Selasa, 01 Desember 2015

LAPORAN PENDAHULUAN CA.SERVIK

LAPORAN PENDAHULUAN CA.SERVIK

ANATOMI SERVIKS
Anatomi Uterus
Kavum uteri
 
Korpus uteri
 
Fundus uteri
 
Ostium uteri internum
 
Ostium uteri eksternum
 
Kanalis Servikalis
 
Serviks Uteri
 



Serviks
·         Serviks / leher rahim adalah bagian terendah dari uterus yang menonjol ke puncak vagina
·         Bagian serviks yang menjorok ke vagina
·         Panjang rata 2-3 cm dan lebar 2.5 cm
·         Permukaannya konveks dan elips, dibagi menjadi bibir anterior dan posterior

 




Ostium Uteri Eksternum
·         Bagian ektoserviks yang membuka keluar
·         Belum pernah melahirkan → bukaan kecil dan sirkuler
·         Pernah melahirkan →  menyerupai celah lebar, sedikit menganga


Kanalis Endoservikalis
·         Saluran yang menghubungkan ostium uteri eksternum  dan kavum uteri
·         Bentuknya pipih dan lebarnya dapat mencapai 7 -8 mm
·         Konfigurasinya kompleks berupa lipatan-lipatan mukosa atau plika

Ostium Uteri Internum
·         Kanalis endoservikalis berujung pada ostium uteri internum
·         Merupakan bukaan dari serviks ke kavum uteri
·         Sambungan anatomik dan histologik antara uterus yang lebih muskuler dan serviks yang lebih padat dan fibrous

DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau biasa juga disebut kanker leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita. 
Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Mereka dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker. 

ETIOLOGI KANKER SERVIKS
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau virus papiloma manusia). Sekitar 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18. Awalnya sel kanker berkembang dari serviks / mulut rahim yang letaknya berada di bawah rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa. Sel skuamus ini sangat berperan dalam perkembangan kanker serviks. Lihat gambar di bawah untuk mendapat gambaran tentang stadium kanker serviks: 
    http://s1.netlogstatic.com/id/p/oo/181979535_13350480_3333145.jpg
FAKTOR RESIKO KANKER SERVIKS
1.      Coitus pertama (coitarche) pada usia di bawah 16 tahun
      Pada umur 12-20 tahun, organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Idealnya, ketika sel sedang membelah secara aktif, tidak terjadi kontak atau rangsangan apa pun dari luar. Kontak atau rangsangan dari luar, seperti penis atau sperma, dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal. Sel yang tidak normal ini kemungkinan besar bertambah banyak kalau ada luka saat terjadi hubungan seksual. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker mulut rahim.
      Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim sebesar 2 kali dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.

2.      Laki-laki yang belum disunat (sirkumsisi)
      Ini disebabkan karena laki-laki yang tidak disunat kebersihan penisnya tidak terawat karena ada kumpulan-kumplan smegma.
3.      Terlalu sering menggunakan pembersih vagina
Tidak semua bakteri merugikan. Ada juga bakteri dalam vagina yang berfungsi membunuh bakteri yang merugikan tubuh. Jika terlalu sering menggunakan sabun pembersih vagina, bakteri baik pun akan mati. Selain itu sabun vagina juga dapat menyebabkan iritasi. Kulit pada mulut rahim sangat tipis sehingga iritasi yang timbul dapat memicu abnormalitas sel. Kondisi ini rentan memicu kanker mulut rahim.
4.      Kebiasaan merokok
Sel-sel mulut rahim yang teracuni oleh nikotin dalam darah juga memiliki kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh, termasuk selaput lendir mulut rahim yang dapat memicu abnormalitas sel pada mulut rahim. Resiko kanker mulut rahim lebih tinggi pada wanita perokok.
Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta “racun” lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. “Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,” ujarnya.
5.      Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas)
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali sempurna bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila berhubungan seks pertama di bawah 15 tahun. Resiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan laki-laki yang beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki dengna kondiloma akuminatum (penyakit ‘jengger ayam’) di penisnya.
6.      Trauma kronis pada serviks
Insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat. Trauma ini terjadi karena persalinan berulang kali (banyak anak), adanya infeksi dan iritasi menahun.
7.      Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E) memiliki resiko tinggi terkena kanker serviks.
8.      Jarang ditemukan pada perawan (virgin).
Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin.
9.      Higiene genitalia yang buruk.
10.  Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadiun awal.
11.  Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
12.  Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat menikatkan resiko terjadinya kanker serviks.
13.  Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.

Seperti layaknya kanker, jenis kanker juga mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
a)   Melalui Pembuluh Limfe (limfogen) Menuju kelenjar getah bening lainya.
b)   Melalui Pembuluh darah (hematogen).
c)   Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing.

PATOFISIOLOGI KANKER SERVIKS
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan 

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT
1.   Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2.   Pendarahan
Akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. 
3.   Pendarahan hebat diluar siklus menstruasi, dan setelah berhubungan seks
Sifatnya bisa intermenstruil, atau perdarahan kontak. Perdarahan kontak adalah perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual. Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga di luar sanggama. Perdarahan ini merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
4.   Rasa nyeri saat berkemih
Ini disebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria (bladder irritabillty) dan perangsangan rectum (rectal discomfort). Kemudian bisa timbul fistel vesico vaginal atau recto vaginal. Ureter bisa tersumbat dan penderita meninggal karena uremia.
5.   Siklus menstruasi tidak teratur.
6.   Nyeri selama berhubungan seks.
7.   Nyeri sekitar panggul.
8.   Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9.   Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dsb.
10. Penurunan berat badan drastis.
11. Pada stadium lanjut: kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun, tidak dapat buang air kecil, bocornya urin / air seni dari vagina, pendarahan spontan setelah masa menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.

CARA MENDETEKSI KANKER SERVIKS
·           IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat . Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3-5%, Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. IVA ini tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%.
·           Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukan vagina. Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Syarat pasien Pap Smear yaitu:
1.   Saat wanita berusia di atas 20 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama, dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.   Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun.
3.   Tidak melakukan hubungan seksual dalam 3 hari sebelum pemeriksaan.
4.   Tidak sedang haid.
5.   Tidak sedang hamil.
·            Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
·             Kolposkopi
Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran tinggi. Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. 
Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut : dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Selama prosedur biopsi, dokter mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang abnormal. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter melalui metode ini.

STADIUM KANKER SERVIKS
Setelah tes dilakukan, dokter akan menggunakan hasil pemeriksaan diatas untuk mengetahui ukuran tumor, seberapa dalam tumor telah serta kemungkinan penyebaran kanker serviks ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh (metastasis). Penentuan stadium pada pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis pengobatan dan prospek pemulihan yang akan dilakukan. Stadium kanker serviks sebagai berikut :

No
Stadium
Keterangan
Gambar
1
Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di lapisan terdalam leher rahim 

2
Stadium I       
kanker ditemukan pada leher rahim saja. 
http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic2.jpg
3
Stadium II
kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina. 

http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic3.jpg
4
Stadium III
kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, mungkin telah  menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi 
http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic4.jpg
5
Stadium IV    
kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh  (paru-paru, tulang, liver, dll)


http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic5.jpg
   
KOMPLIKASI
 Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak bisa hamil. Pada beberapa wanita – terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluarga- infertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran.

CARA MENCEGAH KANKER SERVIKS
Kanker Serviks dapat dicegah, yaitu dengan cara vaksinasi yang diberikan pada remaja putri dan perempuan dewasa. Vaksin ini diresmikan hak ciptanya pada tahun 2006, pengembangnya adalah sebuah perusahaan obat terbesar dunia yang berada di Amerika Serikat (Merck & Co., Inc.). Vaksin ini diberi nama "Gardasil". Vaksin tersebut, menurut WHO, juga efektif mencegah infeksi HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90% dari semua jenis kanker leher rahim.
Pengenalan vaksin pencegah kanker serviks dan upaya untuk mendekatkan akses vaksin bagi masyarakat di diseluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat menurunkan prevalensi kanker leher rahim serta meminimalkan fatalitas akibat serangan kanker tersebut. Ada beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah Kanker Serviks antara lain:
·         Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
·         Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
·         Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
·         Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
·         Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
·         Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
·         Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
·         Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
·         Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

CARA MENGOBATI KANKER SERVIKS
Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Berikut adalah cara-cara pengobatan pada pasien kanker serviks:
A.    Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini mencangkup beberapa jenis opersi yang paling umum di lakukan pada pengobatan kanker serviks.
1.   Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif yang telah menyebar keluar leher rahim.
2.   Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
3.   Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal(stadium 0 atau 1).
4.   Histerektomi
Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
5.   Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim. Kelenjar getah bening didekatnya juga di angkat. Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar. Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
6.   Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu enam bualan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif
B.       Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah. Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam silinder didalam vagina. Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
C.       Kemoterapi
1. PENGERTIAN
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru, bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel kanker tertentu

2.    TUJUAN
a)      Pengobatan
b)      Mengguranggi masa tumor selain pembedahan
c)      Menguranggi komplikasi akibat metostase
d)     Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup

3.    CARA PEMBERIAN
Kemoterapi dapat diberikan dengan 5 cara antara lain injeksi. Injeksi diberikan melalui suntikan diotot, lengan, paha kiri, perut dsb.
a)      Intra ateri (IA) diberikan langsung keateri.
b)      Intra peritoneal (IP) diberikan langsung ke rongga perut.
c)      Intra vena (IV) diberikan langsung kevena
d)     Topical berupa krim yang digosokkan ke perut
e)      Oral berupa pil kapsul atau cairan

4.    MACAM-MACAM
Ada 4 macam kemoterapi berdasarkan cara penggunaannya , yaitu :
a)      Kemoterapi induksi, yaitu pemberian obat kemoterapi sebagai terapi primer untuk posten yang tidak memiliki alternative terapi lain.
b)      Kemoterapi neoadjuvan yaitu pembarian untuk mengngecilkan ukuran sel tumor atau kanker. Sebelum dilakukan pembedahan pengangkatan tumor atau kanker.
c)      Kemoterapi adjuvan yaitu seri kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan modialitas terapi lainnya (pembedahan, nidasi, dan bioterapi) dan bertujuan untuk mengobati mikrometostosis.
d)     Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker yang menyebabkan aksi obat lainya atau bertindak secara sinergis.
5.    EFEK SAMPING
Pada umumnya efek samping kemoterapi dibagi menjadi empat yaitu :
a)      Efek samping kemoteapi segera terjadi (immediate side effect) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya :
1)      Gejala gastrointestinal, seperti mual muntah, diare, konstipasi, foringiris, esophogiris dan mukositis.
2)      Supresi sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia) sel trombosit (trombositopenia) dan sel darah merah (anemia)
3)      Kerontokan rambut (alopecia)
b)      Efek samping yang awal terjadi (early eide effecte) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, reuroparti.
c)      Efek samping yang terjadi belakang (delayed side effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan misalnya neuropati ferifer, neuropati.
d)     Efek samping yang terjadi kemudian (late side effets) yang timbul dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, misalnya keganasan sekunder.

6.    OBAT-OBAT SITOTASIKA
a)      Methorexat
b)      Cyclophos pamida
c)      Cisplatin
d)     Carboplotin
e)      Acrynomycin
f)       Bleomyein
g)      Vincristiane
h)      Vinblastine
i)        Eroposide
j)        Parlitakxel

Pengobatan Kanker Serviks Berdasarkan Stadiumnya
a.   Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.

b.   Stadium awal (stadium 1 dan II)
·         Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tampa kometerapi.
·         Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kometerapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c.   Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kometerapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menghanjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanyaa dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.

PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT
a.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang bahaya kanker serviks kepada perempuan yang memasuki usia produktif.
b.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang upaya pencegahan kanker serviks.
c.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks.
d.   Perawat mampu melaksanakan pemeriksaan Pap Smear dan IVA test guna untuk skrinning ca cerviks.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi
2. Diagnosa Keperawatan
a.  Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
b.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c.  Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
d. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. Perencanaan
 Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
     Tujuan :
     Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :
     Kriteria hasil :
     a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang
     b. Konjunctiva tidak pucat
     c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
     d. Ektremitas hangat
     e. Hb 11-15 gr %
     d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.
     Intervensi :
     - Observasi tanda-tanda vital
     - Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
     - Cek Hb
     - Cek golongan darah
     - Beri O2 jika diperlukan
     - Pemasangan vaginal tampon.
     - Therapi IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
     Tujuan :
     - Setelah  dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
     Kriteria hasil :
     - Tidak terjadi penurunan berat badan
     - Porsi makan yang disediakan  habis.
     - Keluhan mual dan muntah kurang
     Intervensi :
     - Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
     - Berika makan TKTP
     - Anjurkan makan sedikit tapi sering
     - Jaga lingkungan pada saat makan
     - Pasang NGT jika perlu
     - Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
     Tujuan       
     - Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
     Kriteria hasil :
     - Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
     - Intensitas nyeri berkurangnya
     - Ekpresi muka dan tubuh rileks
     Intervensi :
     - Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
     - Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
     - Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
     - Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
     - Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kanker serviks, penanganan dan prognosenya.
    Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
    Kriteria hasil :
     - Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
     - Klien mengetahui tindakan - tindakan  yang harus dilalui klien.
     - Klien  tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
     - Sumber-sumber koping teridentifikasi
     - Ansietas berkurang
     - Klien mengutarakan  cara mengantisipasi ansietas.
     Tindakan :
     - Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
     - Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
     - Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
     - Tunjukkan adanya harapan
     - Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.
     Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
     Kriteria hasil :
     - Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
     - Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
     - Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
     - Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
     Intervensi :
     - Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
     - Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
     - Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
     - Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
     - Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
     - Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
     - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.


DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi. Bandung: Elfstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Marwah.2012.PerawatanV.BKankerServiks. http://marwahalwi.blogspot.com/2012/02/maklah-kanker-serviks.html diakses pada tanggal 24 April 2014 pukul 21.11 WIB
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka. Jakarta

Rumli, Mukhlis, dkk (2005), deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Triningsih, Ediati (2007), makalah servik, Refrensi Pap smear bagi bidan, yayasan kanker Indonesia cabang D.I Yogyakarta.


 LAPORAN PENDAHULUAN CA.SERVIK

ANATOMI SERVIKS
Anatomi Uterus
Kavum uteri
 
Korpus uteri
 
Fundus uteri
 
Ostium uteri internum
 
Ostium uteri eksternum
 
Kanalis Servikalis
 
Serviks Uteri
 



Serviks
·         Serviks / leher rahim adalah bagian terendah dari uterus yang menonjol ke puncak vagina
·         Bagian serviks yang menjorok ke vagina
·         Panjang rata 2-3 cm dan lebar 2.5 cm
·         Permukaannya konveks dan elips, dibagi menjadi bibir anterior dan posterior

 




Ostium Uteri Eksternum
·         Bagian ektoserviks yang membuka keluar
·         Belum pernah melahirkan → bukaan kecil dan sirkuler
·         Pernah melahirkan →  menyerupai celah lebar, sedikit menganga


Kanalis Endoservikalis
·         Saluran yang menghubungkan ostium uteri eksternum  dan kavum uteri
·         Bentuknya pipih dan lebarnya dapat mencapai 7 -8 mm
·         Konfigurasinya kompleks berupa lipatan-lipatan mukosa atau plika

Ostium Uteri Internum
·         Kanalis endoservikalis berujung pada ostium uteri internum
·         Merupakan bukaan dari serviks ke kavum uteri
·         Sambungan anatomik dan histologik antara uterus yang lebih muskuler dan serviks yang lebih padat dan fibrous

DEFINISI KANKER SERVIKS
Kanker serviks adalah penyakit kanker yang terjadi pada daerah leher rahim atau biasa juga disebut kanker leher rahim. Yaitu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim. Letaknya antara rahim (uterus) dengan liang senggama wanita (vagina). Kanker ini 99,7% disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) onkogenik, yang menyerang leher rahim. Berawal terjadi pada leher rahim, apabila telah memasuki tahap lanjut, kanker ini bisa menyebar ke organ-organ lain di seluruh tubuh penderita. 
Kanker serviks terbentuk sangat perlahan. Pertama, beberapa sel berubah dari normal menjadi sel-sel pra-kanker dan kemudian menjadi sel kanker. Ini dapat terjadi bertahun-tahun, tapi kadang-kadang terjadi lebih cepat. Perubahan ini sering disebut displasia. Mereka dapat ditemukan dengan tes Pap Smear dan dapat diobati untuk mencegah terjadinya kanker. 

ETIOLOGI KANKER SERVIKS
Penyebab utama kanker serviks adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV atau virus papiloma manusia). Sekitar 70% kejadian kanker serviks merupakan akibat dari HPV 16 dan HPV 18. Awalnya sel kanker berkembang dari serviks / mulut rahim yang letaknya berada di bawah rahim dan di atas vagina. Oleh sebab itu kanker serviks disebut juga kanker leher rahim atau kanker mulut rahim. Di mulut rahim ada dua jenis sel, yaitu sel kolumnar dan sel skuamosa. Sel skuamus ini sangat berperan dalam perkembangan kanker serviks. Lihat gambar di bawah untuk mendapat gambaran tentang stadium kanker serviks: 
    http://s1.netlogstatic.com/id/p/oo/181979535_13350480_3333145.jpg
FAKTOR RESIKO KANKER SERVIKS
1.      Coitus pertama (coitarche) pada usia di bawah 16 tahun
      Pada umur 12-20 tahun, organ reproduksi wanita sedang aktif berkembang. Idealnya, ketika sel sedang membelah secara aktif, tidak terjadi kontak atau rangsangan apa pun dari luar. Kontak atau rangsangan dari luar, seperti penis atau sperma, dapat memicu perubahan sifat sel menjadi tidak normal. Sel yang tidak normal ini kemungkinan besar bertambah banyak kalau ada luka saat terjadi hubungan seksual. Sel abnormal inilah yang berpotensi tinggi menyebabkan kanker mulut rahim.
      Hubungan seksual pada usia terlalu dini bisa meningkatkan risiko terserang kanker leher rahim sebesar 2 kali dibandingkan perempuan yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun.

2.      Laki-laki yang belum disunat (sirkumsisi)
      Ini disebabkan karena laki-laki yang tidak disunat kebersihan penisnya tidak terawat karena ada kumpulan-kumplan smegma.
3.      Terlalu sering menggunakan pembersih vagina
Tidak semua bakteri merugikan. Ada juga bakteri dalam vagina yang berfungsi membunuh bakteri yang merugikan tubuh. Jika terlalu sering menggunakan sabun pembersih vagina, bakteri baik pun akan mati. Selain itu sabun vagina juga dapat menyebabkan iritasi. Kulit pada mulut rahim sangat tipis sehingga iritasi yang timbul dapat memicu abnormalitas sel. Kondisi ini rentan memicu kanker mulut rahim.
4.      Kebiasaan merokok
Sel-sel mulut rahim yang teracuni oleh nikotin dalam darah juga memiliki kecenderungan mempengaruhi selaput lendir pada tubuh, termasuk selaput lendir mulut rahim yang dapat memicu abnormalitas sel pada mulut rahim. Resiko kanker mulut rahim lebih tinggi pada wanita perokok.
Ada banyak penelitian yang menyatakan hubungan antara kebiasaan merokok dengan meningkatnya risiko seseorang terjangkit penyakit kanker serviks. Salah satunya adalah penelitian yang dilakukan di Karolinska Institute di Swedia dan dipublikasikan di British Journal of Cancer pada tahun 2001. Menurut Joakam Dillner, M.D., peneliti yang memimpin riset tersebut, zat nikotin serta “racun” lain yang masuk ke dalam darah melalui asap rokok mampu meningkatkan kemungkinan terjadinya kondisi cervical neoplasia atau tumbuhnya sel-sel abnormal pada rahim. “Cervical neoplasia adalah kondisi awal berkembangnya kanker serviks di dalam tubuh seseorang,” ujarnya.
5.      Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas)
Berdasarkan penelitian, resiko kanker serviks meningkat lebih dari 10 kali sempurna bila berhubungan dengan 6 atau lebih mitra seks, atau bila berhubungan seks pertama di bawah 15 tahun. Resiko juga meningkat bila berhubungan seks dengan laki-laki yang beresiko tinggi (laki-laki yang berhubungan seks dengan banyak wanita), atau laki-laki dengna kondiloma akuminatum (penyakit ‘jengger ayam’) di penisnya.
6.      Trauma kronis pada serviks
Insidensi meningkat dengan tingginya paritas, apalagi bila jarak persalinan terlampau dekat. Trauma ini terjadi karena persalinan berulang kali (banyak anak), adanya infeksi dan iritasi menahun.
7.      Defisiensi zat gizi
Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa wanita yang rendah konsumsi beta karoten dan vitamin (A, C, dan E) memiliki resiko tinggi terkena kanker serviks.
8.      Jarang ditemukan pada perawan (virgin).
Insidensi lebih tinggi pada mereka yang kawin daripada yang tidak kawin.
9.      Higiene genitalia yang buruk.
10.  Infeksi HIV
Seorang wanita yang terjangkit HIV memiliki sistem kekebalan tubuh yang kurang dapat memerangi Infeksi HPV maupun kanker pada stadiun awal.
11.  Infeksi bakteri klamidia
Beberapa penelitian menemukan bahwa wanita yang memiliki sejarah atau infeksi klamidia saat ini, memiliki resiko kanker serviks lebih tinggi.
12.  Pil KB
Penggunaan pil KB dalam jangka panjang dapat menikatkan resiko terjadinya kanker serviks.
13.  Riwayat Keluarga
Apabila ibu atau kakak perempuan anda menderita kanker serviks, resiko anda terkena kanker ini mencapai dua atau tiga kali lipat dibandingkan orang yang tidak ada riwayat kanker serviks pada keluarga.

Seperti layaknya kanker, jenis kanker juga mengalami penyebaran (metastasis). Penyebaran kankerserviks ada tiga macam, yaitu :
a)   Melalui Pembuluh Limfe (limfogen) Menuju kelenjar getah bening lainya.
b)   Melalui Pembuluh darah (hematogen).
c)   Penyebaran langsung ke parametrium, korpus uterus, vagina, kandung kencing.

PATOFISIOLOGI KANKER SERVIKS
Bentuk ringan (displasia ringan dan sedang) mempunyai angka regresi yang tinggi. Waktu yang diperlukan dari displasia menjadi karsinoma insitu (KIS) berkisar antara 1 – 7 tahun, sedangkan waktu yang diperlukan dari karsinoma insitu menjadi invasif adalah 3 – 20 tahun
Proses perkembangan kanker serviks berlangsung lambat, diawali adanya perubahan displasia yang perlahan-lahan menjadi progresif. Displasia ini dapat muncul bila ada aktivitas regenerasi epitel yang meningkat misalnya akibat trauma mekanik atau kimiawi, infeksi virus atau bakteri dan gangguan keseimbangan hormon. Dalam jangka waktu 7 – 10 tahun perkembangan tersebut menjadi bentuk preinvasif berkembang menjadi invasif pada stroma serviks dengan adanya proses keganasan. Perluasan lesi di serviks dapat menimbulkan luka, pertumbuhan yang eksofitik atau dapat berinfiltrasi ke kanalis serviks. Lesi dapat meluas ke forniks, jaringan pada serviks, parametria dan akhirnya dapat menginvasi ke rektum dan atau vesika urinaria. Virus DNA ini menyerang epitel permukaan serviks pada sel basal zona transformasi, dibantu oleh faktor risiko lain mengakibatkan perubahan gen pada molekul vital yang tidak dapat diperbaiki, menetap, dan kehilangan sifat serta kontrol pertumbuhan sel normal sehingga terjadi keganasan 

GEJALA DAN TANDA PENYAKIT
1.   Keputihan
Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan. Getah yang keluar dari vagina ini makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2.   Pendarahan
Akan terjadi bila sel-sel rahim telah berubah sifat menjadi kanker dan menyerang jaringan-jaringan di sekitarnya. 
3.   Pendarahan hebat diluar siklus menstruasi, dan setelah berhubungan seks
Sifatnya bisa intermenstruil, atau perdarahan kontak. Perdarahan kontak adalah perdarahan yang dialami setelah berhubungan seksual. Perdarahan yang timbul akibat terbukanya pembuluh darah makin lama akan lebih sering terjadi, juga di luar sanggama. Perdarahan ini merupakan gejala karsinoma serviks (75-80%).
4.   Rasa nyeri saat berkemih
Ini disebabkan karena terjadinya kerentanan pada vesika urinaria (bladder irritabillty) dan perangsangan rectum (rectal discomfort). Kemudian bisa timbul fistel vesico vaginal atau recto vaginal. Ureter bisa tersumbat dan penderita meninggal karena uremia.
5.   Siklus menstruasi tidak teratur.
6.   Nyeri selama berhubungan seks.
7.   Nyeri sekitar panggul.
8.   Pendarahan pada masa pra atau paska menopause.
9.   Bila kanker sudah mencapai stadium tinggi, akan terjadi pembengkakan diberbagai anggota tubuh seperti betis, paha, tangan dsb.
10. Penurunan berat badan drastis.
11. Pada stadium lanjut: kurang nafsu makan, sakit punggung atau tidak bisa berdiri tegak, sakit di otot bagian paha, salah satu paha bengkak, berat badan naik-turun, tidak dapat buang air kecil, bocornya urin / air seni dari vagina, pendarahan spontan setelah masa menopause, tulang yang rapuh dan nyeri panggul.

CARA MENDETEKSI KANKER SERVIKS
·           IVA
IVA yaitu singkatan dari Inspeksi Visual dengan Asam asetat . Metode pemeriksaan dengan mengoles serviks atau leher rahim dengan asam asetat 3-5%, Kemudian diamati apakah ada kelainan seperti area berwarna putih. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada infeksi pada serviks. Anda dapat melakukan di Puskesmas dengan harga relatif murah. Ini dapat dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus dilakukan. IVA ini tergolong sederhana serta memiliki keakuratan 90%.
·           Pap smear
Metode tes Pap smear yang umum yaitu dokter menggunakan pengerik atau sikat untuk mengambil sedikit sampel sel-sel serviks atau leher rahim. Kemudian sel-sel tersebut akan dianalisa di laboratorium. Tes itu dapat menyingkapkan apakah ada infeksi, radang, atau sel-sel abnormal. Menurut laporan sedunia, dengan secara teratur melakukan tes Pap smear telah mengurangi jumlah kematian akibat kanker serviks.
Pemeriksaan ini mudah dikerjakan, cepat, dan tidak sakit serta bisa dilakukan setiap saat kecuali pada masa haid. Dua hari sebelum dilakukan pemeriksaan pap smear jangan menggunakan obat-obatan yang dimasukan vagina. Bila hasil pemeriksaan pap smear ditemukan adanya sel-sel epitel serviks yang bentuknya abnormal harus dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
Syarat pasien Pap Smear yaitu:
1.   Saat wanita berusia di atas 20 tahun yang telah menikah atau sudah melakukan senggama, dianjurkan sekali setahun secara teratur seumur hidup.
2.   Bila pemeriksaan tahunan tiga kali berturut-turut hasilnya normal, pemeriksaan selanjutnya dapat dilakukan setiap 3 tahun.
3.   Tidak melakukan hubungan seksual dalam 3 hari sebelum pemeriksaan.
4.   Tidak sedang haid.
5.   Tidak sedang hamil.
·            Thin prep
Metode Thin prep lebih akurat dibanding Pap smear. Jika Pap smear hanya mengambil sebagian dari sel-sel di serviks atau leher rahim, maka Thin prep akan memeriksa seluruh bagian serviks atau leher rahim. Tentu hasilnya akan jauh lebih akurat dan tepat.
·             Kolposkopi
Kolposkop adalah suatu alat semacam mikroskop binocular yang mempergunakan sinar yang kuat dengan pembesaran tinggi. Jika semua hasil tes pada metode sebelumnya menunjukkan adanya infeksi atau kejanggalan, prosedur kolposkopi akan dilakukan dengan menggunakan alat yang dilengkapi lensa pembesar untuk mengamati bagian yang terinfeksi. Tujuannya untuk menentukan apakah ada lesi atau jaringan yang tidak normal pada serviks atau leher rahim. 
Cara pemeriksaan kolposkopi adalah sebagai berikut : dokter akan memasukkan suatu cairan kedalam vagina dan memberi warna saluran leher rahim dengan suatu cairan yang membuat permukaan leher rahim yang mengandung sel-sel yang abnormal terwarnai. Kemudian dokter akan melihat kedalam saluran leher rahim melalui sebuah alat yang disebut kolposkop. Jika area yang abnormal sudah terlokalisasi, dokter akan mengambil sampel pada jaringan tersebut (melakukan biopsi) untuk kemudian dikirim ke lab guna pemeriksaan yang mendetail dan akurat. Selama prosedur biopsi, dokter mengambil sample dari sel abnormal dari serviks dengan menggunakan alat khusus. Pada punch out biopsy, dokter menggunakan pisau sirkuler khusus untuk mengambil sebagian kecil dari serviks. Biopsi jenis lainnya dapat digunakan tergantung dari lokasi dan ukuran dari area yang abnormal. Pengobatan akan sangat tergantung sekali pada hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh dokter melalui metode ini.

STADIUM KANKER SERVIKS
Setelah tes dilakukan, dokter akan menggunakan hasil pemeriksaan diatas untuk mengetahui ukuran tumor, seberapa dalam tumor telah serta kemungkinan penyebaran kanker serviks ke kelenjar getah bening atau organ yang jauh (metastasis). Penentuan stadium pada pasien kanker serviks sangat penting. Hal ini berkaitan dengan jenis pengobatan dan prospek pemulihan yang akan dilakukan. Stadium kanker serviks sebagai berikut :

No
Stadium
Keterangan
Gambar
1
Stadium 0 (Carsinoma in Situ)
Sel-sel kanker serviks hanya ditemukan di lapisan terdalam leher rahim 

2
Stadium I       
kanker ditemukan pada leher rahim saja. 
http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic2.jpg
3
Stadium II
kanker telah menyebar di luar leher rahim tetapi tidak ke dinding panggul atau sepertiga bagian bawah vagina. 

http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic3.jpg
4
Stadium III
kanker serviks telah menyebar ke sepertiga bagian bawah vagina, mungkin telah  menyebar ke dinding panggul, dan/atau telah menyebabkan ginjal tidak berfungsi 
http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic4.jpg
5
Stadium IV    
kanker serviks telah menyebar ke kandung kemih, rektum, atau bagian lain dari tubuh  (paru-paru, tulang, liver, dll)


http://pembalutantikanker.files.wordpress.com/2009/11/pic5.jpg
   
KOMPLIKASI
 Penanganan untuk kanker serviks invasive biasanya membuat seseorang tidak bisa hamil. Pada beberapa wanita – terutama wanita yang lebih muda dan yang belum memulai keluarga- infertilitas merupakan efek samping yang paling tidak disukai dari penatalaksanaan. Jika pasien mengkhawatirkan tentang kemampuannya untuk dapat hamil, maka dokter perlu memberikan penjelasan tentang untung rugi dari penatalaksanaan tersebut dengan jelas.
Untuk beberapa kelompok wanita dengan kanker serviks dini, operasi aman-dari fertilitas merupakan pilihan yang tepat. Prosedur operasi ini yaitu hanya dengan memindahkan serviks dan jaringan limfatik (radikal trachelectomy) dapat mempertahankan uterus. Penelitian mengenai radical trachlectomy mengatakan bahwa kanker serviks dapat ditangani dengan teknik ini, walaupun tidak semua wanita cocok dan beberapa resiko tambahan pada operasi ini. Kehamilan mungkin dapat terjadi namun terjadi peningkatan resiko yang bermakna terhadap insiden kelahiran premature dan keguguran.

CARA MENCEGAH KANKER SERVIKS
Kanker Serviks dapat dicegah, yaitu dengan cara vaksinasi yang diberikan pada remaja putri dan perempuan dewasa. Vaksin ini diresmikan hak ciptanya pada tahun 2006, pengembangnya adalah sebuah perusahaan obat terbesar dunia yang berada di Amerika Serikat (Merck & Co., Inc.). Vaksin ini diberi nama "Gardasil". Vaksin tersebut, menurut WHO, juga efektif mencegah infeksi HPV tipe 6 dan 11 yang menyebabkan hampir 90% dari semua jenis kanker leher rahim.
Pengenalan vaksin pencegah kanker serviks dan upaya untuk mendekatkan akses vaksin bagi masyarakat di diseluruh wilayah Indonesia diharapkan dapat menurunkan prevalensi kanker leher rahim serta meminimalkan fatalitas akibat serangan kanker tersebut. Ada beberapa cara praktis yang dapat dilakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah Kanker Serviks antara lain:
·         Miliki pola makan sehat, yang kaya dengan sayuran, buah dan sereal untuk merangsang sistem kekebalan tubuh. Misalnya mengkonsumsi berbagai karotena, vitamin A, C, dan E, dan asam folat dapat mengurangi risiko terkena kanker leher rahim.
·         Hindari merokok. Banyak bukti menunjukkan penggunaan tembakau dapat meningkatkan risiko terkena kanker serviks.
·         Hindari seks sebelum menikah atau di usia sangat muda atau belasan tahun.
·         Hindari berhubungan seks selama masa haid terbukti efektif untuk mencegah dan menghambat terbentuknya dan berkembangnya kanker serviks.
·         Hindari berhubungan seks dengan banyak partner.
·         Secara rutin menjalani tes Pap smear secara teratur. Saat ini tes Pap smear bahkan sudah bisa dilakukan di tingkat Puskesmas dengan harga terjangkau.
·         Alternatif tes Pap smear yaitu tes IVA dengan biaya yang lebih murah dari Pap smear. Tujuannya untuk deteksi dini terhadap infeksi HPV.
·         Pemberian vaksin atau vaksinasi HPV untuk mencegah terinfeksi HPV.
·         Melakukan pembersihan organ intim atau dikenal dengan istilah vagina toilet. Ini dapat dilakukan sendiri atau dapat juga dengan bantuan dokter ahli. Tujuannya untuk membersihkan organ intim wanita dari kotoran dan penyakit.

CARA MENGOBATI KANKER SERVIKS
Beberapa pengobatan bertujuan mematikan sel-sel yang mengandung virus HPV. Berikut adalah cara-cara pengobatan pada pasien kanker serviks:
A.    Operasi
Ada beberapa jenis operasi untuk pengobatan kanker serviks. Beberapa pengobatan melibatkan pengangkatan rahim (histerektomi). Daftar ini mencangkup beberapa jenis opersi yang paling umum di lakukan pada pengobatan kanker serviks.
1.   Cryosurgery
Sebuah probe metal yang didinginkan dengan nitrogen cair dimasukkan kedalam Vagina dan leher rahim. Cara ini dapat membunuh sel-sel abnormal dengan cara membekukanya. Cryosurgery digunakan untuk mengobati kanker serviks yang hanya ada di dalam leher rahim (stadium 0), bukan kanker invasif yang telah menyebar keluar leher rahim.
2.   Bedah Laser
Cara ini menggunakan sebuah sinar laser untuk membakar sel-sel atau menghapus sebagian kecil jaringan sel rahim untuk dipelajari. Pembedahan laser hanya di gunakan sebagai pengobatan kanker serviks pra-invasif (stadium 0).
3.   Konisasi
Sepotong jaringan berbentuk kerucut akan di angkat dari leher rahim. Pemotongan dilakukan menggunakan pisau bedah, laser atau kawat tipis yang di panaskan oleh listrik. Pendekatan ini dapat digunakan untuk menemukan atau mengobati kanker serviks tahap awal(stadium 0 atau 1).
4.   Histerektomi
Histerektomi sederhana
Cara kerja metode ini adalah mengankat rahim, tetapi tidak mencangkup jaringan yang berada didekatnya. Vagina maupun kelenjar getah bening panggul tidak diangkat. Rahim dapat diangkat dengan cara operasi dibagian depan perut atau melalui vagina.
Setelah dilakukan operasi ini, seorang wanita tidak bisa hamil. Histerektomi digunakan untuk mengobati beberapa kanker serviks stadium awal (stadium 1) dan mengobati kanker stadium prakanker (stadium 0) jika sel-sel kanker ditemukan pada batas tepi konisasi. Histerektomi radikal dan diseksi kelenjar getah bening panggul
Pada operasi ini, dokter bedah akan mengangkat seluruh rahim, jaringan di dekatnya, Vagina bagian atas yang berbatasan dengan leher rahim, dan beberapa kelenjar getah bening yang berada di daerah panggul. Opersi ini paling sering di lakukan melalui pemotongan bagian depan perut, bukan dilakukan melalui vagina.
5.   Trachlektomi
Sebuah prosedur yang disebut trachlektomi radikal memungkinkan wanita muda dengan kanker stadium awal dapat di obati dan masih dapat mempunyai anak. Metode ini meliputi pengangkatan serviks dan bagian atas Vagina, kemudian meletkkanya pada jahitan berbentuk kantong yang bertindak sebagai pembukaan leher rahim didalam rahim. Kelenjar getah bening didekatnya juga di angkat. Opersi ini bisa dilakukan melalui vagina atau perut. Setelah operasi ini, beberapa wanita dapat mengalami kehamilan jangka panjang dan melahirkan bayi yang sehat melalui operasi caecar. Resiko terjadinya kekambuhan kanker sesudah pengobatn ini cukup rendah.
6.   Ekstenterasi Panggul
Selain mengambil semua organ dan jaringan vagina dan perut, pada opersi jenis ini juga dilakukan pengangkatan kandung kemih, vagina, dubur, dan sebagian usus besar. Operasi ini dilakukan saat kanker serviks kambuh kembali setelah pengobatan sebelumnya. Diperlukan waktu enam bualan atau lebih untuk pulih dari opersi radikal ini. Namun, wanita yang pernah menjalni opersi ini tetap dapat menjalani kehidupan dengan bahagia dan produktif
B.       Radioterapi
Pada pengobatan kanker serviks, radioterpi ditetapkan dengan melakukan radiasi eksternal yang diberikan bersama dengan kemoterpi dosis rendah. Untuk jenis pengobatan radiasi internal, zat radioaktif dimasukkan kedalam silinder didalam vagina. Kadang-kadang, bahan-bahan radioaktif ini ditempatkan kedalam jarum tipis yang dimasukkan langsung kadalam tumor.
C.       Kemoterapi
1. PENGERTIAN
Komoterapi adalah penggunaan obat-obatan sintostatika dalam terapi kanker Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yang mengalami kemajuan cepat dan aplikasi baru, bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotostik yang bekerja dalam berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase kehidupan sel, sebagai obat digunakan hanya untuk menghancurkan jenis sel kanker tertentu

2.    TUJUAN
a)      Pengobatan
b)      Mengguranggi masa tumor selain pembedahan
c)      Menguranggi komplikasi akibat metostase
d)     Meningkatkan kelangsungan hidup dan memperbaiki kualitas hidup

3.    CARA PEMBERIAN
Kemoterapi dapat diberikan dengan 5 cara antara lain injeksi. Injeksi diberikan melalui suntikan diotot, lengan, paha kiri, perut dsb.
a)      Intra ateri (IA) diberikan langsung keateri.
b)      Intra peritoneal (IP) diberikan langsung ke rongga perut.
c)      Intra vena (IV) diberikan langsung kevena
d)     Topical berupa krim yang digosokkan ke perut
e)      Oral berupa pil kapsul atau cairan

4.    MACAM-MACAM
Ada 4 macam kemoterapi berdasarkan cara penggunaannya , yaitu :
a)      Kemoterapi induksi, yaitu pemberian obat kemoterapi sebagai terapi primer untuk posten yang tidak memiliki alternative terapi lain.
b)      Kemoterapi neoadjuvan yaitu pembarian untuk mengngecilkan ukuran sel tumor atau kanker. Sebelum dilakukan pembedahan pengangkatan tumor atau kanker.
c)      Kemoterapi adjuvan yaitu seri kemoterapi yang digunakan sebagai tambahan dengan modialitas terapi lainnya (pembedahan, nidasi, dan bioterapi) dan bertujuan untuk mengobati mikrometostosis.
d)     Kemoterapi kombinasi yaitu pemberian dua atau lebih zat kemoterapi dalam terapi kanker yang menyebabkan aksi obat lainya atau bertindak secara sinergis.
5.    EFEK SAMPING
Pada umumnya efek samping kemoterapi dibagi menjadi empat yaitu :
a)      Efek samping kemoteapi segera terjadi (immediate side effect) yang timbul dalam 24 jam pertama pemberian, misalnya :
1)      Gejala gastrointestinal, seperti mual muntah, diare, konstipasi, foringiris, esophogiris dan mukositis.
2)      Supresi sumsum tulang, penurunan jumlah sel darah putih (leucopenia) sel trombosit (trombositopenia) dan sel darah merah (anemia)
3)      Kerontokan rambut (alopecia)
b)      Efek samping yang awal terjadi (early eide effecte) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan, misalnya neuropati perifer, reuroparti.
c)      Efek samping yang terjadi belakang (delayed side effects) yang timbul dalam beberapa hari sampai beberapa bulan misalnya neuropati ferifer, neuropati.
d)     Efek samping yang terjadi kemudian (late side effets) yang timbul dalam beberapa bulan sampai beberapa tahun, misalnya keganasan sekunder.

6.    OBAT-OBAT SITOTASIKA
a)      Methorexat
b)      Cyclophos pamida
c)      Cisplatin
d)     Carboplotin
e)      Acrynomycin
f)       Bleomyein
g)      Vincristiane
h)      Vinblastine
i)        Eroposide
j)        Parlitakxel

Pengobatan Kanker Serviks Berdasarkan Stadiumnya
a.   Stadium prakanker (stadium 1)
Stadium prakanker hingga stadium 1 awal biasanya diobati dengan histerektomi. Apabila pasien massih ingin memiliki anak biasanya dilakukan metode LEEP atau cone biopsy.

b.   Stadium awal (stadium 1 dan II)
·         Apabila ukuran tumor kurang dari 4 cm biasanya dilakukan radikal histerektomi atau radioterapi dengan atau tampa kometerapi.
·         Apabila ukuran tumor lebih dari 4 cm biasanya dilakukan radioterapi dan kemoterapi berbasis cisplatin, histerektomi, atau kometerapi berbasis cisplatin yang dilanjutkan dengan histerektomi.
c.   Stadium lanjut(stadium akhir II Akhir-IV awal)
Kanker serviks pada stadium ini dapat diobati dengan radioterapi dan kometerapi berbasis cisplatin. Pada stadium sangat lanjut(stadium IV akhir),dokter dapat mempertimbangkan kometerapi dengan kombinasi obat, misalnya hycamtin dan cisplatin.
Jika kesembuhan tidak dimungkinkan, tujuan pengobatan selanjutnya adalah mengangkat atau menghanjurkan sebanyak mungkin sel-sel kanker. Biasanyaa dilakukan pengobatan yang bersifat paliatif-ditujukan untuk mengurangi gejala-gejala.

PERAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN PENYAKIT
a.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang bahaya kanker serviks kepada perempuan yang memasuki usia produktif.
b.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang upaya pencegahan kanker serviks.
c.   Perawat mampu memberikan penyuluhan tentang deteksi dini kanker serviks.
d.   Perawat mampu melaksanakan pemeriksaan Pap Smear dan IVA test guna untuk skrinning ca cerviks.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. PENGKAJIAN
Data dasar
Pengumpulan data pada pasien dan keluarga dilakukan dengan cara anamnesa, pemeriksaan fisik dan melalui pemeriksaan penunjang
Data pasien :
Identitas pasien, usia, status perkawinan, pekerjaan jumlah anak, agama, alamat jenis kelamin dan pendidikan terakhir.
Keluhan utama : pasien biasanya datang dengan keluhan intra servikal dan disertai keputihan menyerupai air.
Riwayat penyakit sekarang :
Biasanya klien pada stsdium awal tidak merasakan keluhan yang mengganggu, baru pada stadium akhir yaitu stadium 3 dan 4 timbul keluhan seperti : perdarahan, keputihan dan rasa nyeri intra servikal.
Riwayat penyakit sebelumnya :
Data yang perlu dikaji adalah :
Riwayat abortus, infeksi pasca abortus, infeksi masa nifas, riwayat ooperasi kandungan, serta adanya tumor. Riwayat keluarga yang menderita kanker.
Keadaan Psiko-sosial-ekonomi dan budaya:
Ca. Serviks sering dijumpai pada kelompok sosial ekonomi yang rendah, berkaitan erat dengan kualitas dan kuantitas makanan atau gizi yang dapat mempengaruhi imunitas tubuh, serta tingkat  personal hygiene terutama kebersihan dari saluran urogenital.
Data khusus:
1. Riwayat kebidanan ; paritas, kelainan menstruasi, lama,jumlah dan warna darah, adakah hubungan perdarahan dengan aktifitas, apakah darah keluar setelah koitus, pekerjaan yang dilakukan sekarang
2. Pemeriksaan penunjang
Sitologi dengan cara pemeriksaan Pap Smear, kolposkopi, servikografi, pemeriksaan visual langsung, gineskopi
2. Diagnosa Keperawatan
a.  Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahn intraservikal
b.  Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan b/d penurunan nafsu makan
c.  Gangguan rasa nyama (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
d. Cemas b.d terdiagnose c.a serviks sekunder akibat kurangnya pengetahuan tentang Ca. Serviks dan pengobatannya.
e. Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan terhadap pemberian sitostatika.

3. Perencanaan
 Gangguan perfusi jaringan (anemia) b.d perdarahan masif intra cervikal
     Tujuan :
     Setelah diberikan perawatan selama 1 X 24 jam diharapkan perfusi jaringan membaik :
     Kriteria hasil :
     a. Perdarahan intra servikal sudah berkurang
     b. Konjunctiva tidak pucat
     c. Mukosa bibir basah dan kemerahan
     d. Ektremitas hangat
     e. Hb 11-15 gr %
     d. Tanda vital 120-140 / 70 - 80 mm Hg, Nadi : 70 - 80 X/mnt, S : 36-37 Derajat C, RR : 18 - 24 X/mnt.
     Intervensi :
     - Observasi tanda-tanda vital
     - Observasi perdarahan ( jumlah, warna, lama )
     - Cek Hb
     - Cek golongan darah
     - Beri O2 jika diperlukan
     - Pemasangan vaginal tampon.
     - Therapi IV

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan nafsu makan.
     Tujuan :
     - Setelah  dilakukan perawatan kebutuhan nutrisi klien akan terpenuhi
     Kriteria hasil :
     - Tidak terjadi penurunan berat badan
     - Porsi makan yang disediakan  habis.
     - Keluhan mual dan muntah kurang
     Intervensi :
     - Jelaskan tentang pentingnya nutrisi untuk penyembuhan
     - Berika makan TKTP
     - Anjurkan makan sedikit tapi sering
     - Jaga lingkungan pada saat makan
     - Pasang NGT jika perlu
     - Beri Nutrisi parenteral jika perlu.

Gangguan rasa nyaman (nyeri) b.d proses desakan pada jaringan intra servikal
     Tujuan       
     - Setelah dilakukan tindakan 1 X 24 jam diharapka klien tahu cara-cara mengatasi nyeri yang timbul akibat kanker yang dialami
     Kriteria hasil :
     - Klien dapat menyebutkan cara-cara menguangi nyeri yang dirasakan
     - Intensitas nyeri berkurangnya
     - Ekpresi muka dan tubuh rileks
     Intervensi :
     - Tanyakan lokasi nyeri yang dirasakan klien
     - Tanyakan derajat nyeri yang dirasakan klien dan nilai dengan skala nyeri.
     - Ajarkan teknik relasasi dan distraksi
     - Anjurkan keluarga untuk mendampingi klien
     - Kolaborasi dengan tim paliatif nyeri
Cemas yang b.d terdiagnose kanker serviks sekunder kurangnya pengetahuan tentang kanker serviks, penanganan dan prognosenya.
    Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan selama 1 X 30 menit klien mendapat informasi tentang penyakit kanker yang diderita, penanganan dan prognosenya.
    Kriteria hasil :
     - Klien mengetahui diagnose kanker yang diderita
     - Klien mengetahui tindakan - tindakan  yang harus dilalui klien.
     - Klien  tahu tindakan yang harus dilakukan di rumah untuk mencegah komplikasi.
     - Sumber-sumber koping teridentifikasi
     - Ansietas berkurang
     - Klien mengutarakan  cara mengantisipasi ansietas.
     Tindakan :
     - Berikan kesempatan pada klien dan klien mengungkapkan persaannya.
     - Dorong diskusi terbuka tentang kanker, pengalaman orang lain, serta tata cara mengentrol dirinya.
     - Identifikasi mereka yang beresiko terhadap ketidak berhasilan penyesuaian. ( Ego yang buruk, kemampuan pemecahan masalah tidak efektif, kurang motivasi, kurangnya sistem pendukung yang positif).
     - Tunjukkan adanya harapan
     - Tingkatkan aktivitas dan latihan fisik
Resiko tinggi terhadap gangguan konsep diri b.d perubahan dalam penampilan sekunder terhadap pemberian sitostatika.
     Tujuan :
     Setelah diberikan tindakan perawatan, konsep diri dan persepsi klien menjadi stabil
     Kriteria hasil :
     - Klien mampu untuk mengeskpresikan perasaan tentang kondisinya
     - Klien mampu membagi perasaan dengan perawat, keluarga dan orang dekat.
     - Klien mengkomunikasikan perasaan tentang perubahan dirinya secara konstruktif.
     - Klien mampu berpartisipasi dalam perawatan diri.
     Intervensi :
     - Kontak dengan klien sering dan perlakukan klien dengan hangat dan sikap positif.
     - Berikan dorongan pada klien untuk mengekpresikanbperasaan dan pikian tentang kondisi, kemajuan, prognose, sisem pendukung dan pengobatan.
     - Berikan informasi yang dapat dipercaya dan klarifikasi setiap mispersepsi tentang penyakitnya.
     - Bantu klien mengidentifikasi potensial kesempatan untuk hidup mandiri melewati hidup dengan kanker, meliputi hubungan interpersonal, peningkatan pengetahuan, kekuatan pribadi dan pengertian serta perkembangan spiritual dan moral.
     - Kaji respon negatif terhadap perubahan penampilan (menyangkal perubahan, penurunan kemampuan merawat diri, isolasi sosial, penolakan untuk mendiskusikan masa depan.
     - Bantu dalam penatalaksanaan alopesia sesuai dengan kebutuhan.
     - Kolaborasi dengan tim kesehatan lain yang terkait untuk tindakan konseling secara profesional.

DAFTAR PUSTAKA

Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran. 1981. Ginekologi. Bandung: Elfstar Offset.
Prawirohardjo, Sarwono. 2009. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Price, Sylvia Anderson, Lorraine McCarty Wilson. 2005. Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Jakarta: EGC.
Marwah.2012.PerawatanV.BKankerServiks. http://marwahalwi.blogspot.com/2012/02/maklah-kanker-serviks.html diakses pada tanggal 24 April 2014 pukul 21.11 WIB
Prawirohardjo, sarwono, 2010. Ilmu kandungan. Yayasan bina pustaka. Jakarta

Rumli, Mukhlis, dkk (2005), deteksi dini kanker, Fakultas kedokteran universitas Indonesia, Jakarta.

Triningsih, Ediati (2007), makalah servik, Refrensi Pap smear bagi bidan, yayasan kanker Indonesia cabang D.I Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar