Senin, 07 Desember 2015

askep Dm




LAPORAN PENDAHULUAN

DIABETES MELLITUS


Pengertian
Diabetes mellitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia. (Brunner dan Suddarth, 2002).
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).

Klasifikasi
Klasifikasi diabetes mellitus sebagai berikut :
  1. Tipe I : Diabetes mellitus tergantung insulin (IDDM)
  2. Tipe II : Diabetes mellitus tidak tergantung insulin (NIDDM)
  3. Diabetes mellitus yang berhubungan dengan keadaan atau sindrom lainnya
  4. Diabetes mellitus gestasional (GDM)

Etiologi
  1. Diabetes tipe I:
a.       Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang memiliki tipe antigen HLA.
b.      Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing. Yaitu otoantibodi terhadap sel-sel pulau Langerhans dan insulin endogen.
c.       Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang menimbulkan destruksi selbeta.
  1. Diabetes Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a.       Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b.      Obesitas
c.       Riwayat keluarga

Patofisiologi/Pathways
 
Defisiensi Insulin


 
                                                   glukagon↑                                penurunan pemakaian
glukosa oleh sel

                                 glukoneogenesis                                  hiperglikemia


 
       lemak                        protein                             glycosuria

   ketogenesis                     BUN↑                        Osmotic Diuresis


Kekurangan volume cairan
 
 
     ketonemia            Nitrogen urine ↑                   Dehidrasi

Mual muntah
 
         ↓ pH                                                                Hemokonsentrasi









 
Resti Ggn Nutrisi
Kurang dari kebutuhan
 
                    Asidosis                                                                Trombosis


§  Koma
§  Kematian
 
 
                                                                                                 Aterosklerosis


 
Mikrovaskuler
 
Makrovaskuler
 
   


 






Tanda dan Gejala
Keluhan umum pasien DM seperti poliuria, polidipsia, polifagia pada DM umumnya tidak ada. Sebaliknya yang sering mengganggu pasien adalah keluhan akibat komplikasi degeneratif kronik pada pembuluh darah dan saraf. Pada DM lansia terdapat perubahan patofisiologi akibat proses menua, sehingga gambaran klinisnya bervariasi dari kasus tanpa gejala sampai kasus dengan komplikasi yang luas. Keluhan yang sering muncul adalah adanya gangguan penglihatan karena katarak, rasa kesemutan pada tungkai serta kelemahan otot (neuropati perifer) dan luka pada tungkai yang sukar sembuh dengan pengobatan lazim.
Menurut Supartondo, gejala-gejala akibat DM pada usia lanjut yang sering ditemukan adalah :
1.     Katarak                                               
2.     Glaukoma
3.     Retinopati
4.     Gatal seluruh badan
5.     Pruritus Vulvae
6.     Infeksi bakteri kulit
7.     Infeksi jamur di kulit
8.     Dermatopati
9.     Neuropati perifer
10. Neuropati viseral
11. Amiotropi
12. Ulkus Neurotropik
13. Penyakit ginjal
14. Penyakit pembuluh darah perifer
15. Penyakit koroner
16. Penyakit pembuluh darah otak
17. Hipertensi

Osmotik diuresis akibat glukosuria tertunda disebabkan ambang ginjal yang tinggi, dan dapat muncul keluhan nokturia disertai gangguan tidur, atau bahkan inkontinensia urin. Perasaan haus pada pasien DM lansia kurang dirasakan, akibatnya mereka tidak bereaksi adekuat terhadap dehidrasi. Karena itu tidak terjadi polidipsia atau baru terjadi pada stadium lanjut.
Penyakit yang mula-mula ringan dan sedang saja yang biasa terdapat pada pasien DM usia lanjut dapat berubah tiba-tiba, apabila pasien mengalami infeksi akut. Defisiensi insulin yang tadinya bersifat relatif sekarang menjadi absolut dan timbul keadaan ketoasidosis dengan gejala khas hiperventilasi dan dehidrasi, kesadaran menurun dengan hiperglikemia, dehidrasi dan ketonemia. Gejala yang biasa terjadi pada hipoglikemia seperti rasa lapar, menguap dan berkeringat banyak umumnya tidak ada pada DM usia lanjut. Biasanya tampak bermanifestasi sebagai sakit kepala dan kebingungan mendadak.
Pada usia lanjut reaksi vegetatif dapat menghilang. Sedangkan gejala kebingungan dan koma yang merupakan gangguan metabolisme serebral tampak lebih jelas.

Pemeriksaan Penunjang
  1. Glukosa darah sewaktu
  2. Kadar glukosa darah puasa
  3. Tes toleransi glukosa
Kadar darah sewaktu dan puasa sebagai patokan penyaring diagnosis DM (mg/dl)

Bukan DM
Belum pasti DM
DM
Kadar glukosa darah sewaktu
-          Plasma vena
-          Darah kapiler
Kadar glukosa darah puasa
-          Plasma vena
-          Darah kapiler

< 100
<80

<110
<90

100-200
80-200

110-120
90-110

>200
>200

>126
>110
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus pada sedikitnya 2 kali pemeriksaan :
1.      Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2.      Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3.      Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl.


Penatalaksanaan
Tujuan utama terapi diabetes mellitus adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar glukosa darah dalam upaya untuk mengurangi komplikasi vaskuler serta neuropati. Tujuan terapeutik pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa darah normal.
Ada 5 komponen dalam penatalaksanaan diabetes :
1.      Diet
2.      Latihan
3.      Pemantauan
4.      Terapi (jika diperlukan)
5.      Pendidikan

Pengkajian
§  Riwayat Kesehatan Keluarga
Adakah keluarga yang menderita penyakit seperti klien ?
§  Riwayat Kesehatan Pasien dan Pengobatan Sebelumnya
Berapa lama klien menderita DM, bagaimana penanganannya, mendapat terapi insulin jenis apa, bagaimana cara minum obatnya apakah teratur atau tidak, apa saja yang dilakukan klien untuk menanggulangi penyakitnya.
§  Aktivitas/ Istirahat :
Letih, Lemah, Sulit Bergerak / berjalan, kram otot, tonus otot menurun.
§  Sirkulasi
Adakah riwayat hipertensi,AMI, klaudikasi, kebas, kesemutan pada ekstremitas, ulkus pada kaki yang penyembuhannya lama, takikardi, perubahan tekanan darah
§  Integritas Ego
Stress, ansietas
§  Eliminasi
Perubahan pola berkemih ( poliuria, nokturia, anuria ), diare
§  Makanan / Cairan
Anoreksia, mual muntah, tidak mengikuti diet, penurunan berat badan, haus, penggunaan diuretik.
§  Neurosensori
Pusing, sakit kepala, kesemutan, kebas kelemahan pada otot, parestesia,gangguan penglihatan.
§  Nyeri / Kenyamanan
Abdomen tegang, nyeri (sedang / berat)
§  Pernapasan
Batuk dengan/tanpa sputum purulen (tergangung adanya infeksi / tidak)
§  Keamanan
Kulit kering, gatal, ulkus kulit.

Masalah Keperawatan
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan
  2. Kekurangan volume cairan
  3. Gangguan integritas kulit
  4. Resiko terjadi injury

Intervensi
  1. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan masukan oral, anoreksia, mual, peningkatan metabolisme protein, lemak.
      Tujuan : kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
§  Pasien dapat mencerna jumlah kalori atau nutrien yang tepat
§  Berat badan stabil atau penambahan ke arah rentang biasanya
Intervensi :
§  Timbang berat badan setiap hari atau sesuai dengan indikasi.
§  Tentukan program diet dan pola makan pasien dan bandingkan dengan makanan yang dapat dihabiskan pasien.
§  Auskultasi bising usus, catat adanya nyeri abdomen / perut kembung, mual, muntahan makanan yang belum sempat dicerna, pertahankan keadaan puasa sesuai dengan indikasi.
§  Berikan makanan cair yang mengandung zat makanan (nutrien) dan elektrolit dengan segera jika pasien sudah dapat mentoleransinya melalui oral.
§  Libatkan keluarga pasien pada pencernaan makan ini sesuai dengan indikasi.
§  Observasi tanda-tanda hipoglikemia seperti perubahan tingkat kesadaran, kulit lembab/dingin, denyut nadi cepat, lapar, peka rangsang, cemas, sakit kepala.
§  Kolaborasi melakukan pemeriksaan gula darah.
§  Kolaborasi pemberian pengobatan insulin.
§  Kolaborasi dengan ahli diet.
  1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik.
Tujuan : kebutuhan cairan atau hidrasi pasien terpenuhi
Kriteria Hasil :
Pasien menunjukkan hidrasi yang adekuat dibuktikan oleh tanda vital stabil, nadi perifer dapat diraba, turgor kulit dan pengisian kapiler baik, haluaran urin tepat secara individu dan kadar elektrolit dalam batas normal.
Intervensi :
§  Pantau tanda-tanda vital, catat adanya perubahan TD ortostatik
§  Pantau pola nafas seperti adanya pernafasan kusmaul
§  Kaji frekuensi dan kualitas pernafasan, penggunaan otot bantu nafas
§  Kaji nadi perifer, pengisian kapiler, turgor kulit dan membran mukosa
§  Pantau masukan dan pengeluaran
§  Pertahankan untuk memberikan cairan paling sedikit 2500 ml/hari dalam batas yang dapat ditoleransi jantung
§  Catat hal-hal  seperti mual, muntah dan distensi lambung.
§  Observasi adanya kelelahan yang meningkat, edema, peningkatan BB, nadi tidak teratur
§  Kolaborasi : berikan terapi cairan normal salin dengan atau tanpa dextrosa, pantau pemeriksaan laboratorium (Ht, BUN, Na, K)

  1. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan status metabolik (neuropati perifer).
      Tujuan : gangguan integritas kulit dapat berkurang atau menunjukkan    penyembuhan.
Kriteria Hasil :
Kondisi luka menunjukkan adanya perbaikan jaringan dan tidak terinfeksi
Intervensi :
§  Kaji luka, adanya epitelisasi, perubahan warna, edema, dan discharge, frekuensi ganti balut.
§  Kaji tanda vital
§  Kaji adanya nyeri
§  Lakukan perawatan luka
§  Kolaborasi pemberian insulin dan medikasi.
§  Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi.



  1. Resiko terjadi injury berhubungan dengan  penurunan fungsi penglihatan
Tujuan : pasien tidak mengalami injury
Kriteria Hasil : pasien dapat memenuhi kebutuhannya tanpa mengalami injury
Intervensi :
§  Hindarkan lantai yang licin.
§  Gunakan bed yang rendah.
§  Orientasikan klien dengan ruangan.
§  Bantu klien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
§  Bantu pasien dalam ambulasi atau perubahan posisi




DAFTAR PUSTAKA

Luecknote, Annette Geisler, Pengkajian Gerontologi alih bahasa Aniek Maryunani, Jakarta:EGC, 1997.

Doenges, Marilyn E, Rencana Asuhan Keperawatan Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien edisi 3 alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, Jakarta : EGC, 1999.

Carpenito, Lynda Juall, Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 alih bahasa YasminAsih, Jakarta : EGC, 1997.

Smeltzer, Suzanne C, Brenda G bare, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth Edisi 8 Vol 2 alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester, Yasmin asih, Jakarta : EGC, 2002.

Ikram, Ainal,  Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam : Diabetes Mellitus Pada Usia Lanjut jilid I Edisi ketiga, Jakarta : FKUI, 1996.

Arjatmo Tjokronegoro. Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu.Cet 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI, 2002













A.     PENGKAJIAN KELUARGA
Pengkajian pada tanggal : 27 Juli 2011

I. Data Dasar Keluarga

1. Nama Kepala Keluarga       : Bpk p
2. Usia                                     : 76 Th
3. Pendidikan                          : Sekolah Rakyat
4. Pekerjaan                             : Pensiunan
5. Alamat                                : Jl. MT. Haryono Gg 6
6. Komposisi Keluarga            :
No.
Nama
Gender
Hubungan
Dg KK
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
1.     
Bpk. p
L
Ayah
76 Th
SR/SD
Pensiunan
Islam
2.     
Ny. S
P
Ibu
69 Th
SR/SD
IRT
Islam
3.     
Sdr. MS
L
Anak
42 Th
SD
Swasta
Islam
4.     
Sdri. L
P
Menantu
34 Th
SLTA
IRT
Islam
5.     
An. I
P
Cucu
13 Th
SD
Pelajar
Islam
6.     
An. A
P
Cucu
6 Th
Tdk Sekolah
Tdk Bekerja
Islam

7.    Genogram:








 

















8.     Bentuk Keluarga:
Tipe keluarga ini adalah keluarga besar.


9.      Latar Belakang Budaya/ Suku:
Bapak P dan Ibu S sama-sama berasal dari Malang, suku Jawa sehingga keluarga dipengaruhi oleh budaya setempat. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah bahasa Jawa, tetapi menggunakan bahasa Indonesia juga lancar.
10. Agama:
Keluarga Bapak P menganut agama Islam. Mereka kadang-kadang sholat Maghrib dan Isya’ berjamaah, sedangkan sholat lainnya biasanya dikerjakan sendiri-sendiri. Bpk H adalah seorang pengurus/takmir masjid didaerah setempat.
11. Status Sosial Ekonomi:
Bapak P seorang pensiunan dan anak/sdr MS saat ini yang berperan pencari nafkah utama dalam keluarga. Ibu S tidak bekerja, ia berperan sebagai ibu rumah tangga yang setiap hari mengurus rumah dan anak-anak, namun sudah beberapa tahun belakangan ini Ibu S mengatakan bahwa dirinya tak mampu lagi berjalan dan berdiri dengan sempurna sehingga mengganggu aktivitas hariannya.
12. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Keseharian keluarga Bpk. P hanya berdiam dirumah. Menonton televisi menjadi sasaran utama hiburan dalam keluarga. Sesekala pada akhir pekan, Sdr MS dan Sdri L bersama kedua anaknya berlibur ketempat-tempat wisata terdekat.

II. Riwayat Perkembangan Keluarga
13. Tahap Perkembangan Keluarga Saat Ini:
Tahap perkembangan keluarga saat ini adalah keluarga dengan anak dewasa yang dimana sudah berkeluarga dan memiliki dua orang anak yang masuk dalam kriteria age school dan pre-school.
14. Tugas Perkembangan Keluarga Saat Ini:
Tugas perkembangan keluarga dengan anak dewasa:
a.       Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
b.      Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam keluarga.
c.       Berperan sebagai suami istri, kakek nenek.
15. Riwayat Keluarga Inti:
Bapak P dan Ibu S menikah setelah melewati masa pacaran yang singkat. Baik Bapak P maupun Ibu S tidak suka dijodohkan, kalau sudah cocok mereka langsung menikah, hingga keluarga Bpk P terbina sampai saat ini. Bpk P dan keluarganya juga mengatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan tertentu, pada usia mudanya Bpk P ataupun Ibu S tidak pernah menderita penyakit  yang membahayakan dan baru sekitar 5 tahun yang lalu diketahui bahwa Ibu S menderita kencing manis. Mengenai anak-anak dikatakan tidak pernah menderita penyakit berat tertentu. Saat ini Ibu S mengeluh kakinya susah untuk dibuat berjalan dan kadang – kadang leher terasa kaku. Kalau sakit, keluarga ke puskesmas karena jaraknya dekat dan disamping itu juga keluarga mendapatkan pelayanan kesehatan oleh seorang dokter yang dikenal dan rutin memeriksa Ibu S.
16. Riwayat Keluarga Sebelumnya:
Orangtua dari Bapak P sudah meninggal dunia dengan tanpa riwayat penyakit yang diketahui. Kedua orangtua Ibu S juga telah meninggal dengan riwayat penyakit Ibu dari Ibu menderita DM.

III. Data Lingkungan
17. Karakteristik Rumah:
·         Jenis Rumah
Rumah yang dihuni tergolong permanen.
·         Luas Bangunan: 64 m2
  • Dinding Rumah
Terbuat dari batubata yang dilapisi semen, tetapi lembab, untuk kamar tidur terbuat dari sekatan papan kayu.
  • Ventilaasi
Rumah kurang mendapat ventilasi , hal ini dilihat dari ruangan dapur yang gelap disiang hari dan jendela kamar tidur anak yang tidak dibuka disiang hari.
  • Lantai
Terbuat dari keramik.
  • Sirkulasi air
Sumber air yang digunakan keluarga adalah sumur gali. Sirkulasi air di rumah keluarga Bpk HA tergolong baik, ini terbukti bahwa air yang dipakai selalu jernih dan air selalu ada serta tidak pernah kekeringan.
  • Kamar Tidur
Gelap apabila lampu tidak dihidupkan, kurang dijaga kerapiannya. Jumlah ruangan yang terbatas menyebabkan anak – anak tidur dalam 1 ruangan dan terdapat pula yang tidur didepan ruang TV yang sekaligus ruang tamu.
  • Penerangan
Penerangan dalam rumah yang digunakan menggunakan listrik.
  • Status Rumah
Milik pribadi



18.  Denah Rumah



 
                          Kamar Tidur                                      Kamar Tidur

                                                                                                                         Dapur


                                               Ruang Tamu












 







19.  Pengelolaan Sampah
  • Keluarga memiliki tempat pembuangan sampah pribadi.
  • Pengelolaan sampah rumah tangga dengan cara diambil oleh petugas kebersihan setempat.
20.  Jamban Keluarga:
  • Keluarga memiliki WC sendiri yang menjadi satu dengan kamar mandinya.
  • Jenis jamban yang dimiliki keluarga adalah jenis leher angsa.
  • Jarak antara sumber air dengan penampungan tinja adalah < 10 meter.
21.  Pembuangan Air Limbah:
Setiap air limbah/air kotor hasil rumah tangga langsung dialirkan ke arah sungai yang dekat dengan rumah.
22.  Fasilitas Sosial dan Fasilitas Kesehatan:
a.       Perkumpulan social dalam kegiatan di masyarakat setempat adalah tahlilan yang rutin dilakukan setiap malam jum`at.
b.      Fasilitas pelayanan kesehatan dimsyarakat yang berlaku adalah kegiatan-kegiatan yang terkait dengan posyandu, dimana diatur oleh para kader puskesmas area wilayah dinoyo.
c.       Keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tertentu yang dilaksanakan setiap 1 bln sekali yaitu kegiatan posyandu lansia.
d.      Keluarga dalam menjangkau pelayanan kesehatan dengan cara berkendara sepeda motor dan terkadang dengan berjalan kaki.
23. Karakteristik Tetangga dan Komunitas:
Sebagian besar warga penduduk asli Malang (suku Jawa) dengan mata pencaharian berdagang, mekanik motor dan PNS. Jarak antar rumah sangat rapat. Sesama penduduk terutama tetangga yang berdekatan sudah seperti saudara sendiri. Ibu-ibu sering berkumpul saat sore hari pada waktu bersantai sambil menonton televisi.

24. Mobilitas Geografis Keluarga:
Sejak menikah, Bapak P dan Ibu S tinggal di MT Haryono hingga sapai sekarang ini.
25. Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat:
Ibu S berkumpul dengan masyarakat saat pengajian setiap Jum’at. Bapak P berkumpul dengan masyarakat setiap saat waktu sholat tiba dan setiap ada pengajian karena mengingat Bpk P adalah seorang takmir masjid.
26. Sistem Pendukung Keluarga:
Hubungan Bapak P dan Ibu S dengan saudara-saudaranya sangat baik dan sering membantu bila keluarga Bapak S sedang menghadapi masalah.

IV. Struktur Keluarga
27. Pola Komunikasi:
Pola komunikasi keluarga bersifat terbuka. Bila ada masalah selalu dibicarakan dengan anggota keluarga yang lain dan pengambilan keputusan sangat demokratis yaitu dengan musyawarah untuk mendapat keputusan yang terbaik.
28. Struktur Kekuatan:
Keputusan diambil berdasarkan hasil musyawarah bersama dimana setiap anggota keluarga mempunyai hak yang sama untuk mengemukakan pendapatnya. Tidak ada salah satu anggota keluarga yang dominan dalam menentukan keputusan, namun apabila hasil akhir tidak ditemukan titik terang maka Bpk P sebagai penentu dan pengambil keputusan dalam keluarga.
29. Struktur Peran:
Sebagai kepala keluarga, saat ini Bapak P sudah tidak berperan sebagai pencari nafkah keluarga dan berganti anaknya Sdr MS dan dibantu juga oleh kedua anak lainnya, keadaan ini berjalan karena mengingat kondisi dari Bpk P yang telah berusia lanjut. Ibu S dan Sdri L berperan sebagai ibu rumah tangga yang mengurus pekerjaan rumah dan menjaga anak-anak Sdr MS yaitu An I dan An A yang biasanya belajar dan bermain.
30. Nilai-nilai Keluarga:
Keluarga mengikuti budaya sopan santun yang berlaku di masyarakat seperti anak-anak harus hormat pada orangtua, bersalaman dengan tamu yang berkunjung, dsb.

V.  Fungsi Keluarga
31. Fungsi Afektif:
Semua anggota keluarga saling menghormati dan menghargai, komunikasi selalu dilakukan secara terbuka, tidak ada masalah yang dipendam, semua langsung dibicarakan. Anak-anak dekat dengan dekat dengan kedua orang tua tanpa pengecualian. Cucu dari Bpk H juga dekat dengan orang tuanya ataupun dengan kakek neneknya.
32. Fungsi Sosialisasi:
Sosialisasi keluarga dengan tetangga sangat baik. Anak-anak sering bermain keluar-masuk ke rumah tetangga, demikian pula sebaliknya. An I aktif dalam kegiatan ekstra kurikuler di sekolahnya dan juga An I beserta adiknya An A rutin mengikuti sekolah mengaji TPQ setiap sore.

VI. Stress dan Koping Keluarga
33. a.   Stress Jangka Pendek:
Bapak H dan Sdr MS mengatakan masih bingung untuk memilih sekolah bagi cucu, dimana putri dari Sdr MS yang akan dimasuki An A (masuk SD).
b.   Stress Jangka Panjang:
Luas rumah yang kurang memadai menyebabkan ruang gerak anak-anak menjadi terbatas, sehingga sering terdengar keributan di dalam rumah.
34. Kemampuan Keluarga untuk Berespon Terhadap Masalah:
Jika terdapat masalah dalam pengambilan keputusan, maka keluarga akan menyelesaikannya secara demokratis (yang terbaik untuk mereka).
35. Strategi Koping yang Digunakan:
Keluarga selalu mendiskusikan setiap masalah yang dihadapi keluarga. Semua masalah selalu langsung dibicarakan tanpa dipendam terlebih dahulu. Tidak ada sikap yang dominan dalam pengambilan keputusan. Keputusan yang diambil adalah yang terbaik menurut keluarga.
36. Strategi Koping Disfungsional:
Tidak terdapat masalah pada koping yang digunakan keluarga dalam pengambilan keputusan.

VII. Harapan Keluarga Terhadap Asuhan Keperawatan
Keluarga mengatakan bahwa keluarga ingin mendapatkan pengetahuan yang lebih terkait masalah kesehatan yang ada saat ini dan juga dengan diterapkannya asuhan keperawatan yang diberikan maka keluarga tahu dan lebih memahami dalam mengambil keputusan yang terkait dalam konteks kesehatan.









VIII. Fungsi Perawatan Kesehatan
Secara umum keluarga sudah mampu mengenal penyakit yang diderita Ibu S namun belum mengetahui secara mendalam dan juga masih belum mengerti terkait dengan kakinya yang saat ini susah untuk dibuat berjalan pasca luka gangrene yang dulu pernah diderita Ibu S dan juga leher Ibu S yang terkadang terasa kaku membuat kebingungan keluarga. Kemampuan memberikan perawatan pada keluarga juga masih kurang, kemampuan menciptakan lingkungan yang meningkatkan status kesehatan masih kurang, demikian juga dengan pemanfaatan sarana kesehatan sudah cukup baik tetapi tidak konsisten dan kurang optimal.

B. ANALISA DATA

Data

Masalah Keperawatan

Subyektif:
  • Ibu S mengatakan bahwa dirinya susah untuk dapat berjalan.
Obyektif:
  • Jalan dengan dibantu
  • Lemak subcutan tipis
  • Bekas luka gangrene extermitas inferior
  • Banyak duduk dan membaringkan kaki
Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM. berhubungan dengan tidak tahu akibat dari penyakit DM.
Subyektif:
  • Bpk P mengatakan kurang paham mengenai kondisi istrinya saat ini
Obyektif:
  • Masih ada debris pada bekas luka kaki
  • Kebersihan kaki Ibu S kurang
Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sehu-bungan dengan tidak tahu cara me-rawat pasien dengan DM.
Subyektif:
  • Ibu S mengatakan bahwa dirinya sering terasa kaku leher kepalanya dan pusing yang mendadak
Obyektif:
  • Tampak lemas
  • Sulit menggerakkan kepala
  • Lemas
  • Terbaring diatas sofa
  • Jarang mobilitas
Kurangnya suplai O2 pada daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM





C. DIAGNOSA KEPERAWATAN KELUARGA
1.      Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM. berhubungan dengan tidak tahu akibat dari penyakit DM.
2.      Kurangnya suplai O2 pada daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM.
3.      Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sehubungan dengan tidak tahu cara merawat pasien dengan DM.

D. SKORING Prioritas Masalah
1. Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penatalaksanaan pasien DM
NO
Kriteria
PHT
Skor
Rasional
1
Sifat Masalah
(3/3)x1
1
Tindakan awal yang tidak tepat akan mengakibatkan komplikasi yang lebih parah
2
Kemungkinan masalah untuk diubah
(1/2)x2
1
Memerlukan pembelajaran dan pengetahuan yang lebih terkait penyakit DM yang diderita Ibu S
3
Potensial masalah untuk dicegah
(2/3)x1
2/3
Memberikan pengetahuan yang cukup dan secara umum
4
Menonjolnya masalah
(1/2)x1
1/2
Keluarga menyadari akan masalah tersebut namun kurangnya akses yang didapat

Total

2 3/5



2. Kurangnya suplai O2 pada daerah otak
NO
Kriteria
PHT
Skor
Rasional
1
Sifat Masalah
(3/3)x1
1
Suplai O2 merupakan hal yang paling utama dan vital apabila tidak mendapatkan penanganan dengan cepat
2
Kemungkinan masalah untuk diubah
(1/2)x2
1
Membutuhkan waktu yang cukup untuk melancarkan sirkulasi terkait dengan peningkatas viskositas darah
3
Potensial masalah untuk dicegah
(2/3)x1
2/3
Penatalaksanaan yang lambat akan membawa dampak yang vital
4
Menonjolnya masalah
(2/2)x1
1
Keluarga belum mengetahui secara pasti tentang keadaan yang dialami Ibu S

Total

3 2/3

3. Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit
NO
Kriteria
PHT
Skor
Rasional
1
Sifat Masalah
(2/3)x1
2/3
Tindakan awal yang tidak tepat akan mengakibatkan komplikasi yang lebih parah
2
Kemungkinan masalah untuk diubah
(1/2)x2
1/2
Memerlukan pembelajaran dan pengetahuan yang lebih terkait penyakit DM yang diderita Ibu S
3
Potensi masalah untuk dicegah
(2/3)x1
2/3
Memberikan pengetahuan yang cukup dan secara umum
4
Menonjolnya masalah
(1/2)x1
1/2
Keluarga menyadari akan masalah tersebut namun kurangnya akses yang didapat

Total

6/10







E. INTERVENSI
Nama Kepala Keluarga           : Bpk P
Alamat                                                : Jl. MT. Haryono Gg 6/866
NO
MASALAH
DIAGNOSA
SASARAN             
TUJUAN
INTERVENSI
EVALUASI


KESEHATAN
PERAWATAN



KRITERIA
STANDART

1.

Penyakit DM type II


Kurangnya suplai O2 pada daerah otak Ibu S berhubungan dengan peningkatan viskositas darah dan minimalnya pengetahuan keluarga merawat pasien dengan DM.

Setelah melakukan beberapa intervensi keluarga mampu memahami akibat penyakit DM dan perawatannya

Setelah kunjungan rumah I (1 minggu kemudian) keluarga mampu melakukan 3 macam upaya penatalaksanaan dan pencegahan akibat DM

1)      Kaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan penyakit DM

2)      Jelaskan tentang penyakit DM: Pengertian, penyebab, dan cara mengatasi.

3)      Jelaskan pencegahan agar tidak menjadi parah :
·         Sikap tubuh saat aktifitas.
·         Aktifitas yang tidak boleh dilakukan.

4)      Jelaskan dan dukung pemanfaatan sumber daya / dana dalam keluarga.

5)      Rujuk Ibu. S ke fasilitas kesehatan terdekat.

6)      Anjurkan untuk melatih pergerakan persendian leher dengan ringan.

Tingkat keparahan penyakit (Respon fisik )

Penyakit tidak menjadi lebih parah :
·         Tidak mengalami kekakuan leher.
·         Tidak merasa pusing
·         Badan lebih fit               
 2



Ketidakmampuan keluarga mengambil keputusan penata-laksanaan pasien DM. berhubungan dengan tidak tahu akibat dari penyakit DM.
Setelah melakukan beberapa intervensi keluarga mampu memutuskan tin-dakan tentang pe-natalaksanaan pe-nyakit DM.
Setelah melakukan tindakan keperawatan, keluarga dapat menye-butkan akibat penyakit DM. bila tidak di -tangani.
1)      Kaji pengetahuan keluarga tentang akibat penyakit DM.

2)      Diskusikan tentang akibat penyakit DM. bila tidak ditangani yaitu; kelainan mata, ginjal, jantung, ganggren, obesitas.

3)      Ajarkan keluarga bagaimana merawat klien akibat DM

4)      Beri reinforsment hasil diskusi pada jawaban yang benar dan penjelasan tambahan tentang akibat penyakit DM.
Respon verbal
Keluarga dapat                                    menyebutkan 3 dari 5 akibat penyakit DM, yaitu:
·         Kelainan mata
·         Aktifitas
·         Penyakit ginjal dan jantung
·         Ganggren.
3


Ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit sehu-bungan dengan ti-dak tahu cara me-rawat pasien dengan DM.
Setelah melakukan intervensi keperawatan ke-luarga mampu merawat Ibu S yang menderita DM.
Setelah melakukan intervensi keluarga dapat memutuskan mengatasi penyakit DM. pada Ibu S.
1)      Kaji pengetahuan kelurga tentang penetalaksanaan penyakit DM.

2)      Diskusikan tentang pena-talaksanaan penyakit DM dan bandingkan dengan keadaan Ibu S. pada saat normal.

3)      Arahkan keluarga untuk memutuskan mengatasi DM. pada Ibu S. Menjelaskan alternatif tindakan penanganan penyakit DM seperti : nutrisi, exercise, dan obat.

4)      Berikan reinforsment jika keluarga memutuskan untuk mengatasi DM pada Ibu S.
Respon verbal
Keluarga memu-tuskan untuk me-ngatasi DM. pada Ibu S.










F. IMPLEMENTASI
Tgl
No Dx
Tindakan/Implementasi
TTD
29/07/2011
1
1)  Mengkaji tingkat pengetahuan keluarga terkait dengan penyakit DM

2)  Menjelaskan tentang penyakit DM: Pengertian, penyebab, dan cara mengatasi.

3)  Menjelaskan pencegahan agar tidak menjadi parah :
·         Sikap tubuh saat aktifitas.
·         Aktifitas yang tidak boleh dilakukan.

4)   Menjelaskan dan dukung pemanfaatan sumber daya / dana dalam keluarga.

5)   Membantu untuk merujuk Ibu. S ke fasilitas kesehatan terdekat.

6)   Menganjurkan untuk melatih pergerakan persendian leher dengan ringan.


29/07/2011
2
1)  Mengkaji pengetahuan keluarga tentang akibat penyakit DM.

2)  Mendiskusikan tentang akibat penyakit DM. bila tidak ditangani yaitu; kelainan mata, ginjal, jantung, ganggren, obesitas.

3)   Mengajarkan keluarga bagaimana merawat klien akibat DM seperti exercise RoM.

4)  Memberi reinforsment hasil diskusi pada jawaban yang benar dan penjelasan tambahan tentang akibat penyakit DM.

29/07/2011
3
1)   Kaji pengetahuan kelurga tentang penetalaksanaan penyakit DM.

2)   Diskusikan tentang pena-talaksanaan penyakit DM dan bandingkan dengan keadaan bapak S. pada saat normal.

3)   Arahkan keluarga untuk memutus- kan mengatasi DM. pada Ibu S. Menjelaskan alternatif tindakan penanganan penyakit DM seperti : nutrisi, exercise, dan obat.

4)   Berikan reinforsment jika keluarga memutuskan untuk mengatasi DM pada Ibu S.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar