Rabu, 09 Desember 2015

TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN


 TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN
            Macam-macam tanda bahaya pada persalinan adalah sebagai berikut :
1.    Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules
            Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan didaerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998 )
              Penyebab persalinan lama atau kasep diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan yang salah, dan primi tua primer dan sekunder.
penanganan
periksa keadaan serviks,presentasi dan posisi janin,turunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul.kemudian buat rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yg akan dkerjakan,mis pd letak kepala:
berikan oksitoksin drips 5-10 satuan dalam 500cc dektrose 5%,dimulai dgn 12 tetes/menit,dinaikan setiap 10-15 menit sampai 40-50 tetes/menit.
pemberian oksitoksin tidak usah terus menerus,pd malam hari berikan obat penenang valium 10mg.keesokan harix oksitoksin drips dpt diberikan kmbli.
jika insersia uteri disertai dgn disproporsi sefalopelvis,maka sebaiknya lakukan seksio sesarea.
 bila ibu sudah lema dan partus sudah berlangsvng lebih dari 24 jam pd primi dan 18jam pd multi tdk ada guna mberikan oksi drips,sebaiknya partus segera diselesaikan dgn hasil pemeriksaan dan indikasi obstetrik lainya(ekstraksi vakum atau forsep atau seksio sesarea.
Anjurkan bersalin di rumah sakit. Lakukan pemeriksaan yang teliti misalnya kalau kepala belum turun lakukan periksa dalam dan evaluasi selanjutnya dengan pelvimetri. Bila panggul sempit (CV 8 cm), lakukan segera seksio sesarea primer saat inpartu.
2.    Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir  ( Sastrawinata, 2004)
a.    Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak disebut letak majemuk begitu pula adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.Pada letak kepala dapat terjadi :
1)    tangan menumbung
2)    lengan menumbung
3)    kaki menumbung
4)    Tali Pusat Menumbung (Prolaps Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung.Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka.Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung, namun sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul asfiksia.Bahaya terbesar bila anak letak kepala karena bagian yang menekan tali pusat itu bundar dan keras.
3.  Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
A,kibatnya bisa timbul perdarahan dan bias berakibat syok apabila tidak cepat menanganinya.
Penyebabnya adalah bisa karena multiparitas, partus lama, regangan uterus yang berlebih.
Penanganannya adalah dengan cara  kompresi bimanual interna, oksitosin 10 IU IM dan infus 20 IU dalam 500 ml NS/RL 40 tetes-guyur, jika perdarahan belum berhenti dan kontraksinya belum terjadi maka lakukan kompresi bimanual ekstrenal, kompresi aorta abdominalis, pemberian tampon uterus sambil merujuk ke rumah sakit
 Menurut Saifudin dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, apabila seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau mengalami kejang penanganan umum yang harus dilakukan adalah : 
a.  Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
b.  Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
c.  Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1.    Periksa dan bebaskan jalan nafas
2.    Jika tidak bernafas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
3.    Intubasi jika perlu
4.    Jika pasien bernafas, beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula nasal.
d.    Jika pasien tidak sadar/ koma
1)    Bebaskan jalan nafas
2)    Baringkan pada sisi kiri
3)    Ukur suhu
4)    Periksa apakah ada kaku tengkuk
e.    Jika pasien syok ; lihat penglihatan syok
f.     Jika ada perdarahan; lihat penanganan perdarahan
g.    Jika kejang :
1)    Baringkan pada sisi kiri; tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan, atau darah.
2)    Bebaskan jalan nafas
3)    Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4)    Lakukan pengawasan ketat
h.    Jika diagnosisnya eklampsia, berikan magnesium sulfat
i.      Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil mencari penyebab lainnya.
4.  Air ketuban keruh dan berbau
Amnionitis dan Korioamnionitis, (Varney, 2002) :
Tanda dan Gejala :
a.    Demam maternal
b.    Takikardi janin
c.    Nyeri tekan pada uterus
d.    Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
e.    Cairan amnion berbau busuk
f.     sel darah putih meningkat meningkat
5.  Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan. (Manuaba, 1998)
            Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.
6.Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Tindakan Pendukung dan Penenang selama Persalinan, (Varney, 2002)
            Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan. Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skenario persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan sedikit.
7. KPD
Ketuban pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya. Dapat terjadi pada saat-saat menjelang kelahiran atau jauh hari sebelum bayi cukup bulan untuk dilahirkan. Normalnya, ketuban pecah saat proses persalinan, yaitu ketika bukaan mulut rahim hampir lengkap (9-10 cm).

Tanda-tanda ketuban pecah dini adalah ibu hamil tiba-tiba mengeluarkan cairan bening dengan bau yang anyir atau amis, tanpa disertai rasa mules atau sakit. Berbeda dengan air kencing, pengeluaran air ketuban tidak bisa ditahan.

Penanganan
Konservatif
Rawat di Rumah Sakit
Berikan antibiotika (ampisillin 4×500 mg atau eritromisin bila tidak tahan ampisillin) dan metronidazol 2×500 mg selama 7 hari
Jika umur kehamilan kurang dari 32-34 minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampe air ketuban tidak keluar lagi
Jika umur kehamilan 32-37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi beri deksa metason, observasi tanda-tanda infeksi dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexa metason dan induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
Nila tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid untuk memacu kematangan paru janin.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, dexa metason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4x.
Aktif
Kehamilan lebig dari 37 minggu induksi dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol 50 µg intarvaginal tiap 6 jam maksimal 4x
Apabila ada tanda-tanda infeksi berikan antibiotika dosis tinggi, dan akhiri persalinan : apabila score pelvic kurang dari 5, lakukan pematangna serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil, akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Score pelvis lebih dari 5, induksi persalinan, partus pervaginam

8. Lepasnya plasenta dari tempat implantasi sebelum janin keluar.
Hal ini sangat berbahaya karena bisa timbul gawat janin, perdarahan dan  syok. Penyebabnya bisa karena hipertonia uteri (kontraksi uteri terlalu kuat), Hipertensi, multiparitas, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan trauma.
Penanganan
Polindes : rujuk pasien segera ke rumah sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang lebih kompetensi sambil bidan memberikan antibiotic dan infuse.
Puskesmas : stabilisasi penderita, tentukan derajat solusio, tentukan kondisi janin, amniotomi jika ketuban belum pecah dan akselerasi persalinan kemudian rujuk pasien ketempat pelayanan kesehatan yang lebih berkompeten.
Rumah sakit :
–          Terapi aktif jika janin masih hidup : lakukan SC.
–          Terapi konservatif bila janin meninggal yaitu amniotomi, infuse pitosin, partus pervaginam.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar