LAPORAN
PENDAHULUAN OSTEOARTHRITIS
A. KONSEP MEDIS
1. Definisi
Osteoartritis yang dikenal sebagai
penyakit sendi degeneratif atau osteoartrosis (sekalipun terdapat inflamasi)
merupakan kelainan sendi yang paling sering ditemukan dan kerapkali menimbulkan
ketidakmampuan (disabilitas). (Smeltzer , C Suzanne, 2002 hal 1087)
Sedangkan menurut Harry Isbagio
& A. Zainal Efendi (1995) osteoartritis merupakan kelainan sendi non
inflamasi yang mengenai sendi yang dapat digerakkan, terutama sendi penumpu
badan, dengan gambaran patologis yang karakteristik berupa buruknya tulang
rawan sendi serta terbentuknya tulang-tulang baru pada sub kondrial dan
tepi-tepi tulang yang membentuk sendi, sebagai hasil akhir terjadi perubahan
biokimia, metabolisme, fisiologis dan patologis secara serentak pada jaringan
hialin rawan, jaringan subkondrial dan jaringan tulang yang membentuk
persendian.( R. Boedhi Darmojo & Martono Hadi ,1999)
Osteoarthritis disebut juga penyakit
sendi degeneratif, merupakan gangguan sendi tersering. Kelainan ini sering,
jika tidak dapat dikatakan pasti menjadi bagian dari proses penuaan dan
merupakan penyebab penting cacat fisik pada orang berusia diatas 65 tahun. (
Osteoartritis (OA) yang dalam bahasa
awam masyarakat kita sering dinamakan pekapuran sendi, adalah proses degenerasi
atau penuaan sendi (Ahmad Aby, 2014)
Osteoarthritis adalah penyakit
tulang degeneratif yang ditandai oleh pengeroposan kartilago artikular (sendi).
Tanpa adanya kartilago sebagai penyangga, maka tulang dibawahnya akan mengalami
iritasi, yang menyebabkan degenerasi sendi (Elizabeth J.Corwin, 2009)
Osteoartritis (OA) berarti radang
sendi, walaupun lebih dikenali sebagai penyakit degeneratif yang karena
disebabkan oleh peradangan sendi dengan penipisan tulang rawan yang berkaitan.
Tulang rawan pada persendian kita memungkinkan pergerakan sendi yang mulus.
Ketika tulang rawan ini rusak karena cedera, infeksi, atau efek penuaan,
pergerakan sendi menjadi terganggu. Akibatnya, jaringan di dalam sendi
mengalami iritasi serta menyebabkan rasa nyeri dan pembengkakan.
Osteoarthritis
(OA) atau penyakit degenerasi sendi ialah suatu penyakit kerusakan tulang rawan
sendi yang berkembang lambat yang tidak diketahui penyebabnya, meskipun
terdapat beberapa factor resiko yang berperan. Keadaan ini berkaitan dengan
usia lanjut, terutama pada sendi-sendi tangan dan sendi besar yang mananggung
beban dan secara klinis ditandai oleh nyeri, deformitas, pembesaran sendi dan
hambatan gerak.
Osteoartritis
diklasifikasikan menjadi :
a.
Tipe primer
(idiopatik) tanpa kejadian atau penyakit sebelumnya yang berhubungan dengan
osteoartritis
b.
Tipe
sekunder seperti akibat trauma, infeksi dan pernah fraktur (Long, C
Barbara, 1996 hal 336)
2. Etiologi
Penyebab
dari osteoartritis hingga saat ini masih belum terungkap, namun beberapa
faktor resiko untuk timbulnya osteoartritis antara lain adalah :
a. Umur.
Dari semua faktor resiko untuk
timbulnya osteoartritis, faktor ketuaan adalah yang terkuat. Prevalensi
dan beratnya orteoartritis semakin meningkat dengan bertambahnya umur. Osteoartritis hampir
tak pernah pada anak-anak, jarang pada umur dibawah 40 tahun dan sering pada
umur diatas 60 tahun.
Perubahan fisis dan biokimia yang terjadi
sejalan dengan bertambahnya umur dengan penurunan jumlah kolagen dan kadar air,
dan endapannya berbentuk pigmen yang berwarna kuning.
b. Jenis Kelamin.
