TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN
Macam-macam tanda bahaya pada
persalinan adalah sebagai berikut :
1. Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa
mules
Persalinan lama merupakan masalah
besar di Indonesia karena pertolongan didaerah pedesaan masih dilakukan oleh
dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk
primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep (partus kasep)
adalah persalinan lama yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998
)
Penyebab persalinan lama atau
kasep diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan
kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan
persalinan yang salah, dan primi tua primer dan sekunder.
penanganan
periksa keadaan serviks,presentasi dan
posisi janin,turunan bagian terbawah janin dan keadaan panggul.kemudian buat
rencana untuk menentukan sikap dan tindakan yg akan dkerjakan,mis pd letak
kepala:
berikan oksitoksin drips 5-10 satuan
dalam 500cc dektrose 5%,dimulai dgn 12 tetes/menit,dinaikan setiap 10-15 menit
sampai 40-50 tetes/menit.
pemberian oksitoksin tidak usah terus
menerus,pd malam hari berikan obat penenang valium 10mg.keesokan harix
oksitoksin drips dpt diberikan kmbli.
jika insersia uteri disertai dgn
disproporsi sefalopelvis,maka sebaiknya lakukan seksio sesarea.
bila ibu sudah lema dan partus sudah
berlangsvng lebih dari 24 jam pd primi dan 18jam pd multi tdk ada guna mberikan
oksi drips,sebaiknya partus segera diselesaikan dgn hasil pemeriksaan dan
indikasi obstetrik lainya(ekstraksi vakum atau forsep atau seksio sesarea.
Anjurkan bersalin di rumah sakit.
Lakukan pemeriksaan yang teliti misalnya kalau kepala belum turun lakukan
periksa dalam dan evaluasi selanjutnya dengan pelvimetri. Bila panggul sempit
(CV 8 cm), lakukan segera seksio sesarea primer saat inpartu.
2. Tali pusat atau tangan bayi keluar dari
jalan lahir (
Sastrawinata, 2004)
a.
Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah
jika disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada
letak bahu tidak disebut letak majemuk begitu pula adanya kaki disamping bokong
pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.Pada letak kepala dapat
terjadi :
1)
tangan menumbung
2)
lengan menumbung
3)
kaki menumbung
4)
Tali Pusat Menumbung (Prolaps Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau
lebih rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan
tali pusat menumbung.Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut
tali pusat terkemuka.Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu secara
langsung, namun sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan
antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul
asfiksia.Bahaya terbesar bila anak letak kepala karena bagian yang menekan tali
pusat itu bundar dan keras.
3. Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
A,kibatnya bisa timbul perdarahan dan
bias berakibat syok apabila tidak cepat menanganinya.
Penyebabnya adalah bisa karena
multiparitas, partus lama, regangan uterus yang berlebih.
Penanganannya adalah dengan cara kompresi bimanual interna, oksitosin 10 IU IM
dan infus 20 IU dalam 500 ml NS/RL 40 tetes-guyur, jika perdarahan belum
berhenti dan kontraksinya belum terjadi maka lakukan kompresi bimanual
ekstrenal, kompresi aorta abdominalis, pemberian tampon uterus sambil merujuk
ke rumah sakit
Menurut Saifudin dalam Pelayanan Kesehatan
Maternal dan Neonatal, apabila seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau
mengalami kejang penanganan umum yang harus dilakukan adalah :
a.
Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera
mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
b. Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum
termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari
riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
c.
Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1.
Periksa dan bebaskan jalan nafas
2.
Jika tidak bernafas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
3.
Intubasi jika perlu
4.
Jika pasien bernafas, beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker
atau kanula nasal.
d.
Jika pasien tidak sadar/ koma
1)
Bebaskan jalan nafas
2)
Baringkan pada sisi kiri
3)
Ukur suhu
4)
Periksa apakah ada kaku tengkuk
e.
Jika pasien syok ; lihat penglihatan syok
f.
Jika ada perdarahan; lihat penanganan perdarahan
g.
Jika kejang :
1)
Baringkan pada sisi kiri; tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit
untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan, atau darah.
2)
Bebaskan jalan nafas
3)
Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4)
Lakukan pengawasan ketat
h.
Jika diagnosisnya eklampsia, berikan magnesium sulfat
i.
Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil
mencari penyebab lainnya.
4. Air ketuban keruh dan berbau
Amnionitis dan Korioamnionitis, (Varney,
2002) :
Tanda dan Gejala :
a.
Demam maternal
b.
Takikardi janin
c.
Nyeri tekan pada uterus
d.
Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
e.
Cairan amnion berbau busuk
f.
sel darah putih meningkat meningkat
5. Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
Retensio plasenta adalah terlambatnya
kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan. (Manuaba, 1998)
Pada beberapa kasus dapat terjadi
retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus
dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai
benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta,
dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran
plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan
komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi
inversio uteri.
6.Ibu
gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Tindakan Pendukung dan Penenang selama
Persalinan, (Varney, 2002)
Perawatan pendukung selama
persalinan adalah penting dalam kebidanan. Perawatan pendukung dapat secara
ajaib mengubah seluruh skenario persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif
baik secara emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu
dan janin memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat
berlangsung dengan sedikit.
7. KPD
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya selaput ketuban sebelum waktunya. Dapat terjadi pada
saat-saat menjelang kelahiran atau jauh hari sebelum bayi cukup bulan untuk dilahirkan.
Normalnya, ketuban pecah saat proses persalinan, yaitu ketika bukaan mulut
rahim hampir lengkap (9-10 cm).
Tanda-tanda ketuban pecah dini adalah
ibu hamil tiba-tiba mengeluarkan cairan bening dengan bau yang anyir atau amis,
tanpa disertai rasa mules atau sakit. Berbeda dengan air kencing, pengeluaran
air ketuban tidak bisa ditahan.
Penanganan
Konservatif
Rawat di Rumah Sakit
Berikan antibiotika (ampisillin 4×500 mg
atau eritromisin bila tidak tahan ampisillin) dan metronidazol 2×500 mg selama 7
hari
Jika umur kehamilan kurang dari 32-34
minggu dirawat selama air ketuban masih keluar, atau sampe air ketuban tidak
keluar lagi
Jika umur kehamilan 32-37 minggu belum
inpartu, tidak ada infeksi beri deksa metason, observasi tanda-tanda infeksi
dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu
Jika usia kehamilan 32-37 minggu sudah
inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), dexa metason dan
induksi sesudah 24 jam
Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada
infeksi, beri antibiotic dan lakukan induksi
Nila tanda-tanda infeksi (suhu,
leukosit, tanda-tanda infeksi intrauterine)
Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan
steroid untuk memacu kematangan paru janin.
Dosis betametason 12 mg sehari dosis
tunggal selama 2 hari, dexa metason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4x.
Aktif
Kehamilan lebig dari 37 minggu induksi
dengan oksitosin, bila gagal seksio sesarea. Dapat pula diberikan misoprostol
50 µg intarvaginal tiap 6 jam maksimal 4x
Apabila ada tanda-tanda infeksi berikan
antibiotika dosis tinggi, dan akhiri persalinan : apabila score pelvic kurang
dari 5, lakukan pematangna serviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil,
akhiri persalinan dengan seksio sesarea. Score pelvis lebih dari 5, induksi
persalinan, partus pervaginam
8. Lepasnya
plasenta dari tempat implantasi sebelum janin keluar.
Hal ini sangat berbahaya karena bisa
timbul gawat janin, perdarahan dan syok.
Penyebabnya bisa karena hipertonia uteri (kontraksi uteri terlalu kuat),
Hipertensi, multiparitas, riwayat solusio plasenta sebelumnya, dan trauma.
Penanganan
Polindes : rujuk pasien segera ke rumah
sakit atau tempat pelayanan kesehatan yang lebih kompetensi sambil bidan
memberikan antibiotic dan infuse.
Puskesmas : stabilisasi penderita,
tentukan derajat solusio, tentukan kondisi janin, amniotomi jika ketuban belum
pecah dan akselerasi persalinan kemudian rujuk pasien ketempat pelayanan
kesehatan yang lebih berkompeten.
Rumah sakit :
– Terapi aktif jika janin masih hidup :
lakukan SC.
– Terapi konservatif bila janin
meninggal yaitu amniotomi, infuse pitosin, partus pervaginam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar