengurus rumah dan anak-anak, namun sudah beberapa
tahun belakangan ini Ibu S mengatakan bahwa dirinya tak mampu lagi berjalan dan
berdiri dengan sempurna sehingga mengganggu aktivitas hariannya.
12.
Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keseharian keluarga Bpk. P hanya berdiam dirumah. Menonton televisi
menjadi sasaran utama hiburan dalam keluarga. Sesekala pada akhir pekan, Sdr MS
dan Sdri L bersama kedua anaknya berlibur ketempat-tempat wisata terdekat.
II. Riwayat
Perkembangan Keluarga
13.
Tahap Perkembangan Keluarga
Saat Ini:
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak
dewasa yang dimana sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak yang masuk
dalam kriteria age school dan pre-school.
14.
Tugas Perkembangan Keluarga
Saat Ini:
Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa:
a.
Mempersiapkan anak untuk hidup
mandiri dan menerima kepergian anaknya.
b.
Menata kembali fasilitas dan
sumber yang ada dalam keluarga.
c.
Berperan sebagai suami istri,
kakek nenek.
15.
Riwayat Keluarga Inti:
Bapak P dan Ibu S menikah setelah melewati masa pacaran
yang singkat. Baik Bapak P maupun Ibu S tidak suka dijodohkan, kalau sudah
cocok mereka langsung menikah, hingga keluarga Bpk P terbina sampai saat ini.
Bpk P dan keluarganya juga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit
keturunan tertentu, pada usia mudanya Bpk P ataupun Ibu S tidak pernah
menderita penyakit yang membahayakan dan
baru sekitar 5 tahun yang lalu diketahui bahwa Ibu S menderita kencing manis.
Mengenai anak-anak dikatakan tidak pernah menderita penyakit berat tertentu.
Saat ini Ibu S mengeluh kakinya susah untuk dibuat berjalan dan kadang – kadang
leher terasa kaku. Kalau sakit, keluarga ke puskesmas karena jaraknya dekat dan
disamping itu juga keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan oleh seorang dokter
yang dikenal dan rutin memeriksa Ibu S.
16.
Riwayat Keluarga Sebelumnya:
Orangtua dari Bapak P sudah meninggal dunia dengan tanpa riwayat
penyakit yang diketahui. Kedua orangtua Ibu S juga telah meninggal dengan riwayat
penyakit Ibu dari Ibu menderita DM.
III. Data Lingkungan
17.
Karakteristik Rumah:
·
Jenis Rumah
Rumah yang dihuni tergolong permanen.
·
Luas Bangunan: 64 m2
- Dinding Rumah
Terbuat dari batubata yang dilapisi semen, tetapi
lembab, untuk kamar tidur terbuat dari sekatan papan kayu.
- Ventilaasi
Rumah kurang mendapat ventilasi , hal ini dilihat dari
ruangan dapur yang gelap disiang hari dan jendela kamar tidur anak yang tidak
dibuka disiang hari.
- Lantai
Terbuat
dari keramik.
- Sirkulasi air
Sumber air yang digunakan keluarga adalah sumur gali. Sirkulasi
air di rumah keluarga Bpk HA tergolong baik, ini terbukti bahwa air yang
dipakai selalu jernih dan air selalu ada serta tidak pernah kekeringan.
- Kamar Tidur
Gelap apabila lampu tidak dihidupkan, kurang dijaga
kerapiannya. Jumlah ruangan yang terbatas menyebabkan anak – anak tidur dalam 1
ruangan dan terdapat pula yang tidur didepan ruang TV yang sekaligus ruang tamu.
- Penerangan
Penerangan dalam rumah yang digunakan menggunakan
listrik.
- Status Rumah
Milik pribadi
18. Denah Rumah
Kamar Tidur Kamar
Tidur
Dapur
Ruang Tamu
19.
Pengelolaan Sampah
- Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah pribadi.
- Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara diambil oleh petugas kebersihan setempat.
20.
Jamban Keluarga:
- Keluarga memiliki WC sendiri yang menjadi satu dengan kamar mandinya.
- Jenis jamban yang dimiliki keluarga adalah jenis leher angsa.
- Jarak antara sumber air dengan penampungan tinja adalah < 10 meter.
21.
Pembuangan Air Limbah:
Setiap air limbah/air kotor hasil rumah tangga langsung dialirkan ke
arah sungai yang dekat dengan rumah.
22.
Fasilitas Sosial dan Fasilitas
Kesehatan:
a.
Perkumpulan social dalam
kegiatan di masyarakat setempat adalah tahlilan yang rutin dilakukan setiap
malam jum`at.
b.
Fasilitas pelayanan kesehatan
dimsyarakat yang berlaku adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan posyandu,
dimana diatur oleh para kader puskesmas area wilayah dinoyo.
c.
Keluarga memanfaatkan fasilitas
kesehatan tertentu yang dilaksanakan setiap 1 bln sekali yaitu kegiatan
posyandu lansia.
d.
Keluarga dalam menjangkau
pelayanan kesehatan dengan cara berkendara sepeda motor dan terkadang dengan
berjalan kaki.
23.
Karakteristik Tetangga dan
Komunitas:
Sebagian besar warga penduduk asli Malang (suku Jawa) dengan mata
pencaharian berdagang, mekanik motor dan PNS. Jarak antar rumah sangat rapat.
Sesama penduduk terutama tetangga yang berdekatan sudah seperti saudara
sendiri. Ibu-ibu sering berkumpul saat sore hari pada waktu bersantai sambil
menonton televisi.
24.
Mobilitas Geografis Keluarga:
Sejak menikah, Bapak P dan Ibu S tinggal di MT Haryono hingga sapai
sekarang ini.
25.
Perkumpulan Keluarga dan Interaksi
dengan Masyarakat:
Ibu S berkumpul dengan masyarakat saat pengajian setiap Jum’at.
Bapak P berkumpul dengan masyarakat setiap saat waktu sholat tiba dan setiap
ada pengajian karena mengingat Bpk P adalah seorang takmir masjid.
26.
Sistem Pendukung Keluarga:
Hubungan Bapak P dan Ibu S dengan saudara-saudaranya sangat baik dan
sering membantu bila keluarga Bapak S sedang menghadapi masalah.
IV. Struktur Keluarga
27.
Pola Komunikasi:
Pola komunikasi keluarga bersifat terbuka. Bila ada masalah selalu
dibicarakan dengan anggota keluarga yang lain dan pengambilan keputusan sangat
demokratis yaitu dengan musyawarah untuk mendapat keputusan yang terbaik.
28.
Struktur Kekuatan:
Keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah bersama dimana setiap
anggota keluarga mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Tidak
ada salah satu anggota keluarga yang dominan dalam menentukan keputusan, namun
apabila hasil akhir tidak ditemukan titik terang maka Bpk P sebagai penentu dan
pengambil keputusan dalam keluarga.
29.
Struktur Peran:
Sebagai kepala keluarga, saat ini Bapak P sudah tidak berperan
sebagai pencari nafkah keluarga dan berganti anaknya Sdr MS dan dibantu juga
oleh kedua anak lainnya, keadaan ini berjalan karena mengingat kondisi dari Bpk
P yang telah berusia lanjut. Ibu S dan Sdri L berperan sebagai ibu rumah tangga
yang mengurus pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak Sdr MS yaitu An I dan An A
yang biasanya belajar dan bermain.
30.
Nilai-nilai Keluarga:
Keluarga mengikuti budaya sopan santun yang berlaku di masyarakat seperti
anak-anak harus hormat pada orangtua, bersalaman dengan tamu yang berkunjung,
dsb.
V. Fungsi
Keluarga
31.
Fungsi Afektif:
Semua anggota keluarga saling menghormati dan menghargai, komunikasi
selalu dilakukan secara terbuka, tidak ada masalah yang dipendam, semua langsung
dibicarakan. Anak-anak dekat dengan dekat dengan kedua orang tua tanpa
pengecualian. Cucu dari Bpk H juga dekat dengan orang tuanya ataupun dengan
kakek neneknya.
32.
Fungsi Sosialisasi:
Sosialisasi keluarga dengan tetangga sangat baik. Anak-anak sering
bermain keluar-masuk ke rumah tetangga, demikian pula sebaliknya. An I aktif dalam
kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya dan juga An I beserta adiknya An A
rutin mengikuti sekolah mengaji TPQ setiap sore.
VI. Stress dan Koping Keluarga
33.
a. Stress
Jangka Pendek:
Bapak H dan Sdr MS mengatakan masih bingung untuk memilih sekolah
bagi cucu, dimana putri dari Sdr MS yang akan dimasuki An A (masuk SD).
b. Stress Jangka Panjang:
Luas rumah yang kurang memadai menyebabkan ruang gerak anak-anak menjadi
terbatas, sehingga sering terdengar keributan di dalam rumah.
34.
Kemampuan Keluarga untuk
Berespon Terhadap Masalah:
Jika terdapat masalah dalam pengambilan keputusan, maka keluarga
akan menyelesaikannya secara demokratis (yang terbaik untuk mereka).
35.
Strategi Koping yang Digunakan:
Keluarga selalu mendiskusikan setiap masalah yang dihadapi keluarga.
Semua masalah selalu langsung dibicarakan tanpa dipendam terlebih dahulu. Tidak
ada sikap yang dominan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah
yang terbaik menurut keluarga.
36.
Strategi Koping Disfungsional:
Tidak terdapat masalah pada koping yang digunakan keluarga dalam
pengambilan keputusan.
VII. Harapan Keluarga
Terhadap Asuhan Keperawatan
Keluarga mengatakan bahwa keluarga ingin mendapatkan pengetahuan
yang lebih terkait masalah kesehatan yang ada saat ini dan juga dengan
diterapkannya asuhan keperawatan yang diberikan maka keluarga tahu dan lebih
memahami dalam mengambil keputusan yang terkait dalam konteks kesehatan.
VIII. Fungsi Perawatan
Kesehatan
Secara umum keluarga sudah mampu mengenal penyakit yang diderita Ibu
S namun belum mengetahui secara mendalam dan juga masih belum mengerti terkait
dengan kakinya yang saat ini susah untuk dibuat berjalan pasca luka gangrene
yang dulu pernah diderita Ibu S dan juga leher Ibu S yang terkadang terasa kaku
membuat kebingungan keluarga. Kemampuan memberikan perawatan pada keluarga juga
masih kurang, kemampuan menciptakan lingkungan yang meningkatkan status
kesehatan masih kurang, demikian juga dengan pemanfaatan sarana kesehatan sudah
cukup baik tetapi tidak konsisten dan kurang optimal.
B. ANALISA DATA
Data |
Masalah Keperawatan |
Subyektif:
Obyektif:
|
Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM. berhubungan dengan
tidak tahu akibat dari penyakit DM.
|
Subyektif:
Obyektif:
|
Ketidakmampuan
keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sehu-bungan dengan tidak tahu
cara me-rawat pasien dengan DM.
|
Subyektif:
Obyektif:
|
Kurangnya
suplai O2 pada daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan
viskositas darah dan minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM
|
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
KELUARGA
1.
Ketidakmampuan keluarga
mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM. berhubungan dengan tidak tahu
akibat dari penyakit DM.
2.
Kurangnya suplai O2
pada daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan
minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM.
3.
Ketidakmampuan keluarga merawat
anggota keluarga yang sakit sehubungan dengan tidak tahu cara merawat pasien
dengan DM.
D.
SKORING Prioritas Masalah
1. Ketidakmampuan
keluarga mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM
NO
|
Kriteria
|
PHT
|
Skor
|
Rasional
|
1
|
Sifat Masalah
|
(3/3)x1
|
1
|
Tindakan awal
yang tidak tepat akan mengakibatkan komplikasi yang lebih parah
|
2
|
Kemungkinan masalah untuk diubah
|
(1/2)x2
|
1
|
Memerlukan
pembelajaran dan pengetahuan yang lebih terkait penyakit DM yang diderita Ibu
S
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah
|
(2/3)x1
|
2/3
|
Memberikan
pengetahuan yang cukup dan secara umum
|
4
|
Menonjolnya masalah
|
(1/2)x1
|
1/2
|
Keluarga menyadari
akan masalah tersebut namun kurangnya akses yang didapat
|
|
Total
|
|
2
3/5
|
|
2. Kurangnya suplai O2 pada
daerah otak
NO
|
Kriteria
|
PHT
|
Skor
|
Rasional
|
1
|
Sifat Masalah
|
(3/3)x1
|
1
|
Suplai O2
merupakan hal yang paling utama dan vital apabila tidak mendapatkan
penanganan dengan cepat
|
2
|
Kemungkinan masalah untuk diubah
|
(1/2)x2
|
1
|
Membutuhkan
waktu yang cukup untuk melancarkan sirkulasi terkait dengan peningkatas
viskositas darah
|
3
|
Potensial masalah untuk dicegah
|
(2/3)x1
|
2/3
|
Penatalaksanaan
yang lambat akan membawa dampak yang vital
|
4
|
Menonjolnya masalah
|
(2/2)x1
|
1
|
Keluarga belum
mengetahui secara pasti tentang keadaan yang dialami Ibu S
|
|
Total
|
|
3
2/3
|
|
3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit
NO
|
Kriteria
|
PHT
|
Skor
|
Rasional
|
1
|
Sifat Masalah
|
(2/3)x1
|
2/3
|
Tindakan awal
yang tidak tepat akan mengakibatkan komplikasi yang lebih parah
|
2
|
Kemungkinan masalah untuk diubah
|
(1/2)x2
|
1/2
|
Memerlukan
pembelajaran dan pengetahuan yang lebih terkait penyakit DM yang diderita Ibu
S
|
3
|
Potensi masalah untuk dicegah
|
(2/3)x1
|
2/3
|
Memberikan
pengetahuan yang cukup dan secara umum
|
4
|
Menonjolnya masalah
|
(1/2)x1
|
1/2
|
Keluarga
menyadari akan masalah tersebut namun kurangnya akses yang didapat
|
|
Total
|
|
6/10
|
|
E. INTERVENSI
Nama Kepala Keluarga : Bpk P
Alamat : Jl. MT. Haryono Gg 6/866
NO
|
MASALAH
|
DIAGNOSA
|
SASARAN
|
TUJUAN
|
INTERVENSI
|
EVALUASI
|
|
|
|
KESEHATAN
|
PERAWATAN
|
|
|
|
KRITERIA
|
STANDART
|
|
1.
|
Penyakit DM
type II
|
Kurangnya suplai O2 pada
daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan
minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM.
|
Setelah melakukan beberapa intervensi keluarga
mampu memahami akibat penyakit DM dan perawatannya
|
Setelah kunjungan rumah I (1 minggu
kemudian) keluarga mampu melakukan 3 macam upaya penatalaksanaan dan
pencegahan akibat DM
|
1)
Kaji tingkat pengetahuan
keluarga terkait dengan penyakit DM
2)
Jelaskan tentang penyakit DM:
Pengertian, penyebab, dan cara mengatasi.
3)
Jelaskan pencegahan agar
tidak menjadi parah :
·
Sikap tubuh saat aktifitas.
·
Aktifitas yang tidak boleh
dilakukan.
4)
Jelaskan dan dukung
pemanfaatan sumber daya / dana dalam keluarga.
5)
Rujuk Ibu. S ke fasilitas
kesehatan terdekat.
6)
Anjurkan untuk melatih
pergerakan persendian leher dengan ringan.
|
Tingkat keparahan penyakit (Respon fisik
)
|
Penyakit tidak menjadi lebih parah :
·
Tidak mengalami kekakuan
leher.
·
Tidak merasa pusing
·
Badan lebih fit
|
|
2
|
|
Ketidakmampuan keluarga mengambil
keputusan penata-laksanaan pasien DM. berhubungan dengan tidak tahu akibat
dari penyakit DM.
|
Setelah melakukan beberapa intervensi
keluarga mampu memutuskan tin-dakan tentang pe-natalaksanaan pe-nyakit DM.
|
Setelah melakukan tindakan keperawatan,
keluarga dapat menye-butkan akibat penyakit DM. bila tidak di -tangani.
|
1)
Kaji pengetahuan keluarga tentang
akibat penyakit DM.
2)
Diskusikan tentang akibat
penyakit DM. bila tidak ditangani yaitu; kelainan mata, ginjal, jantung,
ganggren, obesitas.
3)
Ajarkan keluarga bagaimana
merawat klien akibat DM
4)
Beri reinforsment hasil
diskusi pada jawaban yang benar dan penjelasan tambahan tentang akibat
penyakit DM.
|
Respon verbal
|
Keluarga dapat
menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit DM, yaitu:
·
Kelainan mata
·
Aktifitas
·
Penyakit ginjal dan jantung
·
Ganggren.
|
|
3
|
|
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota
keluarga yang sakit sehu-bungan dengan ti-dak tahu cara me-rawat pasien
dengan DM.
|
Setelah melakukan intervensi keperawatan
ke-luarga mampu merawat Ibu S yang menderita DM.
|
Setelah melakukan intervensi keluarga
dapat memutuskan mengatasi penyakit DM. pada Ibu S.
|
1)
Kaji pengetahuan kelurga
tentang penetalaksanaan penyakit DM.
2)
Diskusikan tentang
pena-talaksanaan penyakit DM dan bandingkan dengan keadaan Ibu S. pada saat
normal.
3)
Arahkan keluarga untuk
memutuskan mengatasi DM. pada Ibu S. Menjelaskan alternatif tindakan
penanganan penyakit DM seperti : nutrisi, exercise, dan obat.
4)
Berikan reinforsment jika
keluarga memutuskan untuk mengatasi DM pada Ibu S.
|
Respon verbal
|
Keluarga memu-tuskan untuk me-ngatasi DM.
pada Ibu S.
|
|
F. IMPLEMENTASI
Tgl
|
No Dx
|
Tindakan/Implementasi
|
TTD
|
29/07/2011
|
1
|
1) Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan penyakit DM
2) Menjelaskan tentang penyakit DM: Pengertian, penyebab, dan cara
mengatasi.
3) Menjelaskan pencegahan agar tidak menjadi parah :
·
Sikap tubuh saat aktifitas.
·
Aktifitas yang tidak boleh
dilakukan.
4)
Menjelaskan dan dukung
pemanfaatan sumber daya / dana dalam keluarga.
5)
Membantu untuk merujuk Ibu. S
ke fasilitas kesehatan terdekat.
6)
Menganjurkan untuk melatih
pergerakan persendian leher dengan ringan.
|
|
29/07/2011
|
2
|
1) Mengkaji pengetahuan keluarga tentang akibat penyakit DM.
2) Mendiskusikan tentang akibat penyakit DM. bila tidak ditangani
yaitu; kelainan mata, ginjal, jantung, ganggren, obesitas.
3)
Mengajarkan keluarga
bagaimana merawat klien akibat DM seperti exercise RoM.
4) Memberi reinforsment hasil diskusi pada jawaban yang benar dan
penjelasan tambahan tentang akibat penyakit DM.
|
|
29/07/2011
|
3
|
1)
Kaji pengetahuan kelurga
tentang penetalaksanaan penyakit DM.
2)
Diskusikan tentang
pena-talaksanaan penyakit DM dan bandingkan dengan keadaan bapak S. pada saat
normal.
3)
Arahkan keluarga untuk
memutus- kan mengatasi DM. pada Ibu S. Menjelaskan alternatif tindakan
penanganan penyakit DM seperti : nutrisi, exercise, dan obat.
4)
Berikan reinforsment jika
keluarga memutuskan untuk mengatasi DM pada Ibu S.
|
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar