LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI
A.
PENGERTIAN
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. (Smeltzer,2001)
Menurut WHO ( 1978 ), tekanan darah sama dengan atau diatas 160 / 95 mmHg
dinyatakan sebagai hipertensi.
B.
KLASIFIKASI
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas : ( Darmojo, 1999 )
Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg. Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan sistolik lebih besar dari 160 mmHg dan tekanan diastolik lebih rendah dari 90 mmHg.
Klasifikasi hipertensi berdasarkan penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2
golongan besar yaitu :
Hipertensi essensial ( hipertensi primer ) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh penyakit lain
C.
ETIOLOGI
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
·
Elastisitas dinding aorta menurun
·
Katub jantung menebal dan menjadi
kaku
·
Kemampuan jantung memompa darah
menurun 1% setiap tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung memompa
darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
·
Kehilangan elastisitas pembuluh
darah
Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk
oksigenasi
·
Meningkatnya resistensi pembuluh
darah perifer
Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering menyebabkan
terjadinya hipertensi. Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
·
Faktor keturunan
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
Dari data statistik terbukti bahwa seseorang akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi
·
Ciri perseorangan
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
Ciri perseorangan yang mempengaruhi timbulnya hipertensi adalah:
o Umur ( jika umur bertambah maka TD meningkat )
o Jenis kelamin ( laki-laki lebih tinggi dari perempuan )
o Ras ( ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih )
o Kebiasaan hidup
o Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan timbulnya hipertensi adalah :
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Konsumsi garam yang tinggi ( melebihi dari 30 gr )
Kegemukan atau makan berlebihan
Stress
Merokok
Minum alcohol
Minum obat-obatan ( ephedrine, prednison, epineprin )
Sedangkan penyebab hipertensi sekunder adalah :
o Ginjal
o Glomerulonefritis
o Pielonefritis
o Nekrosis tubular akut
o Tumor
o Vascular
o Aterosklerosis
o Hiperplasia
o Trombosis
o Aneurisma
o Emboli kolestrol
o Vaskulitis
o Kelainan endokrin
o DM
o Hipertiroidisme
o Hipotiroidisme
o Saraf
o Stroke
o Ensepalitis
o SGB
o Obat – obatan
o Kontrasepsi oral
o Kortikosteroid
D.
PATOFISIOLOGI / PATHWAY
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat
vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda
spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks
dan abdomen. Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang
bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik
ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti
kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap
rangsang vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa
terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga
terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal
mensekresi epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal
mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons
vasokonstriktor pembuluh darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan
aliran ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan
angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh
korteks adrenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus
ginjal, menyebabkan peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini
cenderung mencetuskan keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi
perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh perifer
bertanggungjawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut.
Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat
dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya
menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya,
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah
yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang
jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer, 2001).
Pada usia lanjut perlu diperhatikan kemungkinan
adanya “hipertensi palsu” disebabkan kekakuan arteri brachialis sehingga tidak
dikompresi oleh cuff sphygmomanometer (Darmojo, 1999).
E. TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala pada hipertensi dibedakan menjadi :
¨
Tidak ada gejala
¨
Tidak ada gejala yang spesifik
yang dapat dihubungkan dengan peningkatan tekanan darah, selain penentuan
tekanan arteri oleh dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial
tidak akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang menyertai
hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam kenyataannya ini
merupakan gejala terlazim yang mengenai kebanyakan pasien yang mencari
pertolongan medis.
Menurut Rokhaeni ( 2001 ), manifestasi klinis beberapa pasien yang
menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala, pusing Lemas, kelelahan,
Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran menurun.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Hemoglobin / hematokrit
Untuk mengkaji hubungan dari sel – sel terhadap
volume cairan ( viskositas ) dan dapat mengindikasikan factor – factor resiko
seperti hiperkoagulabilitas, anemia.
b. BUN : memberikan informasi tentang perfusi ginjal
c. Glukosa
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi )
Hiperglikemi ( diabetes mellitus adalah pencetus hipertensi ) dapat diakibatkan oleh peningkatan katekolamin (meningkatkan hipertensi )
d. Kalium serum
Hipokalemia dapat megindikasikan adanya aldosteron utama
( penyebab ) atau menjadi efek samping terapi diuretik.
e. Kalsium serum
Peningkatan kadar kalsium serum dapat menyebabkan hipertensi
f.
Kolesterol dan trigliserid serum
Peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus untuk / adanya pembentukan
plak ateromatosa ( efek kardiovaskuler )
g. Pemeriksaan tiroid
Hipertiroidisme dapat menimbulkan vasokonstriksi dan hipertensi
h. Kadar aldosteron urin/serum
Untuk mengkaji aldosteronisme primer ( penyebab )
i.
Urinalisa
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
Darah, protein, glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya diabetes.
j.
Asam urat
Hiperurisemia telah menjadi implikasi faktor resiko hipertensi
k. Steroid urin
Kenaikan dapat mengindikasikan hiperadrenalisme
l.
IVP Dapat mengidentifikasi
penyebab hieprtensiseperti penyakit parenkim ginjal, batu ginjal / ureter
m. Foto dada
Menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub, perbesaran jantung
n. CT scan
Untuk mengkaji tumor serebral, ensefalopati
o. EKG
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
Dapat menunjukkan pembesaran jantung, pola regangan, gangguan konduksi, peninggian gelombang P adalah salah satu tanda dini penyakit jantung hipertensi
G.
PENATALAKSANAAN
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Pengelolaan hipertensi bertujuan untuk mencegah morbiditas dan mortalitas akibat komplikasi kardiovaskuler yang berhubungan dengan pencapaian dan pemeliharaan tekanan darah dibawah 140/90 mmHg.
Prinsip pengelolaan penyakit hipertensi meliputi :
A. Terapi tanpa Obat
Terapi tanpa obat digunakan sebagai tindakan untuk hipertensi ringan dan
sebagai tindakan suportif pada hipertensi sedang dan berat.
Terapi tanpa obat ini meliputi :
1. Diet
Diet yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
adalah :
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
Restriksi garam secara moderat dari 10 gr/hr menjadi 5 gr/hr.
Diet rendah kolesterol dan rendah asam lemak jenuh
Penurunan berat badan
Penurunan asupan etanol
Menghentikan merokok
2. Latihan Fisik
Latihan fisik atau olah raga yang teratur dan
terarah yang dianjurkan untuk penderita hipertensi adalah olah raga yang
mempunyai empat prinsip yaitu :
Macam olah raga yaitu isotonis dan dinamis seperti
lari, jogging, bersepeda, berenang dan lain-lain
Intensitas olah raga yang baik antara 60-80 % dari
kapasitas aerobik atau 72-87 % dari denyut nadi maksimal yang disebut zona
latihan. Lamanya latihan berkisar antara 20 – 25 menit berada dalam zona
latihan Frekuensi latihan sebaiknya 3 x perminggu dan paling baik 5 x perminggu
3.
Edukasi Psikologis
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
Pemberian edukasi psikologis untuk penderita hipertensi meliputi:
a.
Tehnik Biofeedback
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
Biofeedback adalah suatu tehnik yang dipakai untuk menunjukkan pada subyek tanda-tanda mengenai keadaan tubuh yang secara sadar oleh subyek dianggap tidak normal.
Penerapan biofeedback terutama dipakai untuk mengatasi gangguan somatik seperti nyeri kepala dan migrain, juga untuk gangguan psikologis seperti kecemasan dan ketegangan.
b.
Tehnik relaksasi
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
Relaksasi adalah suatu prosedur atau tehnik yang bertujuan untuk mengurangi ketegangan atau kecemasan, dengan cara melatih penderita untuk dapat belajar membuat otot-otot dalam tubuh menjadi rileks
c.
Pendidikan Kesehatan ( Penyuluhan )
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
Tujuan pendidikan kesehatan yaitu untuk meningkatkan pengetahuan pasien tentang penyakit hipertensi dan pengelolaannya sehingga pasien dapat mempertahankan hidupnya dan mencegah komplikasi lebih lanjut.
A.
Terapi dengan Obat
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Tujuan pengobatan hipertensi tidak hanya menurunkan tekanan darah saja tetapi juga mengurangi dan mencegah komplikasi akibat hipertensi agar penderita dapat bertambah kuat. Pengobatan hipertensi umumnya perlu dilakukan seumur hidup penderita.
Pengobatan standar yang dianjurkan oleh Komite Dokter Ahli Hipertensi (
JOINT NATIONAL COMMITTEE ON DETECTION, EVALUATION AND TREATMENT OF HIGH BLOOD
PRESSURE, USA, 1988 ) menyimpulkan bahwa obat diuretika, penyekat beta,
antagonis kalsium, atau penghambat ACE dapat digunakan sebagai obat tunggal
pertama dengan memperhatikan keadaan penderita dan penyakit lain yang ada pada
penderita.
Pengobatannya meliputi :
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 1
Obat pilihan pertama : diuretika, beta blocker, Ca antagonis, ACE inhibitor
Step 2
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Alternatif yang bisa diberikan :
Dosis obat pertama dinaikkan
Diganti jenis lain dari obat pilihan pertama
Ditambah obat ke –2 jenis lain, dapat berupa diuretika , beta blocker, Ca antagonis, Alpa
blocker, clonidin, reserphin, vasodilator
Step 3 : Alternatif yang bisa ditempuh
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Obat ke-2 diganti
Ditambah obat ke-3 jenis lain
Step 4 : Alternatif pemberian obatnya
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Ditambah obat ke-3 dan ke-4
Re-evaluasi dan konsultasi
Follow Up untuk mempertahankan terapi
Untuk mempertahankan terapi jangka panjang memerlukan interaksi dan komunikasi yang baik antara pasien dan petugas kesehatan ( perawat, dokter ) dengan cara pemberian pendidikan kesehatan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam interaksi pasien dengan petugas
kesehatan adalah sebagai berikut :
1.
Setiap kali penderita periksa,
penderita diberitahu hasil pengukuran tekanan darahnya
2.
Bicarakan dengan penderita tujuan
yang hendak dicapai mengenai tekanan darahnya
3.
Diskusikan dengan penderita bahwa
hipertensi tidak dapat sembuh, namun bisa dikendalikan untuk dapat menurunkan
morbiditas dan mortilitas
4.
Yakinkan penderita bahwa
penderita tidak dapat mengatakan tingginya tekanan darah atas dasar apa yang
dirasakannya, tekanan darah hanya dapat diketahui dengan mengukur memakai alat
tensimeter
5.
Penderita tidak boleh
menghentikan obat tanpa didiskusikan lebih dahulu
6.
Sedapat mungkin tindakan terapi
dimasukkan dalam cara hidup penderita
7.
Ikutsertakan keluarga penderita
dalam proses terapi
8.
Pada penderita tertentu mungkin
menguntungkan bila penderita atau keluarga dapat mengukur tekanan darahnya di
rumah
9.
Buatlah sesederhana mungkin
pemakaian obat anti hipertensi misal 1 x sehari atau 2 x sehari
10.
Diskusikan dengan penderita
tentang obat-obat anti hipertensi, efek samping dan masalah-masalah yang
mungkin terjadi
11.
Yakinkan penderita kemungkinan
perlunya memodifikasi dosis atau mengganti obat untuk mencapai efek samping
minimal dan efektifitas maksimal
12.
Usahakan biaya terapi seminimal
mungkin
13.
Untuk penderita yang kurang
patuh, usahakan kunjungan lebih sering
14.
Hubungi segera penderita, bila
tidak datang pada waktu yang ditentukan.
15.
Melihat pentingnya kepatuhan
pasien dalam pengobatan maka sangat diperlukan sekali pengetahuan dan sikap
pasien tentang pemahaman dan pelaksanaan pengobatan hipertensi.
H.
PENGKAJIAN
Aktivitas / istirahat
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gejala :
Kelemahan
Letih
Napas pendek
Gaya hidup monoton
Tanda :
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
Frekuensi jantung meningkat
Perubahan irama jantung
Takipnea
Sirkulasi
Gejala : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner / katup, penyakit serebrovaskuler
Tanda :
Kenaikan TD
Nadi : denyutan jelas
Frekuensi / irama : takikardia, berbagai disritmia
Bunyi jantung : murmur
Distensi vena jugularis
Ekstermitas
Perubahan warna kulit, suhu dingin( vasokontriksi perifer ), pengisian kapiler mungkin lambat
Integritas Ego
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gejala : Riwayat perubahan kepribadian, ansietas, depresi, euphoria, marah, faktor stress multiple ( hubungsn, keuangan, pekerjaan )
Tanda :
Letupan suasana hati
Gelisah
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
Penyempitan kontinue perhatian
Tangisan yang meledak
otot muka tegang ( khususnya sekitar mata )
Peningkatan pola bicara
Eliminasi
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Gejala : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu ( infeksi, obstruksi, riwayat penyakit ginjal )
Makanan / Cairan
Gejala :
Makanan yang disukai yang dapat mencakup makanan tinggi garam, lemak dan kolesterol
Mual
Muntah
Riwayat penggunaan diuretic
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
Tanda :
BB normal atau obesitas
Edema
Kongesti vena
Peningkatan JVP
glikosuria
Neurosensori
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Gejala :
Keluhan pusing / pening, sakit kepala
Episode kebas
Kelemahan pada satu sisi tubuh
Gangguan penglihatan ( penglihatan kabur, diplopia )
Episode epistaksis
Tanda :
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optic
Perubahan orientasi, pola nafas, isi bicara, afek, proses pikir atau memori ( ingatan )
Respon motorik : penurunan kekuatan genggaman
Perubahan retinal optic
Nyeri/ketidaknyamanan
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen
Gejala :
nyeri hilang timbul pada tungkai sakit kepala oksipital berat nyeri abdomen
Pernapasan
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Gejala :
Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas
Takipnea
Ortopnea
Dispnea nocturnal proksimal
Batuk dengan atau tanpa sputum
Riwayat merokok
Tanda :
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
Distress respirasi/ penggunaan otot aksesoris pernapasan
Bunyi napas tambahan ( krekles, mengi )
Sianosis
Keamanan
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
Gejala : Gangguan koordinasi, cara jalan
Tanda : Episode parestesia unilateral transien
Pembelajaran / Penyuluhan
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcohol
Gejala :
Factor resiko keluarga ; hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung, DM , penyakit serebrovaskuler, ginjal
Faktor resiko etnik, penggunaan pil KB atau hormon lain
Penggunaan obat / alcohol
I.
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1) Penurunan curah jantung berhubungan dengan peningkatan afterload,
vasokonstriksi, iskemia miokard, hipertropi ventricular
Tujuan :
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Tidak terjadi penurunan curah jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam.
Kriteria hasil :
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Berpartisipasi dalam aktivitas yang menurunkan TD
Mempertahankan TD dalam rentang yang dapat diterima
Memperlihatkan irama dan frekuensi jantung stabil
Intervensi :
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Catat edema umum
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Pantau TD, ukur pada kedua tangan, gunakan manset dan tehnik yang tepat
Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
Auskultasi tonus jantung dan bunyi napas
Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
Catat edema umum
Berikan lingkungan tenang, nyaman, kurangi aktivitas, batasi jumlah pengunjung.
Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur/kursi
Bantu melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
Lakukan tindakan yang nyaman spt pijatan punggung dan leher, meninggikan kepala tempat tidur.
Anjurkan tehnik relaksasi, panduan imajinasi, aktivitas pengalihan
Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
Kolaborasi untuk pemberian obat-obatan sesuai indikasi
Diuretik Tiazid misalnya
klorotiazid ( Diuril ), hidroklorotiazid ( esidrix, hidrodiuril ),
bendroflumentiazid ( Naturetin )
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )
Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor )
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin ( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril, captoten ).
bendroflumentiazid ( Naturetin )
Diuretic Loop misalnya Furosemid ( Lasix ), asam etakrinic ( Edecrin ), Bumetanic ( Burmex )
Diuretik hemat kalium misalnay spironolakton ( aldactone ), triamterene ( Dyrenium ), amilioride ( midamor )
Inhibitor simpatis misalnya propanolol ( inderal ), metoprolol ( lopressor ), Atenolol ( tenormin ), nadolol ( Corgard ), metildopa ( aldomet ), reserpine ( Serpasil ), klonidin ( catapres )
Vasodilator misalnya minoksidil ( loniten ), hidralasin ( apresolin ), bloker saluran kalsium ( nivedipin, verapamil )
Anti adrenergik misalnya minipres, tetazosin ( hytrin )
Bloker nuron adrenergik misalnya guanadrel ( hyloree ), quanetidin ( Ismelin ), reserpin ( Serpasil )
Inhibitor adrenergik yang bekerja secara sentral misalnya klonidin ( catapres ), guanabenz ( wytension ), metildopa ( aldomet )
Vasodilator kerja langsung misalnya hidralazin ( apresolin ), minoksidil, loniten
Vasodilator oral yang bekerja secara langsung misalnya diazoksid ( hyperstat ), nitroprusid ( nipride, nitropess )
Bloker ganglion misalnya guanetidin ( ismelin ), trimetapan ( arfonad ), ACE inhibitor ( captopril, captoten ).
2) Nyeri ( sakit kepala ) berhubungan dengan peningkatan tekanan vaskuler
serebral
Tujuan :
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal
Nyeri atau sakit kepala hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mengungkapkan tidak adanya sakit kepala
Pasien tampak nyaman
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )
Pertahankan tirah baring, lingkungan yang tenang, sedikit penerangan
Minimalkan gangguan lingkungan dan rangsangan
Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
Hindari merokok atau menggunkan penggunaan nikotin
Beri tindakan nonfarmakologi untuk menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung dan leher, posisi nyaman, tehnik relaksasi, bimbingan imajinasi dan distraksi
Hilangkan / minimalkan vasokonstriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala misalnya mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi : analgesik, antiansietas (lorazepam, ativan, diazepam, valium )
3) Resiko perubahan perfusi jaringan: serebral, ginjal, jantung berhubungan
dengan adanya tahanan pembuluh darah
Tujuan :
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Tidak terjadi perubahan perfusi jaringan : serebral, ginjal, jantung setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
Pasien mendemonstrasikan perfusi jaringan yang membaik seperti ditunjukkan dengan : TD dalam batas yang dapat diterima, tidak ada keluhan sakit kepala, pusing, nilai-nilai laboratorium dalam batas normal.
Haluaran urin 30 ml/ menit
Tanda-tanda vital stabil
Intervensi :
Pertahankan tirah baring
Tinggikan kepala tempat tidur
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Amati adanya hipotensi mendadak
Ukur masukan dan pengeluaran
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
Pertahankan tirah baring
Tinggikan kepala tempat tidur
Kaji tekanan darah saat masuk pada kedua lengan; tidur, duduk dengan pemantau tekanan arteri jika tersedia
Ambulasi sesuai kemampuan; hindari kelelahan
Amati adanya hipotensi mendadak
Ukur masukan dan pengeluaran
Pertahankan cairan dan obat-obatan sesuai program
Pantau elektrolit, BUN, kreatinin sesuai program
4) Intoleransi aktifitas berhubungan penurunan cardiac output
Tujuan :
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Tidak terjadi intoleransi aktifitas setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Meningkatkan energi untuk melakukan aktifitas sehari – hari
Menunjukkan penurunan gejala – gejala intoleransi aktifitas
Intervensi :
Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Instruksikan pasien tentang penghematan energy
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
Monitor adanya diaforesis, pusing
Observasi TTV tiap 4 jam
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
Berikan dorongan untuk aktifitas / perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi.
Berikan bantuan sesuai kebutuhan
Instruksikan pasien tentang penghematan energy
Kaji respon pasien terhadap aktifitas
Monitor adanya diaforesis, pusing
Observasi TTV tiap 4 jam
Berikan jarak waktu pengobatan dan prosedur untuk memungkinkan waktu istirahat yang tidak terganggu, berikan waktu istirahat sepanjang siang atau sore
5) Gangguan pola tidur berhubungan adanya nyeri kepala
Tujuan :
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Tampak dapat istirahat dengan cukup
TTV dalam batas normal
Tidak terjadi gangguan pola tidur setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x 24 jam
Kriteria hasil :
Mampu menciptakan pola tidur yang adekuat 6 – 8 jam per hari
Tampak dapat istirahat dengan cukup
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
Evaluasi tingkat stress
Monitor keluhan nyeri kepala
Lengkapi jadwal tidur secara teratur
Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
Lakukan masase punggung
Putarkan musik yang lembut
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
Ciptakan suasana lingkungan yang tenang dan nyaman
Beri kesempatan klien untuk istirahat / tidur
Evaluasi tingkat stress
Monitor keluhan nyeri kepala
Lengkapi jadwal tidur secara teratur
Berikan makanan kecil sore hari dan / susu hangat
Lakukan masase punggung
Putarkan musik yang lembut
Kolaborasi pemberian obat sesuai indikasi
6) Kurangnya perawatan diri berhubungan dengan adanya kelemahan fisik.
Tujuan :
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Perawatan diri klien terpenuhi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil :
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Mampu melakukan aktifitas perawatan diri sesuai kemampuan
Dapat mendemonstrasikan tehnik untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Intervensi :
Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya
Kaji kemampuan klien untuk melakukan kebutuhan perawatan diri
Beri pasien waktu untuk mengerjakan tugas
Bantu pasien untuk memenuhi kebutuhan perawatan diri
Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan klien / atas keberhasilannya
7) Kecemasan berhubungan dengan krisis situasional sekunder adanya hipertensi
yang diderita klien
Tujuan:
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 Jam
Kecemasan hilang atau berkurang setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 x 24 Jam
Kriteria hasil :
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ekspresi wajah rilek
TTV dalam batas normal
Klien mengatakan sudah tidak cemas lagi / cemas berkurang
Ekspresi wajah rilek
TTV dalam batas normal
Intervensi :
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
Observasi TTV tiap 4 jam
Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Berikan support mental pada klien
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
Kaji keefektifan strategi koping dengan mengobservasi perilaku misalnya kemampuan menyatakan perasaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi dalam rencana pengobatan
Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala, ketidakmampuan untuk menyelesaikan masalah
Bantu klien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan strategi untuk mengatasinya
Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan
Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas atau tujuan hidup
Kaji tingkat kecemasan klien baik secara verbal maupun non verbal
Observasi TTV tiap 4 jam
Dengarkan dan beri kesempatan pada klien untuk mengungkapkan perasaanya
Berikan support mental pada klien
Anjurkan pada keluarga untuk memberikan dukungan pada klien
8) Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi tentang proses
penyakit
Tujuan :
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam
Klien terpenuhi dalam informasi tentang hipertensi setelah dilakukan tindakan ekperawatan selama 1 x 24 jam
Kriteria hasil:
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Pasien mengungkapkan pengetahuan akan hipertensi
Melaporkan pemakaian obat-obatan sesuai program
Intervensi :
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
Jelaskan sifat penyakit dan tujuan dari pengobatan dan prosedur
Jelaskan pentingnya lingkungan yang tenang, tidak penuh dengan stress
Diskusikan tentang obat-obatan : nama, dosis, waktu pemberian, tujuan dan efek samping atau efek toksik
Jelaskan perlunya menghindari pemakaian obat bebas tanpa pemeriksaan dokter
Diskusikan gejala kambuhan atau kemajuan penyulit untuk dilaporkan dokter : sakit kepala, pusing, pingsan, mual dan muntah.
Diskusikan pentingnya mempertahankan berat badan stabil
Diskusikan pentingnya menghindari kelelahan dan mengangkat berat
Diskusikan perlunya diet rendah kalori, rendah natrium sesuai program
Jelaskan penetingnya mempertahankan pemasukan cairan yang tepat, jumlah yang diperbolehkan, pembatasan seperti kopi yang mengandung kafein, teh serta alcohol
Jelaskan perlunya menghindari konstipasi dan penahanan
Berikan support mental, konseling dan penyuluhan pada keluarga klien
PENGKAJIAN DATA KELUARGA
Pengkajian pada tanggal
: 23 Juli
2011
B. Data Dasar Keluarga
1.
Nama Kepala Keluarga (KK) : Ny. L
2.
Usia : 70 tahun
3.
Pendidikan : SMA
4.
Pekerjaan : Ibu Rumah
Tangga
5.
Alamat/No. Telp : Jl. MT.Haryono Gang VI/868
No.
|
Nama
|
Gender
|
Hub.
Dgn
KK
|
TTL/Umur
|
Pendidikan
|
Pekerjaan
|
Agama
|
1.
|
Ny. I
|
P
|
ibu
|
70 th
|
Tdk
Sekolah
|
IRT
|
Islam
|
2.
|
Tn.
R
|
L
|
Anak
|
36
thn
|
SMA
|
Swasta
|
Islam
|
3.
|
Ny.
E
|
P
|
menantu
|
32
thn
|
SMA
|
IRT
|
Islam
|
4.
|
An.
A
|
L
|
cucu
|
12
thn
|
6 SD
|
pelajar
|
Islam
|
5.
|
An. D
|
L
|
cucu
|
10
thn
|
4 SD
|
pelajar
|
Islam
|
6.
Komposisi Keluarga :
Dalam satu rumah terdapat satu
KK (kepala keluarga) dengan 5 anggota keluarga yang terdiri dari 1 orang tua, 1 anak, 1 menantu, dan 2
orang cucu.
7.
Genogram (gambarkan keluarga
klien) :
Keterangan
:
/ : Laki/Wanita
/ : Yang meninggal dunia
: Klien
:
Hubungan perkawinan
: Tinggal serumah
8.
Tipe Keluarga: Keluarga Besar
9.
Suku Bangsa: Indonesia - Jawa
10.
Agama : Islam
11.
Status sosial ekonomi keluarga
o Total
pendapatan keluarga perbulan: + Rp. 1.500.000:
Ya
o Apakah
penghasilan keluarga mencukupi untuk biaya hidup sehari-hari: Ya
o Apakah
keluarga memiliki tabungan: Ya
o Apakah ada anggota keluarga yang membantu
keuangan keluarga : Ada, Anak klien.
12.
Aktifitas rekreasi keluarga:
Keluarga
mengatakan rekreasi ke tempat rekreasi terdekat bila memiliki cukup waktu, jika
tidak mereka hanya berkumpul bersama keluarga
di rumah (Ny. L)
13.
Riwayat dan tahap perkembangan
keluarga:
Sejauh
ini keluarga memenuhi tugas-tugas perkembangan yang sesuai dengan tahap
perkembangan saat ini. Keluarga mampu memposisikan diri dalam hal tanggung
jawab sesama anggota keluarga inti.
14. Riwayat
keluarga inti:
Ny.
L memiliki suami yang telah meninggal beberapa minggu
lalu. Dari pernikahan mereka memiliki 7 orang anak kandung, dari ke-tujuh anak tersebut hanya satu yang belum berkeluarga (lihat genogram).
Dan yang sekarang tinggal dalam
1 rumah bersama Ny.L adalah anak terakhir beserta
keluarga (istri dan 2 orang
anak).
15.
Riwayat keluarga sebelumnya:
Ny. L
mengatakan bahwa ketujuh anaknya lahir
dengan persalinan normal dengan dibantu oleh dukun, pernah sekali Ny. L mencoba pasang KB spiral namun mengakibatkan perdarahan
sehingga harus dilepas namun tidak samapai MRS. Ny.
L ditinggal mati oleh suaminya pada tahun 2003, suaminya meninggal karena sakit
stroke. Sejak itu, klien mengurus anak-anaknya dengan penuh perjuangan,
kesabaran dan penuh kasih sayang.
B. Lingkungan
1.
Perumahan
a.
Jenis rumah: Permanen
b.
Luas Bangunan : 4 x 23 m2
c.
Luas penerangan : - m2
d.
Status rumah : Milik pribadi
e.
Atap rumah: Genteng
f.
Ventilasi rumah: Ada
g.
Luas ventilasi: >10% luas
lantai
h.
Apakah cahaya dapat masuk
rumah pada siang hari: Ya
i.
Penerangan: Listrik
j.
Lantai: Keramik
k.
Kebersihan rumah secara
keseluruhan: Bersih tetapi ada beberapa bagian rumah kurang rapi.
2.
Denah rumah
|
||||
Lantai 1
|
||||||||
|
|
|
|
3.
Pengelolaan sampah
a.
Apakah keluarga mempunyai tempat pembuangan sampah: Ya
b.
Bagaimana cara pengelolaan sampah rumah tangga: Diambil petugas
4.
Sumber air
a.
Sumber air yang digunakan oleh
keluarga: PDAM
5.
Jamban keluarga
a.
Apakah keluarga memiliki WC
sendiri: Ya
b.
Jenis jamban keluarga: Leher
angsa
c.
Jarak antara sumber air dengan
tempat penampungan tinja: > 10 meter
6.
Pembuangan air limbah
Apakah
keluarga mempunyai saluran pembuangan air limbah (air kotor): Ya. Ke melalui saluran pembuangan seperti di tempat cuci pirin,
kamar mandi yang mengalir selokan- selokan di sekitar
lingkungan rumah
7.
Fasilitas sosial dan fasilitas kesehatan
a.
Adakah perkumpulan sosial dalam kegiatan di masyarakat setempat?
Ada,
misalnya posyandu lansia
b.
Adakah fasilitas pelayanan
kesehatan di masyarakat ?
Ada,
puskesmas, puskesmas pembantu, posyandu
c.
Apakah keluarga memanfaatkan fasilitas kesehatan tertentu ?
Ya, puskesmas, posyandu
d. Apakah fasilitas kesehatan yang ada dapat
terjangkau oleh keluarga dengan kendaraan umum ?
Dapat,
dengan kendaraan umum, jalan kaki.
8.
Karakteristik tetangga dan komunitas
Rumah Ny.L berada di wilayah
yang padat penduduk. Rumah Ny.L dekat dengan Puskesmas, Pasar sehingga keluarga dapat
menjangkaunya dengan mudah misalnya dengan jalan kaki, naik angkot atau bahkan
bersepeda motor.
Tetangga di sekitar rumah Ny.L tergolong ramah, saling tolong menolong antar
tetangga. Di samping itu, keluarga Ny.L banyak
menghabiskan hari-harinya dirumah dikarenakan keterbatasan fisiknya.
9.
Mobilitas geografis keluarga
Ny.
L telah menempati rumah di jalan MT. Haryono Gg. VI/868
tersebut sejak menikah bersama suaminya.
10.
Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat:
Ny.
L tidak aktif dalam aktivitas komunitas dalam
keluarganya disebabkan karena keterbatasan
fisiknya setelah terkena serangan stroke pada 2007
11.
Sistem pendukung keluarga
a. Sistem
Formal: keluarga memiliki pemahaman yang cukup
baik tentang kesehatan, dimana disalah satu anggota keluarga ada yang
berpendidikan S3 dan mahasiswa keperawatan.
b.
System Informal: keluarga
memiliki hubungan yang erat dan akrab dengan anggota keluarga yang lainnya.
Mereka saling membantu dalam bidang moril maupun materiil jika salah satu
keluarga ada kesulitan
C.
Struktur Keluarga
1.
Pola komunikasi keluarga
Keluarga
Ny.L lebih sering menggunakan bahasa jawa sebagai bahasa
sehari-harinya, semua hal disampaikan yang perlu disampaikan kepada keluarga
dibicarakan secara bersama-sama serta bermusyawarah dan
berdialog dengan anggota keluarga yang lain sebelum memutuskan segala sesuatu.
2.
Struktur kekuatan keluarga
Dalam
keluarga Ny.L, pengambil keputusan adalah kepala
anaknya yang tertua yang ada di malang serta anak yang tinggal satu rumah,
namun dalam proses pengambilan keputusan tersebut terdapat masukan-masukan dari
anggota keluarga lain dalam segala hal.
3.
Struktur peran
Ny. L : sebagai seorang Ibu juga
nenek yang sudah tidak
bekerja, beliau tinggal bersama anak,
menantu dan kedua cucunya dirumah warisan dari suaminya.
Tn. I : sebagai Kepala Keluarga (KK) untuk memenuhi
kebutuhan ibu, istri dan anak-anaknya dimana sebagai penghubung dengan anggota
keluarga yang lain bila terdapat suatu hal terkait Ny. L.
Ny. E:
sebagai seorang menantu yang juga sebagai ibu rumah tangga untuk membantu mengurus keluarganya
termasuk Ny. L
An. A : adalah seorang cucu yang berstatus sebagai pelajar sekolah dasar
An. D:
adalah seorang cucu yang berstatus sebagai pelajar sekolah dasar, adik dari
An. A
4.
Nilai dan norma budaya
Nilai
dan norma yang diterapkan dalam keluarga Ny. L yaitu budaya Jawa, khususnya Malang dimana masih
menjunjung tinggi tepo seliro dan toleransi antar anggota keluarganya.
D.
Fungsi Keluarga
1.
Fungsi afektif
Saat
terjadi masalah di dalam keluarga maka masalah tersebut akan dibicarakan
bersama untuk mencari jalan keluar yang terbaik. Dan jika ada salah satu
anggota keluarga menghdapi masalah, maka anggota keluarga yang lain akan
membantu dalam menyelesaikannya
2.
Fungsi sosial
Keluarga
Ny. L mengenalkan anak dan cucunya dengan lingkunga sekitar mulai sejak kecil.
Anak di ajarkan bagaimana berbuat baik dengan tetangga, bagaimana membatu
tetangga yang membutuhkan bantuan, bagaimana sopan santun yang harus dilakukan
ke tetangga. Pola didik anak dahulu disiplin dan
mandiri disamping karena suami adalah seorang purnawirawan. Sehingga
anggota keluarga Ny. L memiliki hubungan baik dengan tetangganya serta memiliki sifat pekerja keras.
E.
Stres dan Koping Keluarga
1.
Stresor jangka pendek dan jangka panjang
Jangka
pendek: keluarga mengalami kecemasan dalam menjaga Ny. L apabila di rumah sedang tidak
ada orang, meskipun ia dititipkan kepada tetangganya.
Jangka
panjang: keluarga khawatir terhadap kondisi
kesehatan Ny. L karena
tidak pernah kontrol kesehatan ke puskesmas 1 tahun terakhir ini.
2.
Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga
adalah keluarga beragama, dan mereka meyakini bahwa segala sesuatu baik dan
buruk datangnya dari Tuhan.
3.
Strategi koping yang digunakan
a.
Strategi Koping Internal:
pemecahan masalah bersama dengan diskusi dengan anggota keluarga ataupun dengan
kerabat dekat, fleksibilitas peran.
b.
Strategi Koping Eksternal:
memelihara hubungan dengan komunitas, mencari dukungan social dan spiritual.
4.
Strategi adaptif disfungsional
Keluarga
telah mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada keluarganya, dan
selama keluarga mampu, ia akan langsung membawanya ke dokter maupun rumah sakit.
5.
Pemeriksaan fisik
Ny. L
·
Keadaan umum: cukup, berjalan sedikit lambat (akibat stroke)
·
Kesadaran: compos mentis
·
Mata: simetris, konjunctiva
ananemis, reaksi pupil (+)
·
Mulut: bibir kering, mukosa
kering
·
Leher: tidak ada JVD, tidak
ada deviasi trakhea
·
Thorak: pengembangan dinding
dada simetris.
·
Kulit/integument: kering.
·
Ny. L mengatakan anggota badan sebelah kiri masih sedikit lemah, namun
masih dapat beraktifitas tanpa bantuan alat.
·
Ny. L mengatakan makan teratur 3 kali sehari, minum air putih
cukup (6-8 gelas)
F.
Harapan Keluarga terhadap Asuhan Keluarga
Keluarga
berharap ada penjelasan serta informasi mengenai hal-hal yang belum diketahui
oleh keluarga tentang penyakit darah tinggi yang
diderita Ny. L serta
tentang kelemahan fisik akibat stroke.
G.
Fungsi Perawatan Kesehatan
Memberi
informasi dan edukasi mengenai masalah kesehatan yang ada dalam keluarga.
Analisa Data
Data
|
Diagnosa Keperawatan
|
1. DS :
-
Ny.
L mengatakan bahwa dirinya tidak pernah kontrol ke puskesmas terkait Hipertensinya
-
Ny. L
mengatakan bahwa kalau makan tidak ada pantangannya
-
Ny.
L mengatakan baru tahu menderita hipertensi saat ia dibawa ke RSSA dengan stroke
pada 2007 yaitu sistole 250
DO
:
-
TD
Bp. S : 170/110 mmHg
-
Nadi
: 96 x/menit
Ny. L masih tampak sehat, semua aktivitas masih bisa
dilakukan sendiri seperti membersihkan rumah, makan, mandi dan aktivitas
sehari-hari yang lain
|
1. Hipertensi
Resiko
cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak) berhubungan dengan ketidak
mampuan keluarga untuk merawat anggota keluarga yang sakit tekanan darah
tinggi.
|
DS :
Ny. L mengatakan bahwa sering mengeluh sakit
di kuduk bagian belakang, kepala cekot-cekot
|
1.
Aktual
nyeri pada keluarga terutama pada Ny. L b.d KMK merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi.
|
Skala Penentuan
Prioritas Asuhan Keperawatan Keluarga
a. Kurangnya
pengetahuan keluarga
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat
masalah
|
3/3
x 1
|
1
|
Adalah
kurang/ tidak sehat dan memerlukan penanganan yang secepatnya untuk mencegah
peningkatan tekanan darah atau terjadinya komplikasi akibat peningkatan
tekanan darah.
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
|
½ x
2 = 1
|
1
|
Masalah
dapat diatasi sebagian karena keluarga kurang memiliki pengetahuan tentang
cara merawat anggota keluarga yang
menderita tekanan darah tinggi.
|
3.
|
Potensi
pencegahan
|
2/3 X 1
|
2/3
|
Masalah
dapat diubah karena penyakit hipertensi meruapakan suatu penyakit yang dapat
dipertahanakan dengan menjaga keseim bangan tekanan darah
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
|
½ x
1
|
½
|
Keluarga
tidak menyadari betapa pentingnya menjaga kestabilan tekanan darah pada
penderita hipertensi
|
|
Jumlah
|
|
3 ¼
|
|
b.
Nyeri
No
|
Kriteria
|
Perhitungan
|
Skor
|
Pembenaran
|
1.
|
Sifat
masalah
|
3/3
x 1
|
1
|
Keluhan
yang sering diutarakan pada keluarga
|
2.
|
Kemungkinan
masalah dapat diubah
|
2/2
x 2
|
2
|
Tergantung
keberhasilan terapi penurunan tekanan darah.
|
3.
|
Potensi
pencegahan
|
2/3 X 1
|
2/3
|
Perawat
bisa mengajarkan tehnik-tehnik tertentu pada keluarga.
|
4.
|
Menonjolnya
masalah
|
2/2
X 1
|
1
|
Mengganggu
kenyamanan pasien
|
|
Jumlah
|
|
32/3
|
|
RENCANA ASUHAN
KEPERAWATAN KELUARGA Ny. L
Masalah kesehatan
|
Masalah perawatan
|
Tujuan
|
Tindakan keperawatan
|
Evaluasi
|
Resiko cidera (perdarahan pada pembuluh darah di otak)
berhubungan dengan ketidak-mampuan keluarga dalam merawat anggota keluarga
yang sakit tekanan darah tinggi
|
Kurang
pengetahuan keluarga
|
Keluarga
mampu:
- Menyebutkan
kembali tentang kemung kinan penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah.
- Menyebutkan
tanda dan gejala terjadinya peningkatan tekanan darah.
Menyebutkan akibat yang bisa terjadi bila tekanan darah
terlalu tinggi.
|
1.
Jelaskan kepada keluarga
tentang kemungkinan penyebab tejadi peningkatan tekanan darah.
2.
Jelaskan tentang tanda/
gejala terjadinya peningkat an tekanan darah.
3.
Jelaskan tentang akibat dari
peningkatan tekanan darah
4.
Jelaskan kepada keluarga
tentang diet pada panderita tekanan darah tinggi.
5.
Obsevarsi kemampuan keluarga
setelah mendapat penjelasan dari petugas.
6.
Anjurkan kepada keluarga
untuk memeriksakan diri secara teratur.
7.
Motivasi penderita untuk
mengurangi garam dalam setiap makanan.
8.
Anjurkan kepada keluarga
untuk menyediakan makanan yang sesuai dengan diet
|
Keluarga
mampu:
- Menyebutkan
kemung kinan penyebab terja- dinya peningkatan tekanan darah.
- Menyebutkan
tanda peningkatan tekanan darah.
- Menyebutkan
akibat yang bisa terjadi pada peningkatan tekanan darah.
-
Menunjukkan makan- an yang
boleh dan tidak boleh dikonsumsi.
- Penderita
akan memeriksakan diri secara teratur ke pelayanan kesehatan.
-
Keluarga menyedia kan
masakan untuk penderita (sup dengan rasa yang tidak asin).
|
Aktual nyeri pada keluarga Ny. I terutama pada Ny. I b.d KMK merawat anggota keluarga yang
menderita hipertensi yang ditandai dengan Ny. I sering mengeluh sakit di kuduk bagian
belakang, kepala cekot-cekot
|
|
Keluhan sakit di belakang kepala hilang
- Keluhan kepala berdenyut-denyut hilang
|
- Ajarkan keluarga untuk melakukan tindakan nonfarmakologis untuk
menghilangkan sakit kepala seperti kompres dingin pada dahi, pijat punggung
dan leher, tehnik relaksasi.
- Anjurkan pasien dan keluarga untuk mengontrol aktivitas-aktivitas
yang dapat meningkatkan sakit kepala missal batuk panjang, membungkuk.
- Anjurkan keluarga untuk selalu melakukan ck tekanan darah setiap
3 minggu sekali
- Anjurkan keluarga untuk memantau kebutuhan pasien dalam
menjalankan terapi farmakologis
|
Verbal
- Verbal
- Vocal
- Verbal
- Verbal
|
HIPERTENSI
(DARAH TINGGI)
PENGERTIAN…..???
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah
suatu gangguan pada sistem pembuluh darah yang ditandai dengan tekanan darah
melebihi normal. Sering terjadi pada usia pertengahan atau lebih (usia 45 tahun
atau lebih)
.
PENYEBAB
Penyebab hipertensi sebagian besar tidak
diketahui penyebabnya denngan jelas. Kira-kira 10 % dari seluruh kasus
hipertensi disebabkan karena penyakit tertentu:
·
Penyakit ginjal.
·
Penyakit pembuluh
darah.
·
Kelainan hormone
TANDA DAN GEJALA
Tanda dan gejala hipertensi yang paling sering terjadi adalah:
·
Sakit kepala,
pusing.
·
Mudah marah.
·
Telinga
berdengung.
·
Tengkuk terasa
berat.
·
Mata
berkunang-kunang.
·
Mudah lelah.
·
Sukar tidur.
Faktor
resiko seseorang mendapat hipertensi:
·
Kegemukan atau obesitas.
·
Kurang olah raga.
·
Stress.
·
Minum banyak alkohol dan kopi.
·
Merokok.
·
Makan banyak garam dan lemak.
·
Keturunan.
Apabila tidak dikontrol, hipertensi dapat mengakibatkan gangguan pada organ
lain yaitu:
·
Penebalan dinding
pembuluh darah.
·
Penyakit jantung koroner, payah jantung.
·
Gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal.
·
Sumbatan pembuluh
darah otak atau stroke.
·
Gangguan penglihatan, perdarahan.
PENCEGAHAN
Upaya pencegahan hipertensi:
·
Kurangi berat
badan.
·
Olah raga teratur misalnya lari pagi seminggu sekali.
·
Mengubah kebiasaan hidup misalnya kurangi kopi atau alkohol, menghindari
stress,berhenti merokok, dan berusaha hidup santai.
·
Mengurangi makanan yang banyak garam atau banyak lemak.
Kontrol teratur ke Puskesmas atau petugas kesehatan lainnya
HIPERTENSI
(DARAH TINGGI)
Oleh
:
Umi Amaliyah, S.Kep
201020461011017
PROGRAM
PENDIDIKAN PROFESI NERS
FAKULTAS
ILMU KESEHATAN
UMM
2011
DIET PADA
LANSIA HIPERTENSI
TUJUAN…..???
Untuk
membantu menurunkan tekanan
darah
dan mempertahankan tekanan
darah
menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk menurunkan faktor
risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak kolesterol
dan asam urat dalam darah.
- KANDUNGAN GIZI YG DIPERLUKAN LANSIA
1. Karbohidrat
Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi gula dibatasi karena:
a. Gula tidak mengandung gizi. Pada lansia konsumsi zat zat gizi lain seperti vitamin, protein dan mineral untuk mencegah proses penurunan fungsi tubuh.
b. Gula cepat diserap sehingga memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan) dan diabetes.
Makanan yang boleh: Beras, kentang, singkong, terigu, gula yang diolah tanpa garam seperti macaroni, mie, biscuit dll.
Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit dan kue yang dimasak dengan garam dapur.
Fungsi karbohidrat adalah penyedia energi. Pada lansia konsumsi gula dibatasi karena:
a. Gula tidak mengandung gizi. Pada lansia konsumsi zat zat gizi lain seperti vitamin, protein dan mineral untuk mencegah proses penurunan fungsi tubuh.
b. Gula cepat diserap sehingga memungkinkan terjadinya obesitas (kegemukan) dan diabetes.
Makanan yang boleh: Beras, kentang, singkong, terigu, gula yang diolah tanpa garam seperti macaroni, mie, biscuit dll.
Makanan yang tidak boleh: Roti, biscuit dan kue yang dimasak dengan garam dapur.
2. Protein
Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.
Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas daripada daging sapi atau kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging pada sehari.
Makanan yang boleh: daging, ikan telur dan susu, semua kacang-kacangan dan sayuran.
Makanan yang tidak boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng, udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan garam dapur.
Fungsi dari protein sebagai zat pembangun dari sel tubuh.
Pada lansia sebaiknya memilih daging unggas daripada daging sapi atau kambing dan hendaknya tidak makan lebih dari 2 potong daging pada sehari.
Makanan yang boleh: daging, ikan telur dan susu, semua kacang-kacangan dan sayuran.
Makanan yang tidak boleh: ikan asin, keju, kornet, ebi, telur asam, pindang, dendeng, udang, kacang tanah dan sayuran yang dimasak/ diawetkan dengan garam dapur.
3.Lemak
Lemak berfungsi sebagai pelarut vitamin A,D,E dan K, membentuk tekstur makanan dan memberi rasa kenyang yang lama. Lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi. Pada lansia lemak sebaiknya dibatasi.
Lemak berfungsi sebagai pelarut vitamin A,D,E dan K, membentuk tekstur makanan dan memberi rasa kenyang yang lama. Lemak juga berfungsi sebagai cadangan energi. Pada lansia lemak sebaiknya dibatasi.
4. Vitamin
Fungsi
dari vitamin yaitu untuk mempercepat metabolisme,
mempertahankan fungsi jaringan tubuh
Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar tubuh selalu bugar. Contoh makanan: beras merah
Makanan yang boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih.
Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawtkan oleh garam dan soda, kopi dan coklat.
5. Mineral dan Air
Fungsi dari mineral yaitu pembentukan jaringan tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dll.
Pada lansia, kalsium sangat penting karena , terutama lansia wanita mudah terjadi ostoporosis akibat menopause. Contoh makanan yang tingggi kalsium adalah susu, ikan yang dimakan dengan tulangnya, sayuran hijau, kedelai dan rumput laut.
Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal menurun dan melancarkan BAB.
Lansia hendaknya mengurangi natrium dengan cara membatasi garam dapur.
Pada lansia vitamin sangat penting, terutama vitamin B1 agar tubuh selalu bugar. Contoh makanan: beras merah
Makanan yang boleh: semua buah yang tidak diawtkan garam/ soda, air putih.
Makanan yang tidak boleh: durian, buah-buahan yang diawtkan oleh garam dan soda, kopi dan coklat.
5. Mineral dan Air
Fungsi dari mineral yaitu pembentukan jaringan tubuh, memelihara keseimbangan asam basa dll.
Pada lansia, kalsium sangat penting karena , terutama lansia wanita mudah terjadi ostoporosis akibat menopause. Contoh makanan yang tingggi kalsium adalah susu, ikan yang dimakan dengan tulangnya, sayuran hijau, kedelai dan rumput laut.
Lansia hendaknya minum 6-8 gelas sehari mengingat fungsi ginjal menurun dan melancarkan BAB.
Lansia hendaknya mengurangi natrium dengan cara membatasi garam dapur.
6. Serat
Serat tidak dapat dicerna, maka serat tidak mengandung gizi tetapi tetap dibutuhkan untuk mencegah sembelit, wasir, kanker usus, penyakit jantung dan kegemukan bila kekurangan serat.
B.
Petunjuk Penggunaan Garam untuk Penderita hipertensi
Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak menambahkan garam dapur dalam makanan.
b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114 mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok the garam dapur.
c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.
Untuk penderita hipertensi terdapat 3 diet:
a. Diet rendah garam 1 : untuk penderita hipertensi berat dianjurkan untuk tidak menambahkan garam dapur dalam makanan.
b. Diet rendah garam II: Ditujukan untuk penderita hipertensi sedang (100-114 mmHg). Garam dianjurkan ¼ sendok the garam dapur.
c. Diet rendah garam III: Ditujukan untuk penderita hipertensi ringan (diastole kurang dari 100 mmHg), garam dapur dianjurkan ½ sendok teh.
C.
TIPS Pemberian Makanan Bagi lansia Dengan Hipertensi
a. Hendaknya lansia makan dengan porsi kecil tapi sering
b. Makanlah makanan yang mudah dicerna
c. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goring-gorengan dll.
d. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya kropos
a. Hendaknya lansia makan dengan porsi kecil tapi sering
b. Makanlah makanan yang mudah dicerna
c. Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, goring-gorengan dll.
d. Makan makanan yang lembek untuk lansia yang kondisi giginya kropos
DAFTAR PUSTAKA
©
Pedoman
Makan Untuk Kesehatan Jantung Indonesia, PERKI Pusat dan Yayasan Jantung
©
Indonesia;
Jakarta, 2002
©
Pedoman
Terapi Diet dan Nutrisi Edisi II, Mary Courtney Moore, diterjemahkan oleh Dr.
© Liniyanti D. Oswari M. N. S. MSc;
Hipokrates Tahun I, 1
Tidak ada komentar:
Posting Komentar