Wanita lebih sering terkena osteoartritis lutut dan sendi , dan
lelaki lebih sering terkena osteoartritis paha, pergelangan tangan
dan leher. Secara keeluruhan dibawah 45 tahun
frekuensi osteoartritis kurang lebih sama pada laki dan wanita tetapi
diatas 50 tahun frekuensi oeteoartritis lebih banyak pada wanita dari pada pria
hal ini menunjukkan adanya peran hormonal pada patogenesisosteoartritis.
c. Genetic
Faktor herediter juga berperan pada
timbulnya osteoartritis missal, pada ibu dari seorang wanita
dengan osteoartritis pada sendi-sendi inter falang distal terdapat
dua kali lebih sering osteoartritis pada sendi-sendi tersebut, dan
anak-anaknya perempuan cenderung mempunyai tiga kali lebih sering dari pada ibu
dan anak perempuan dari wanita tanpa osteoarthritis.
Heberden node merupakan salah satu bentuk
osteoartritis yang biasanya ditemukan pada pria yang kedua orang tuanya terkena
osteoartritis, sedangkan wanita, hanya salah satu dari orang tuanya yang
terkena.
d. Suku
Prevalensi dan pola terkenanya sendi pada osteoartritis nampaknya
terdapat perbedaan diantara masing-masing suku bangsa,
misalnya osteoartritis paha lebih jarang diantara orang-orang kulit
hitam dan usia dari pada kaukasia.Osteoartritis lebih sering dijumpai pada
orang – orang Amerika asli dari pada orang kulit putih. Hal ini mungkin
berkaitan dengan perbedaan cara hidup maupun perbedaan pada frekuensi kelainan
kongenital dan pertumbuhan.
e. Kegemukan (obesitas)
Berat badan yang berlebihan nyata berkaitan dengan meningkatnya resiko
untuk timbulnya osteoartritis baik pada wanita maupun pada pria.
Kegemukan ternyata tak hanya berkaitan dengan osteoartritis pada
sendi yang menanggung beban, tapi juga dengan osteoartritis sendi
lain (tangan atau sternoklavikula).
f. Cedera sendi, pekerjaan dan olah raga (trauma)
Kegiatan fisik yang dapat menyebabkan osteoartritis adalah trauma yang
menimbulkan kerusakan pada integritas struktur dan biomekanik sendi tersebut.
g. Kepadatan tulang dan pengausan (wear and tear)
Pemakaian sendi yang berlebihan secara teoritis dapat merusak rawan sendi
melalui dua mekanisme yaitu pengikisan dan proses degenerasi karena bahan yang
harus dikandungnya.
h. Akibat penyakit radang sendi lain
Infeksi (artritis rematord; infeksi akut, infeksi kronis) menimbulkan
reaksi peradangan dan pengeluaran enzim perusak matriks rawan sendi oleh
membran sinovial dan sel-sel radang.
i.
Joint
Mallignment
Pada akromegali karena pengaruh hormon pertumbuhan, maka rawan sendi akan
membal dan menyebabkan sendi menjadi tidak stabil / seimbang sehingga
mempercepat proses degenerasi.
j.
Penyakit
endokrin
Pada hipertiroidisme, terjadi produksi air dan garam-garam proteglikan yang
berlebihan pada seluruh jaringan penyokong sehingga merusak sifat fisik rawan
sendi, ligamen, tendo, sinovia, dan kulit. Pada diabetes melitus, glukosa akan
menyebabkan produksi proteaglikan menurun.
k. Deposit pada rawan sendi
Hemokromatosis, penyakit Wilson, akronotis, kalsium pirofosfat dapat
mengendapkan hemosiderin, tembaga polimer, asam hemogentisis, kristal
monosodium urat/pirofosfat dalam rawan sendi
3. Patofisiologi
Tulang rawan sendi merupakan sasaran
utama perubahan degeneratif pada osteoarthritis. Tulang rawan sendi memiliki
letak strategis yaitu diujung –ujung tulang untuk melaksanakan 2 fungsi, yaitu
1) menjamin gerakan yang hampir tanpa gesekan didalam sendi, berkat adanya
cairan sinovium, dan 2) disendi sebagai penerima beban, menebarkan beban
keseluruh permukaan sendi sedemikian sehingga tulang dibawahnya dapat menerima
benturan dan berat tanpa mengalami kerusakan. Kedua fungsi ini mengharuskan
tulang rawan elastis (yaitu memperoleh kembali arsitektur normalnya setelah
tertekan) dan memiliki daya regang (tensile streghth) yang tinggi.
Seperti pada tulang orang dewasa,
tulang rawan sendi tidak statis, tulang ini mengalami pertukaran, komponen
matriks tulang tersebut yang aus diuraikan dan diganti. Keseimbangan ini dipertahankan
oleh kondrosit, yang tidak hanya menyintesis matriks tetapi juga mengeluarkan
enzim yang menguraikan matriks. Pada osteoarthritis, proses ini terganggu oleh
beragam sebab.
Osteoarthritis ditandai dengan
perubahan signifiikan baik dalam komposisi maupun sifat mekanis tulang rawan.
Pada awal perjalanan penyakit, tulang rawan yang mengalami degenerasi
memperlihatkan peningkatan kandungan air dan penurunan konsentrasi proteoglikan
dibandingkan dengan tulang rawan sehat. Selain itu, tampaknya terjadi perlemahan
jaringan kolagen, mungkin karena penurunan sintesis lokal kolagen tipe II, dan
peningkatan pemecahan kolagen yang sudah ada. Kadar molekul perantara tertentu,
termasuk IL-1, TNF, nitrat oksida meningkat pada tulang rawan osteoarthritis
dan tampaknya berperan dalam perubahan komposisi tulang rawan. Apoptosis juga
meningkat, yang mungkin menyebabkan penurunan jumlah kondrosit fungsional.
Secara keseluruhan, perubahan ini
cenderung menurunkan daya regang dan kelenturan tulang rawan sendi. Sebagai
respons terhadap perubahan regresif ini, kondrosit pada lapisan yang lebih
dalam berproliferasi dan berupaya memperbaiki kerusakan dengan menghasilkan
kolagen dan proteoglikan baru. Meskipun perbaikan ini pada mulanya mampu
mengimbangi kemerosotan tulang rawan, sinyal molekular yang menyebabkan
kondrosit lenyap dan matriks ekstrasel berubah akhirnya menjadi predominan.
Faktor yang menyebabkan pergeseran dari gambaran reparatif menjadi
generatif ini masih belum diketahui.
Osteoartritis
pada beberapa kejadian akan mengakibatkan terbatasnya gerakan. Hal ini
disebabkan oleh adanya rasa nyeri yang dialami atau diakibatkan penyempitan
ruang sendi atau kurang digunakannya sendi tersebut. Perubahan-perubahan
degeneratif yang mengakibatkan karena peristiwa-peristiwa tertentu misalnya
cedera sendi infeksi sendi deformitas congenital dan penyakit peradangan sendi
lainnya akan menyebabkan trauma pada kartilago yang bersifat intrinsik dan
ekstrinsik sehingga menyebabkan fraktur pada ligamen atau adanya perubahan
metabolisme sendi yang pada akhirnya mengakibatkan tulang rawan mengalami erosi
dan kehancuran, tulang menjadi tebal dan terjadi penyempitan rongga sendi yang
menyebabkan nyeri, kaki kripitasi, deformitas, adanya hipertropi atau nodulus.
( Soeparman ,1995).
Sendi yang
paling sering terkena adalah sendi yang harus menanggung berat badan, seperti
panggul lutut dan kolumna vertebralis. Sendi interfalanga distal dan proksimasi.
4. Manifestasi Klinik
a.
Nyeri dan kekakuan pada satu atau lebih sendi,
biasanya pada tangan, pergelangan tangan, kaki, lutut, spina bagian atas dan
bawah, panggul, dan bahu. Nyeri dapat berkaitan dengan rasa kesemutan atau
kebas, terutama pada malam hari
b.
Pembengkakan sendi yang terkena, dan penurunan rentang
gerak. Sendi tampak mengalami deformitas
c.
Nodus Heberden, pertumbuhan tulang di sendi
interfalangeal distal pada jari tangan, dapat terbentuk
d.
Pemeriksaan menunjukkan adanya daerah nyeri tekan
krepitus, dan tanda-tanda inflamasi pada saat-saat tertentu
e.
Kehilangan fungsi secara progresif
5. Pemeriksaan Penunjang
a. Untuk OA
tidak ada pemeriksaan laboratorium yang diagnostik, tetapi pemeriksan
laboratorium yang spesifik dapat membantu mengetahui penyakit yang mendasari
pada OA sekunder.
b. Dengan uji
serologik dengan pendeteksian di dalam cairan sinovium dan/ serum adanya
makromolekul (mis, glikosaminoglikan) yang dilepas oleh tulang rawan / tulang
yang mengalami degenerasi.
c. Sinar-X.
Gambar sinar X pada engsel akan menunjukkan perubahan yang terjadi pada
tulang seperti pecahnya tulang rawan.
d. Tes darah.
Tes darah akan membantu memberi informasi untuk memeriksa rematik.
e. Analisa cairan engsel
Dokter akan mengambil contoh sampel cairan pada engsel untuk kemudian
diketahui apakah nyeri/ngilu tersebut disebabkan oleh encok atau infeksi.
f. Artroskopi
Artroskopi adalah alat kecil berupa kamera yang diletakkan dalan engsel
tulang. Dokter akan mengamati ketidaknormalan yang terjadi.
g. Foto Rontgent menunjukkan penurunan progresif massa kartilago sendi sebagai
penyempitan rongga sendi
6. Komplikasi
Komplikasi yang umum adalah kekakuan sendi dan nyeri tumpul yang dalam,
terutama pada pagi hari. Pemakaian sendi berulang-ulang cenderung menambah
nyeri. Krepitus, suara berderak akibat permukaan yang terpajan saling
bergesekan, sering terdengar pada kasus yang berat. Biasanya sendi agak
bengkak, dan mungkin terjadi efusi ringan.
7. Prognosis
Umumnya baik, sebagian besar
nyeri dapat diatasi dengan obat-obat konservatif. Hanya kasus-kasus berat yang
memerlukan operasi. Progresif lambat. Dubia, tergantung sendi yang
terlibat dan tingkat keparahan
8. Penatalaksanaan
a. Medikamentosa
Sampai sekarang belum ada obat yang spesifik yang
khas untuk osteoartritis, oleh karena patogenesisnya yang belum
jelas, obat yang diberikan bertujuan untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan
mobilitas dan mengurangi ketidak mampuan. Obat-obat anti inflamasinon
steroid (OAINS) bekerja sebagai analgetik dan sekaligus mengurangi
sinovitis, meskipun tak dapat memperbaiki atau menghentikan proses
patologis osteoartritis.
1)
Analgesic
yang dapatdipakai adalah asetaminofen dosis 2,6-4,9 g/hari atau profoksifen
HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada
saluran cerna dan ginjal
2)
Jika tidak
berpengaruh, atau tidak dapat peradangan maka OAINS, seperti fenofrofin, piroksikam,ibuprofen dapat digunakan. Dosis untuk
osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rematoid. Karena
pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalahganggauan
mukosa lambung dan gangguan faal ginjal.
3)
Injeksi
cortisone. Dokter akan menyuntikkan cortocosteroid pada engsel yang mempu
mengurangi nyeri/ngilu
4)
Suplementasi-visco. Tindakan
ini berupa injeksi turunan asam hyluronik yang akan mengurangi nyeri pada
pangkal tulang. Tindakan ini hanya dilakukan jika osteoarhtritis pada lutut.
b. Perlindungan sendi
Osteoartritis mungkin timbul atau diperkuat karena mekanisme tubuh
yang kurang baik. Perlu dihindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit.
Pemakaian tongkat, alat-alat listrik yang dapat memperingan kerja sendi juga
perlu diperhatikan. Beban pada lutut berlebihan karena kakai yang tertekuk
(pronatio).
c. Diet
Diet untuk menurunkan berat badan pasien osteoartritis yang gemuk
harus menjadi program utama pengobatan osteoartritis. Penurunan berat
badan seringkali dapat mengurangi timbulnya keluhan dan peradangan.
d. Dukungan psikososial
Dukungan psikososial diperlukan pasien osteoartritis oleh karena
sifatnya yang menahun dan ketidakmampuannya yang ditimbulkannya. Disatu pihak
pasien ingin menyembunyikan ketidakmampuannya, dipihak lain dia ingin orang
lain turut memikirkan penyakitnya. Pasien osteoartritis sering kali
keberatan untuk memakai alat-alat pembantu karena faktor-faktor psikologis.
e. Persoalan Seksual.
Gangguan seksual dapat dijumpai pada
pasien osteoartritis terutama pada tulang belakang, paha dan lutut.
Sering kali diskusi karena ini harus dimulai dari dokter karena biasanya pasien
enggan mengutarakannya.
f. Fisioterapi
Fisioterapi berperan penting pada penatalaksanaan osteoartritis, yang
meliputi pemakaian panas dan dingin dan program latihan ynag tepat. Pemakaian
panas yang sedang diberikan sebelum latihan untk mengurangi rasa nyeri dan
kekakuan. Pada sendi yang masih aktif sebaiknya diberi dingin dan obat-obat
gosok jangan dipakai sebelum pamanasan. Berbagai sumber panas dapat dipakai
seperti Hidrokolator, bantalan elektrik, ultrasonic, inframerah, mandi paraffin
dan mandi dari pancuran panas. Program latihan bertujuan untuk memperbaiki
gerak sendi dan memperkuat otot yang biasanya atropik pada sekitar
sendi osteoartritis. Latihan isometrik lebih baik dari pada isotonik
karena mengurangi tegangan pada sendi. Atropi rawan sendi dan tulang yang
timbul pada tungkai yang lumpuh timbul karena berkurangnya beban ke sendi oleh
karena kontraksi otot. Oleh karena otot-otot periartikular memegang peran
penting terhadap perlindungan rawan senadi dari beban, maka penguatan otot-otot
tersebut adalah penting.
g. Operasi
Operasi perlu dipertimbangkan pada pasien osteoartritis dengan
kerusakan sendi yang nyata dengan nyari yang menetap dan kelemahan fungsi.
Tindakan yang dilakukan adalah osteotomy untuk mengoreksi ketidaklurusan atau
ketidaksesuaian, debridement sendi untuk menghilangkan fragmen tulang rawan
sendi, pebersihan osteofit.
1)
Penggantian
engsel (artroplasti). Engsel yang rusak akan diangkat dan diganti dengan
alat yang terbuat dari plastik atau metal yang disebut prostesis.
2)
Pembersihan
sambungan (debridemen). Dokter bedah tulang akan mengangkat serpihan
tulang rawan yang rusak dan mengganggu pergerakan yang menyebabkan nyeri saat
tulang bergerak.
3)
Penataan
tulang. Opsi ini diambil untuk osteoatritis pada anak dan remaja. Penataan
dilakukan agar sambungan/engsel tidak menerima beban saat bergerak.
h. Terapi konservatif mencakup penggunaan kompres hangat, penurunan berat
badan, upaya untuk menhistirahatkan sendi serta menghindari penggunaan sendi
yang berlebihan pemakaian alat-alat ortotail. Untuk menyangga sendi yang
mengalami inflamasi ( bidai penopang) dan latihan isometric serta postural.
Terapi okupasioanl dan fisioterapi dapat membantu pasien untuk mengadopsi
strategi penangan mandiri.
9. Pencegahan
Untuk
mencegah osteoarthritis, lakukan hal-hal berikut:
a.
Konsumsi
makanan sehat seperti buah-buahan, sayur dan kacang-kacangan
b.
Minum obat
yang direkomendasikan dokter.
c.
Pertimbangkan
untuk menggunakan alat bantu saat beraktivitas untuk mengurangi bahaya.
d.
Jaga gerakan
yang dapat menyebabkan cidera tulang.
e.
Jika
mengangkat benda, usahakan beban terbagi merata pada seluruh sambungan tulang.
f.
Pilih sepatu
yang tepat.
g.
Ketahui
batas kemampuan gerakan dan kemampuan mengangkat beban.
h.
Teknik
relaksasi juga dapat membantu, seperti mengambil napas dalam dan hipnosis.
PATHWAY OSTEOARTRITIS
B. KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Riwayat
Kesehatan
§ Adanya
keluhan sakit dan kekakuan pada tangan, atau pada tungkai.
§ Perasaan
tidak nyaman dalam beberapa periode/waktu sebelum pasien mengetahui dan
merasakan adanya perubahan pada sendi.
b. Pemeriksaan
Fisik
1) Aktivitas/istirahat
Gejala :
nyeri sendi karena pergerakan, nyeri tekan, yang memburuk dengan stress dengan
sendi, kekakuan senda pada pagi hari, biasanya terjadi secara bilateral dan
simetris.
Tanda :
malaise, keterbatasan ruang gerak, atrofi otot, kulit kontraktur atau kelainan
pada sendi dan otot.
2) Kardiovaskur
Gejala :
fenomena Raynaud jari tangan/kaki, missal pucat intermitten, sianotik kemudian
kemerahan pada jari sebelum warna kembali normal
3) Integritas
ego
Gejala : factor-faktor
stress akut/kronis missal finansial, pekerjaan, ketidakmampuan, factor-faktor
hubungan social, keputusan dan ketidakberdayaan. Ancaman pada konsep diri,
citra tubuh, identitas diri missal ketergantungan pada orang lain, dan
perubahan bentuk anggota tubuh
4) Makanan /
cairan
Gejala :
ketidakmampuan untuk menghasilkan atau mengonsumsi makanan atau cairan adekuat
: mual, anoreksia, dan kesulitan untuk mengunyah.
Tanda :
penurunan berat badan, dan membrane mukosa kering.
5) Hygiene
Gejala :
berbagai kesulitan untuk melaksanakan aktivitas perawatan pribadi secara
mandiri, ketergantungan pada orang lain.
6) Neurosensory
Gejala :
kebas/ kesemutan pada tangan dan kaki, hilangnya sensasi pada jari tangan.
Tanda :
pembengkakan sendi simetri
7) Nyeri/kenyamanan
Gejala :
fase akut dari nyeri ( disertai / tidak disertai pembengkakan jaringan lunak
pada sendi ), rasa nyeri kronis dan kekakuan ( terutama pada pagi hari ).
8) Keamanan
Gejala :
kulit mengkilat, tegang, nodus subkutaneus. Lesi kulit, ulkus kaki, kesulitan
dalam menangani tugas/pemeliharaan rumah tangga, demam ringan menetap,
kekeringan pada mata, dan membrane mukosa.
9) Interaksi
social
Gejala : kerusakan interaksi dengan
keluarga/orang lain, perubahan peran, isolasi.
c. Riwayat
Psiko Sosial
Pasien dengan RA mungkin merasakan adanya kecemasan
yang cukup tinggi apalagi pada pasien yang mengalami deformitas pada
sendi-sendi karean ia merasakan adanya kelemahan-kelemahan pada dirinya dan
merasakan kegiatan sehari-hari menjadi berubah. Perawat dapat melakukan pengkajian
terhadap konsep diri klien khususnya aspek body image dan harga diri klien.
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Intoleransi Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas,
kelemahan umum, gaya hidup kurang gerak
b.
Ansietas b/d ancaman atau perubahan pada kesehatan,
kebutuhan yang tidak terpenuhi
c.
Gangguan citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan
deformitas sendi
d.
Resiko jatuh b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah,
kelemahan umum
e.
Defisiensi pengetahuan tentang proses penyakit b/d
keterbatasan kognitif, kurang familier dengan sumber-sumber informasi
f.
Nyeri b/d penyempitan rongga sendi
g.
Defisit perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal,
kelemahan
3. Intervensi
Keperawatan
a. Intoleransi
Aktivitas b/d tirah baring dan imobilitas, kelemahan umum, gaya hidup kurang
gerak
Kriteria
Hasil :
·
Menoleransi aktivitas yang biasa dilakukan
·
Menunjukkan toleransi aktivitas
·
Mendemonstrasikan penghematan energi
Intervensi :
·
Kaji tingkat kemampuan klien berpindah dari tempat
tidur, berdiri, ambulasi.
·
Evaluasi motivasi dan keinginan pasien untuk
meningkatkan aktivitas
·
Tentukan penyebab keletihan
·
Pantau asupan nutrisi untuk memastikan sumber-sumber
energi yang adekuat
b. Ansietas b/d
ancaman atau perubahan pada kesehatan, kebutuhan yang tidak terpenuhi
Kriteria
hasil :
·
Ansietas berkurang, dibuktikan oleh tingkat ansietas
hanya ringan hingga sedang
·
Menunjukkan pengendalian diri terhadap ansietas yang
dibuktikan oleh indikator 1-5 (tidak pernah, jarang, kadang-kadang, sering,
atau selalu)
c. Intervensi :
1)
Kaji dan dokumentasikan tingkat kecemasan pasien
2)
Gali bersama pasien tentang teknik yang berhasil dan
tidak berhasil menurunkan ansietas
3)
Bantu pengalihan ansietas melalui radio, TV, permainan
untuk menurunkan ansietas dan memperluas fokus
4)
Kolaborasi pemberian obat untuk menurunkan ansietas
d. Gangguan
citra tubuh b/d penyakit, ditandai dengan deformitas sendi
Kriteria
Hasil :
·
Gangguan citra tubuh berkurang yang dibuktikan oleh
selalu menunjukkan adaptasi dengan ketunadayaan fisik
·
Menunjukkan citra tubuh
Intervensi :
1)
Kaji dan dokumentasikan respons verbal dan nonverbal
pasien terhadap tubuh klien
2)
Identifikasi mekanisme koping yang biasa digunakan
klien
3)
Tentukan harapan klien tentang citra tubuh berdasarkan
tahap perkembangan
e. Resiko jatuh
b/d penurunan kekuatan ekstremitas bawah, kelemahan umum
Kriteria
Hasil :
·
Resiko jatuh akan menurun atau terbatas, yang
dibuktikan oleh keseimbangan, gerakan terkoordinasi, perilaku pencegahan jatuh,
kejadian jatuh, dan pengetahuan : Pencegahan Jatuh
Intervensi :
1)
Lakukan pengkajian resiko jatuh pada pasien
2)
Identifikasi karakteristik lingkungan yang dapat
meningkatkan potensi jatuh
3)
Ajarkan klien bagaimana posisi terjatuh yang dapat
meminimalkan cedera
4)
Bantu pasien saat ambulasi
5)
Sediakan alat bantu berjalan
f. Defisiensi
pengetahuan tentang proses penyakit b/d keterbatasan kognitif, kurang familier
dengan sumber-sumber informasi
Kriteria
Hasil :
·
Mengidentifikasi kebutuhan terhadap informasi tambahan
tentang proses penyakit
Intervensi :
1)
Kaji tingkat pengetahuan klien saat ini dan pemahaman
terhdapa materi
2)
Tetapkan tujuan pembelajaran bersama yang realistis
dengan klien
3)
Pilih metode dan strategi penyuluhan yang sesuai
4)
Beri waktu pada klien untuk mengajukan pertanyaan dan
mendiskusikan permasalahannya
g. Nyeri b/d
penyempitan rongga sendi
Kriteria Hasil
:
·
Melaporkan nyeri dapat dikendalikan
·
Menunjukkan pengurangan tingkat nyeri
Intevensi :
1)
Kaji tingkat nyeri
2)
Ajarkan penggunaan teknik non farmakologis
pengendalian nyeri setelah atau selama aktivitas yang menimbulkan nyeri
3)
Kolaborasi pemberian analgesik untuk mengurangi nyeri
(berat)
4)
Kendalikan faktor lingkungan yang memengaruhi respon
pasien terhadap ketidaknyamanan
h. Defisit
perawatan diri b/d gangguan muskuloskeletal, kelemahan
Kriteria
Hasil :
·
Menunjukkan perawatan diri : Aktivitas kehidupan sehari-hari
dapat terpenuhi
i.
Intervensi :
1)
Kaji kemampuan personal hygiene
2)
Pantau adanya perubahan kemampuan fungsi
3)
Dukung kemandirian klien dalam personal hygiene, bantu
klien hanya jika diperlukan
4)
Libatkan keluarga dalam pemberian asuhan
5)
Akomodasi pilihan dan kebutuhan klien seoptimal mungkin
DAFTAR
PUSTAKA
Aby, Ahmad.
2014. Osteoarthritis OA atau Pengapuran Sendi
Anonim.
2012. Osteoarthritis Knee-Pain
Cania,
Murni. 2014. Askep Osteoarthritis.
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Patofisiologi : Buku Saku edisi 3. Jakarta : EGC
Idrus, Alwi,
dkk. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, edisi V, jilid III. Jakarta
: Internal Publishing
Muttaqin,
Arif. 2011. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal : Aplikasi Pada Praktik
Klinik Keperawatan. Jakarta : EGC
Nurma,
Ningsih lukman. 2009. Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Gangguan
Sistem Musculoskeletal. Jakarta: Salemba Medika
Smeltzer C.
Suzannne. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth, Alih Bahasa Andry Hartono, dkk. Jakarta : EGC
Soeparman,
A. 1995. Ilmu Penyakit Dalam, Edisi kedua. Jakarta : Balai
Penerbit FK UI
Stanley,
Mickey. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta
: EGC
Wilkinson,
Judith.M, Nancy R.Ahern. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan :
Diagnosis NANDA, intervensi NIC, kriteria hasil NOC.Edisi 9. Jakarta :
EGC
Zairin, Noor
Helmi. 2014. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta :
Salemba Medika
Tidak ada komentar:
Posting Komentar